SETIAP kali terjadi
kebakaran di Jakarta, setiap kali pula kita diingatkan bahwa bahaya kebakaran
bukan saja merugikan si pemilik bangunan yang terbakar, tetapi juga dapat
merugikan masyarakat secara keseluruhan.
Misalnya gedung Glodok Plaza yang terbakar Minggu lalu,
berapa tenaga kerja yang menganggur
akibat peristiwa tragis itu. Belum lagi segi material lainnya yang
diperkirakan mencapai puluhan milyar rupiah.
Apalagi kebakaran yang menelan korban jiwa
seperti terjadi tahun lalu di restoran Coca Gajah Mada, menggugah kita untuk berhati-hati terhadap bahaya api ini.
Berbagai penyebab dicari, berbagai
komentar dipublisir secara luas, kerugian dihitung dan segala macam tetek bengek
diinventarisir. Namun sesudah itu beberapa waktu kemudian peristiwa itu
terlupakan begitu saja. Penindakan terhadap pelaku (kalau memang hal itu
disengaja) atau setidak-tidaknya yang bertanggung jawab dalam peristiwa yang
merugikan itu, nampaknya tidak kedengaran lagi.
Masalah disiplin warga DKI banyak mendapat
sorotan terutama dalam pemakaian ruangan--ruangan di bangunan-bangunan bertingkat. Segi
pengamanan dan perlengkapan dalam penanggulangan kebakaran juga dipertanyakan. Tetapi
hal ini dipermasalahkan apabila
peristiwa itu sudah terjadi.
Contoh yang paling hangat, bangunan mewah
seperti Glodok Plaza sampai tidak diketahui pertokoan tersebut tidak memasang
hydrant di luar gedung, sambungan buat unit pemadam (fire brigade connection)
pun tidak dibuat.
Ini merupakan suatu tantangan bagi aparat
pembangunan di DKI dan Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta.
Pemadam otomatis pun tidak berfungsi
gara-gara katanya dinamo pengganti
aliran PLN dipasang manual, dan lain-lain alasan. Lepas dari persoalan
disengaja atau tidak, kebakaran di Glodok Plaza merupakan peringatan yang entah
ke berapa kalinya bagi warga Ibukota khususnya mereka yang berada dim lingkungan yang rawan terhadap
kebakaran. Kerugian akibat kebakaran di Jakarta tidak sedikit baik jiwa maupun
harta.
Dalam tahun ini sampai pertengahan April
diperkirakan kerugian harta benda
mencapai Rp 31 milyar lebih, dari 200 kali kebakaran yang terjadi di Ibukota.
Khusus Glodok Plaza diperkirakan Rp 30 milyar kerugiannya, sedangkan yang Rp 1
milyar lebih merupakan kerugian kebakaran lain tahun ini.
Korban
jiwa dalam kebakaran tahun ini 3 orang tewas. Sedangkan tahun 1982 terjadi
1.082 kali kebakaran dengan kerugian Rp 7 milyar lebih dan merenggut nyawa 34
orang, kebakaran tahun 1981, 13 orang meninggal dan kerugian materi sebanyak Rp
9 milyar lebih dari 766 kali kebakaran. Tahun 1982 banyak terjadi kebakaran al.
karena musim kemarau yang panjang dan sebab-sebab lainnya. Sampai April lalu mungkin ini merupaka n
kerugian terbesar selama beberapa tahun ini terjadi kebakaran.
Ada dugaan penyebab kebakaran Glodok Plaza
disebabkan aliran listrik yang kortsluiting. Entah benar atau tidak kita tunggu
saja hasil penelitian yang berwajib mengenai sebab-sebab kebakaran di bangunan
bertingkat lima itu.
Listrik penyebab utama
YANG jelas dari data Dinas
Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, penyebab utama terjadinya kebakaran di Ibukota
dikarenakan listrik, menyusul karena kompor, lampu tempel dan api rokok. Sebagai contoh dalam tahun 1981 dari 766
kali kebakaran 265 kali diakibatkan karena listrik.
Namun bagi kita yang terpenting adalah
bagaimana mencegah agar kejadian seperti
yang menimpa Glodok Plaza ini tidak terulang lagi. Pencegahan secara dini
dengan tindakan penyelamatan sebelumnya perlu dipertegas lagi oleh Pemerintah
terhadap para pemilik bangunan khsususnya bangunan bertingtkat. Juga pengawasan
terhadap pemakaian listrik oleh PLN.
Pengamanan dan pencegahan guna
menanggulangi kebakaran di hampir sebagian pasar di wilayah Jakarta ini juga
memerlukan perhatian. Umumnya banyak yang tidak peduli akan keselamatan baik pengunjung maupun para pemilik kios-kios
di pasar-pasar besar di Jakarta. Kalau toh mereka ada memiliki peralatan
pemadam kebakaran hal itu nampaknya hanya merupakan hiasan belaka. Kontrol
terhadap peralatan tersebut nampaknta
tidak menjadi perhatian yang sungguh-sungguh dari pemilik maupun
instansi yang membawahi bangunan tersebut.
