Monday 11 August 2014

IATA Indonesian Evening di Jenewa, terobosan Garuda promosikan Indonesia



SALAH satu kendala dalam pengembangan kepariwisataan  Indonesia adalah kurang dikenalnya  negara kita di dunia internasional. Ini diakui oleh Menparpostel Soesilo Soedarman. Maka upaya mempromosikan Indonesia  dengan segala kekayaannya terus dilakukan melalui berbagai kegiatan. Misalnya keikutsertaan Indonesia dalam  Tournament of Roses di Pasadena Amerika 1 Januari  1990 dan 1 Januari 1991, adalah bagian dari upaya mengenalkan  Tanah Air kepada bangsa-bangsa di dunia.

Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kegiatan pameran internasional seperti International and Greenery Exposition ’90 di Osaka, Jepang, penyelenggaraan KIAS di AS, maupun berbagai kegiatan konvensi internasional dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menjadikan Indonesia agar sejajar dengan negara-negara di dunia.
 
Tahun Kunjungan Indonesia 1991 (Visit Indonesia Year 1991) mdrupakan tekad bangsa kita membuka diri kepada dunia, memaparka  kandungan kekayaan alam dan hasil-hasil pembangunan setelah 45 tahun merdeka. ”Kesempatan ini merupakan juga ungkapan rasa syukur bangsa kita dan mengundang bangsa-bangsa lain untuk melihat Indonesia dengan segala isinya,”ujar Menparpostel Soesilo Soedarman mengenai  Visit Indonesia Year 1991 itu.

Promosi Indonesia di luar negeri gencar dilakukan  oleh berbagai pihak, baik oleh pemerintah maupun pihak swasta. Garuda Indonesia yang salah satu misinya  adalah ikut mengembangkan kepariwisataan nasional tidak sedikit  andilnya  dalam memperkenalkan Indonesia di mata bangsa-bangsa lain di dunia.

Pada setiap pembukaan jalur penerbangan internasional baru, BUMN di bawah pembinaan Dephub ini juga membawa jajaran industri pariwisata guna menerobos pasaran pariwisata  internasional. Demikian pula tour operators dari luar negeri diundang Garuda Indonesia untuk  melihat potensi kepariwisataan Indonesia untuk bisa mereka jual. Bahkan dengan duduknya Dirut Garuda Indonesia M. Separno sebagai  Presiden IATA (International Air Transport  Association- organisasi perusahaan penerbangan internasional), kesempatan mengenalkan  Indonesia lebih banyak lagi.

Dalam setiap kresempatan  selama setahun menjabat sebagai Presiden IATA 1989-1990 itu M.Soeparno memanfaatkannya untuk mempromosikan Indonesia dengan segala potensi alam, termasuk potensi pariwisata dan komoditi untuk ekspor.

“Saya berbicara mengenai Indonesia  di mana-mana mulai dari blok timur, di Afrika, PBB, di Parlemen Inggris dan juga di negara-negara sedang berkembang,”ujar Dirut Garuda Indonesia M. Soeparno.

Rupanya  Sidang tahunan IATA ke-46 di Jenewa 29-30 Oktober 1990 itu juga dimanfaatkan  oleh Garuda Indonesia  untuk lebih mengenalkan Indonesia kepada sekitar 1.200 perutusan IATA dari 122 negara dan sekitar 200 pimpinan industri pariwisata dunia, dalam suatu acara “IATA Indonesian Evening.”
                                                                                                                                                                    Kehormatan

 Acara “Malam Indonesia” di hotel bergengsi Noga Hilton Jenewa itu bukan saja memperkenalkan makanan  khas Indonesia tetapi juga menampilkan segi-segi budaya melalui pergelaran kesenian dari grup Guruh Soekarno Putra, yang diberi nama “Dynamic Indonesia Islands of Opportunity”.

Para undangan bisa menikmati sayur lodeh, sate ayam, nasi goreng, soto, kerupuk, tempe goreng, dan sederetan nama  makanan khas Indonesia. Buah-buahan seperti manggis, mangga, salak, kelengkeng  dan lain-lain juga dicicipi oleh para tamu sebelum acara pergelaran kesenian, musik dan tari “Indonesia Wijaya” itu.

