Thursday 7 August 2014

Promosi pariwisata melalui kejuaraan gantole internasional

KABUPATEN Karanganyar, Jateng, dalam minggu ini masih sibuk dengan kegiatan Kejuaraan Layang Gantung Internasional yang berlangsung di Bumi Kemuning, suatu kawasan kebun teh yang indah di Karanganyar.

Kegiatan yang berlangsung sejak 20 Agustus dan akan berakhir 30 Agustus ’95 ini diikuti sekitar 50 peserta dari dalam dan luar negeri. Sebanyak 10 negara dengan 18 peserta asing ikut dalam olahraga yang memerlukan keahlian khsusus ini. Peserta itu datang dari Brasil, Italia, Jepang, Jerman, India, Amerika Serikat, Inggris, Korea, Australia dan Indonesia.
 Kesempatan baik ini tentu saja dimanfaatkan oleh Pemda Kabupaten Karanganyar untuk lebih memperkenalkan kekayaan wisatanya kepada  para vwisatawan. Maka piala yang diperebutkan para peserta  kejuaraan gantole internasional itu pun mengambil nama  candi Sukuh, bangunan peninggalan yang sekarang jadi objek wisata di Karanganyar. Kejuaraan “Sukuh Cup” ini diselenggarakan  atas kerjasama Federasi Aero Sport  Indonesia (FASI) dengan Pemda Karanganyar dan Ditjen Pariwisata, serta sejumlah sponsor. 

Kegiatan yang juga diselenggarakan dalam menyambut Tahun Emas Kemerdekaan RI itu, menurut Wagub I Jateng, Hartono, sangat tepat dilaksanakan. Karena kegiatan  ini selain  mampu menarik wisatawan khususnya wisatawan mancanegara dan sebagai ajang promosi, peristiwa tersebut juga sebagai arena meningkatkan  prestasi atlet gantole, dan mempererat persahabatan antar atlet. 

Ketika berlangsung  acara pembukaan kejuaraan tersebut di Alun-alun Kabupaten Karanganyar Minggu lalu, para wisatawan mancanegara/peserta disuguhi berbagai atraksi kesenian  daerah antara lain Reog Singo Guna dari objek wisata Tawangmangu. Juga terjun payung  dan demonstrasi gantole bermesin. Tahun lalu kejuaraan gantole internasional juga diselenggarakan di Wonogiri, tepatnya di kawasan  Waduk Gajah Mungkur.

Dibandingkan dengan Solo yang disebut sebagai pusat budaya dan gerbang wisata Jawa Tengah, Kabupaten Karanganyar jelas belum sebanding. Namun, di daerah ini terdapat dua objek wisata yang cukup dikenal, yakni Candi Sukuh dan Tawangmangu.”Dari Sembilan objek wisata utama di Jateng dua ada di Karanganyar,”kata Haryono, staf Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar.

Candi Sukuh yang berada sekitar 26 km dari pusat kota Karanganyar atau sekitar 41 km dari kota Solo bisa dicapai dengan kendaraan bermotor roda dua atau roda empat. Terletak di ketinggian yang indah dan sejuk, candi yang dinilai erotik ini  berdiri dengan latar belakang kehijauan tanaman hutan Gunung Lawu. Tempat ini bisa dicapai melalui jalan beraspal dan berliku-liku yang di kiri kanannya berderet pepohonan kopi, coklat, teh dan cemara.

Peninggalan akhir abad ke-XV ini berbentuk prisma terpotong memiliki tiga teras, berbagai relief yang menghiasi dinding menggambarkan tentang pelajaran seks, asal usul manusia dan ruwatan. Hal yang unik dan erotic  terdapat di Candi Sukuh ini, yakni adanya patung berelief kelamin lalki-laki (lingga) dan kelamin wanita (yoni) saling berhadapan.

Meskipun di depan candi terdapat semacam bangunahn/balai untuk para wisatawan mendengarkan kisah mengenai Candi Sukuh, namun sayang pintu masuk candi tersebut  berada di samping, sehingga wisatawan tidak memperoleh urutan-urutan bangunan candi tersebut. Sebaiknya pinrtu masuk ditempatkan di muka candi, sehingga pengunjung bisa  mencocokkan urutan cerita candi tersebut. Untuk mencapai candi ini wisatawan harus mengendarai kendaraan pribadi atau atau menyewa, karena  dari Karanganyar belum ada kendaraan umum rute Karanganyar-Candi Sukuh.