Sebagai contoh, sebuah bangunan pasar di
Jakarta Pusat memilki seperangkat alat pemadam kebakaran, namun kesemuanya
tidak bisa dipergunakan karena obat-obatan yang ada di tabung-tabung pemadam itu harus sudah
diganti. Kepala pasar setempat tidak bisa berbuat banyak, katanya ia akan mengajukan
ke atasannya agar tabung-tabung itu diisi dengan racun api yang baru
Contoh diatas terjadi di salah satu pasar
yang boleh dibilang cukup besar. Bagaimana dengan pasar-pasar lainnya, kita
bisa memperoleh gambaran yang sama.
Kalau kita lihat lorong-lorong di
pasar-pasar di wilayah DKI ini, dibuat begitu sempitnya. Lalu-lintas orang di
tempat itu hanya cukup untuk satu dua orang. Inipun kita harus berjalan miring
dan menyentuh barang-barang yang dipajang pedagang. Pasar Jatinegara, Inpres
blok VI Senen , Tanah Abang dan lain-lain suatu contoh yang konkrit mengenai sempitnya ruang-ruang di pasar-pasar
tersebut.
Hal itu menurut pengamatan, sangat rawan
apabila terjadi kebakaran. Kemana lari pengunjung pasar-pasar tersebut
seandainya kebakaran melanda di sana. Tentu kita tidak leluasa melarikan diri
dari kejaran api, disamping menyelamatkan harta benda yang ditempatkan begitu
rapatnya.
Belum lagi bicara soal disiplin para
pedagang di pusat-pusat perbelanjaan itu. Di proyek Senen dimana pedagang suku
cadang kendaraan bermotor ditempatkan, atap langit-langit digunakan sebagai gudang sehingga pernah ribut-ribut beberapa waktu lalu karena bangunan disana mengalami keretakan.
Wakil Gubernur DKI Asmawi Manaf juga
mengakui para pedagang banyak membuat kesalahan, membuat gudang di
langit-langit dan banyak mencuri strum
listrik. Pernyataan Wagub itu rasanya ganjil dan lucu. Sebab masalah ini bukan
hal yang baru. Anehnya aparat Pemda DKI tidak tahu hal ini, ataukah pura-pura
tidak tahu. Wallahu A’lam. Seakan-akan
kesemrawutan di pasar-pasar tidak
masuk daftar kontrol mereka.
Petugas-petugas keamanan juga harus dipersiapkan betul-betul dalam
penanggulangan kebakaran di tempat yang
menjadi tanggung jawabnya. Aparat seperti Hansip memang dibekali dengan ketrampilan
menanggulangi kebakaran, namun jumlahnya masih terlalu sedikit.
Disamping itu para anggota Hansip menurut
Ka Mawil Hansip DKI Soesdaryono, dalam peristiwa kebakaran mereka bertugas
mengamankan wilayah dari
kemungkinan–kemungkinan yang tidak diinginkan seperti pencrurian barang-barang
milik korban.
Diharapkan nantinya bisa dilatih
sukarelawan-sukarelawan pemadam kebakaran dari para Hansip yang dilatih pihak
Dinas Pemadam Kebakaran DKI.
Impoten
BAGI sebuah kota Metropolitan seperti
Jakarta ini, pembangunan pasar-pasar bertingkat merupakan salah satu bagian
yang penting. Karena selain untuk melayani kepentingan konsumen juga sebagai satu alternatif menjawab masalah
kekurangan tanah di DKI.
Setiap
pasar bertingkat tentunya menginginkan sistem pengamanan yang lebih mutakhir
dalam pencegahan suatu kebakaran. Dan ini
ini hampir pada setiap acara
peresmian gedung selalu dikatakan
bangunan ini dilengkapi dengan peralatan
pencegah kebakaran yang mutakhir, yang bisa memberikan peringatan dini apabila
terjadi kebakaran.
Masalahnya mungkin tidak terletak pada
apakah pasar atau bangunan itu
dilengkapi dengan peralatan dengan sistem modern atau tidak, tetapi yang lebih
penting bagaimana Pemda DKI lewat aparatur pengawasnya bisa meneliti apakah
benar semua peralatan yang ada itu berjalan normal setelah dipasang beberapa
tahun. Dan apakah Pemda DKI selama ini mengawasi pasar-pasar secara ketat dalam
ikhwal pencegahan terjadinya kebakaran.
Dengan
terbakarnya pasar bertingkat Glodok Plaza dalam bulan ini dan lewat pernyataan
Wagub Asmawi Manaf, tanpa sadar terungkap kepermukaan bahwa sistem pengawasan
terhadap pasar-pasar/bangunan bertingkat belum berjalan sebagaimana mestinya.
Dan
hal ini mungkin yang paling penting dari seluruh kejadian kebakaran yang pernah
ada di Jakarta selama ini. Yakni unsur pengawasan terhadap pasar dan bangunan
pertokoan bertingkat di DKI masih lemah
kalau tidak mau dikatakan impoten.-(Mustofa
AS/ag) –
Harian Umum “AB”
24 April 1983
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.