Ruangan makan malam dihiasi dengan aneka anggrek Indonesia dan janur kuning, sedangkan pada meja-meja makan buah-buahan Indonesia turut menyemarakkan kesempatan langka itu.”Untuk Jenewa ini merupakan peristiwa besar, saya bangga!”ujar Dubes/Wakil Tetap RI di Jenewa Wisber Loeis mengenai acara yang diselenggarakan  Garuda Indonesia itu. Bahkan Menparpostel Soesilo Soedarman memuji kegiatan tersebut, karena Garuda Indonesia bisa memanfatkan kesempatan yang dinilainya langka itu.

“Bagi saya peristiwa ini menggembirakan dan responsnya begitu besar, sehingga orang-orang luar tahu kekayaan kita,”kata Menparpostel sambil menunjuk deretan buah-buahan  dan makanan Indonesia yang disuguhkan pada Senin malam 29 Oktober 1990 itu.

Ia menilai kepemimpinan M.Soeparno dalam IATA memberikan kebanggan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Karena walaupun hanya setahun menduduki jabatan itu namun menurut menteri, M. Soeparno bisa mrenarik airlines di ASEAN untuk bergabung  dalam IATA.

Seperti diketahui, dalam masa jabatan M. Soeparno sebagai Presiden IATA, Malaysia Air System, Singapore Airlines, Thai International, Cathay Pasific dan Royal Brunei Airlines bergabung dalam  organisasi dunia perusahaan penerbangan itu .”Ini suatu bukti spirit ASEAN tumbuh berkembang dengan baik, juga sebagai kehormatan bagi Indonesia,”tutur Soesilo Soedarman di sela-sela acara  makan malam di Noga Hilton Jenewa.

Kesempatan berkumpulnya para presiden airlines dan pimpinan tour operator dunia semacam itu menurut menteri cukup langka. Karena itu kesempatan baik tersebut digunakan juga untuk mengundang mereka untuk datang ke Indonesia pada Visit Indonesia Year 1991.

Pada malam yang menampilkan serba Indonesia itu Menparpostel dan Dirut Garuda Indonesia didampingi Dirjen IATA Gunter Eser memberikan kata sambutannya.
                                                                                                                                                                              Sukses

Para tamu yang masing-masing memperoleh cinderamata berupa angklung dan kain tapis Lampung itu selama dua jam terpaku menikmati pergelaran musik dan tari yang diselang-seling dengan audio-visual potensi kekayaan Indonesia. Tentang terjadinya alam semesta, awal peradaban manusia,  tentang flora-fauna Indonesia, tentang kebahagiaan bangsa Indonesia, percampuran kebudayaan, pemandangan alam, objek-objek wisata, tentang Indonesia modern dan juga tentang Garuda Indonesia dengan segala kiprahnya ditampilkan pada acara tersebut. Tari Gending Sriwijaya, arak-arakan purbakala, tari pahlawan rimba belantara dari Mentawai, tari Pakarena, tari Rentak Sumatera, Srimpi Sangupati, Kapang-kapang, Legong Jobog, Manuk Dadali dan lain-lain mampu memukau hadirin.

Salah satu terobosan Garuda Indonesia dalam mempromosikan Indonesia di Jenewa dan peluncuran “Visit Indonesia Year 1991” di Eropa tengah itu merupakan kerja keras yang patut mendapat acungan jempol. Rangkaian acara besar itu  bisa sukses berkat kerja jajaran Garuda Indonesia Eropa yang dipimpin Kussuyono.

Kehadiran para pimpinan tour operator dunia di Jenewa itu dimanfaatkan oleh Menparpostel Soesilo Soedarman, Direktur Niaga Garuda Sunaryo, Direktur Niaga MNA  Rozali, dan Kepala Perwakilan Garuda Indonesia Eropa Kussuyono untuk mempromosikan kepariwisataan Indonesia.
**(Mustofa AS/1.5).-


Harian Angkatan Bersenjata
5 Nopember 1990

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.