Sekitar 10 km dari Candi Sukuh, terdapat Candi Ceto yang memiliki arsitektur mirip candi-candi di Bali. Relief-relief di sana lebih banyak dibandingkan dengan relief yang ada di Candi Sukuh.
Perjalanan ke candi inipun cukup menyenangkan, karena selain jalan yang berliku-liku dengan pemandangan alam pegunungan yang mempesona, sekeliling alam candi yang berada di ketinggian  1400 meter di atas permukaan air laut itu pun sejuk.
                                                                                                                                                               Grojogan Sewu

OBJEK wisata Tawangmangu boleh dikata  lebih dikenal masyarakat dibanding  dengan Kabupaten Karanganyar, meskipun objek wisata ini berada  di kabupaten yang jaraknya sekitar 15 km dari kota Solo itu.

Tawangmangu bannyak dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri. Tempat yang indah dan berhawa dingin ini banyak disukai wisatawan dari Eropa dan Jepang.”Orang Jepang senang berkuda dan naik gunung bila datang ke sini,” kata Suhardi yang mengelola hotel berbintang dua di Tawangmangu, hotel Pondok Sari.

Di tempat ini penduduk setempat menyewakan kuda-kuda mereka Rp 5.000/jam. Mereka juga menjual bawang putih, bunga-bungaan dan cinderamata. ”Sebenarnya yang khas dari daerah ini adalah sate kelinci,” tutur Haryono. Namun kekhasan objek wisata ini nampaknya belum digalakkan, karena dari sekian banyak warung, hanya satu warung yang menjual sate kelinci. Cinderamata khas Karanganyar juga belum dimunculkan atau belum dikenal.

 Objek wisata Tawangmangu memiliki air terjun Grojogan Sewu dengan ketinggian 81 meter, yang berada di tengah-tengah hutan dengan aneka ragam tetumbhuhan, di antaranya  pinus yang rimbun dan indah dipandang mata. Di sini juga terdapat dua kolam renang, tempat bermain anak-anak.

Di kabupaten ini juga terdapat sumber air hangat mengandung belerang yang disalurkan ke bak terbuka dan tertutup untuk pengunjung yang ingin menyembuhkan penyakit kulit dan rematik, di Cumpelng dan Pablengan.  Di Pablengan dalam radius sekitar 15 meter terdapat berbagai sumber air, yakni air belerang soda, air asin (bleng), air mati, air hidup, dan air urus-urus.
                                                                                                                                                     Dampak
PAKET-paket wisata dari mancanegara sudah ditangani oleh pihak hotel Pondok Sari bekerja sama dengan  biro perjalanan wisata.”Kami bisa menjual mahal tempat ini terutama  pada hari-hari libur dan har-hari raya,”tutur Suhardi.
Sayang, di sekitar objek wisata Tawangmangu kurang terpelihara kebersihannya. Pengelolaan objek-objek wisata di sana bisa lebih ditingkatkan dengan menyediakan berbagai kemudahan untuk wisatawan seperti kendaraan  angkutan umum pada malam hari.

Sektor pariwisata di Karanganyar bisa ditingkatkan lagi kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah yang pada tahun 1993 baru sebesar 4,38 persen (Rp116,7 juta). Keluhan-keluhan wisatawan mengenai besarnya retribusi masuk ke Tawangmangu juga harus memperoleh perhatian dari pemda setempat. Umumnya wisatawan mengeluh karena setiap kali masuk ke objek wisata Tawangmangu dipungut Rp 3.000 bagi kendaraan sedan/jeep, sedangkan untuk bus Rp 10.000/bus. Wisatawan yang menginap di Tawangmangu dan pergi pulang ke penginapannya terpaksa harus membayar berkali-kali setiap melewarti pintu masuk. Karena penjaga pintu tidak mau tahu meskipun wisatawan tersebut menunjukkan  karcis tanda masuk yang sudah dipunyainya waktu baru datang di Tawangmangu.

Mempromosikan pariwisata melalui kejuaraan layang gantung seperti dilakukan Kabupaten Karanganyar ini berdampak positif, terutama diharapkan para olahragawan dari mancanegara ini akan  menularkan promosi ini kepada teman-temannya. Apalagi selama berada di Indonesia mereka juga menyaksikan berbagai objek wisata dan budaya daerah setempat yang unik. Sayangnya, panita kurang mengajak masyarakat setempat untuk berperan minimal pada pembukaan  kegiatan internasional ini.

Dalam acara pembukaan kejuaraan gantole ini hanya sejumlah pejabat dan pengurus FASI serta anak-anak yang hadir.

Acara pertunjukan reog Singo Guno dari Tawangmangu yang juga menampilkan atraksi akrobat hampir tidak diperhatikan para hadirin, karena bersamaan dengan pertunjukan itu  dilakukan terjun payung sehingga hadirin tidak konsentrasi terhadap satu atraksi. Namun terlepas dari berbagai kekurangan, Kabupaten Karanganyar cukup berani menyelenggarakan kegiatan internasional yang memerlukan persiapan dan keahlian khusus  itu. (mustofa as)-


Harian Angkatan Bersenjata
Senin, 28 Agustus 1995

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.