Keikutsertaan Indonesia
dalam berbagai kegiatan pameran internasional seperti International and
Greenery Exposition ’90 di Osaka, Jepang, penyelenggaraan KIAS di AS, maupun
berbagai kegiatan konvensi internasional dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
menjadikan Indonesia agar sejajar dengan negara-negara di dunia.
Tahun Kunjungan Indonesia
1991 (Visit Indonesia Year 1991) mdrupakan tekad bangsa kita membuka diri
kepada dunia, memaparka kandungan
kekayaan alam dan hasil-hasil pembangunan setelah 45 tahun merdeka. ”Kesempatan
ini merupakan juga ungkapan rasa syukur bangsa kita dan mengundang
bangsa-bangsa lain untuk melihat Indonesia dengan segala isinya,”ujar
Menparpostel Soesilo Soedarman mengenai Visit Indonesia Year 1991 itu.
Promosi Indonesia di luar
negeri gencar dilakukan oleh berbagai
pihak, baik oleh pemerintah maupun pihak swasta. Garuda Indonesia yang salah
satu misinya adalah ikut mengembangkan
kepariwisataan nasional tidak sedikit
andilnya dalam memperkenalkan
Indonesia di mata bangsa-bangsa lain di dunia.
Pada setiap pembukaan jalur
penerbangan internasional baru, BUMN di bawah pembinaan Dephub ini juga membawa
jajaran industri pariwisata guna menerobos pasaran pariwisata internasional. Demikian pula tour operators
dari luar negeri diundang Garuda Indonesia untuk melihat potensi kepariwisataan Indonesia
untuk bisa mereka jual. Bahkan dengan duduknya Dirut Garuda Indonesia M.
Separno sebagai Presiden IATA (International
Air Transport Association- organisasi
perusahaan penerbangan internasional), kesempatan mengenalkan Indonesia lebih banyak lagi.
Dalam setiap kresempatan selama setahun menjabat sebagai Presiden IATA
1989-1990 itu M.Soeparno memanfaatkannya untuk mempromosikan Indonesia dengan
segala potensi alam, termasuk potensi pariwisata dan komoditi untuk ekspor.
“Saya berbicara mengenai
Indonesia di mana-mana mulai dari blok
timur, di Afrika, PBB, di Parlemen Inggris dan juga di negara-negara sedang berkembang,”ujar
Dirut Garuda Indonesia M. Soeparno.
Rupanya Sidang tahunan IATA ke-46 di Jenewa 29-30
Oktober 1990 itu juga dimanfaatkan oleh
Garuda Indonesia untuk lebih mengenalkan
Indonesia kepada sekitar 1.200 perutusan IATA dari 122 negara dan sekitar 200
pimpinan industri pariwisata dunia, dalam suatu acara “IATA Indonesian
Evening.”
Kehormatan
Acara “Malam Indonesia” di
hotel bergengsi Noga Hilton Jenewa itu bukan saja memperkenalkan makanan khas Indonesia tetapi juga menampilkan segi-segi
budaya melalui pergelaran kesenian dari grup Guruh Soekarno Putra, yang diberi
nama “Dynamic Indonesia Islands of Opportunity”.
Para undangan bisa menikmati
sayur lodeh, sate ayam, nasi goreng, soto, kerupuk, tempe goreng, dan sederetan
nama makanan khas Indonesia. Buah-buahan
seperti manggis, mangga, salak, kelengkeng
dan lain-lain juga dicicipi oleh para tamu sebelum acara pergelaran
kesenian, musik dan tari “Indonesia Wijaya” itu.
Ruangan makan malam dihiasi
dengan aneka anggrek Indonesia dan janur kuning, sedangkan pada meja-meja makan
buah-buahan Indonesia turut menyemarakkan kesempatan langka itu.”Untuk Jenewa
ini merupakan peristiwa besar, saya bangga!”ujar Dubes/Wakil Tetap RI di Jenewa
Wisber Loeis mengenai acara yang diselenggarakan Garuda Indonesia itu. Bahkan Menparpostel
Soesilo Soedarman memuji kegiatan tersebut, karena Garuda Indonesia bisa
memanfatkan kesempatan yang dinilainya langka itu.
“Bagi saya peristiwa ini
menggembirakan dan responsnya begitu besar, sehingga orang-orang luar tahu
kekayaan kita,”kata Menparpostel sambil menunjuk deretan buah-buahan dan makanan Indonesia yang disuguhkan pada
Senin malam 29 Oktober 1990 itu.
Ia menilai kepemimpinan
M.Soeparno dalam IATA memberikan kebanggan tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Karena walaupun hanya setahun menduduki jabatan itu namun menurut menteri, M.
Soeparno bisa mrenarik airlines di ASEAN untuk bergabung dalam IATA.
Seperti diketahui, dalam
masa jabatan M. Soeparno sebagai Presiden IATA, Malaysia Air System, Singapore
Airlines, Thai International, Cathay Pasific dan Royal Brunei Airlines bergabung
dalam organisasi dunia perusahaan
penerbangan itu .”Ini suatu bukti spirit ASEAN tumbuh berkembang dengan baik,
juga sebagai kehormatan bagi Indonesia,”tutur Soesilo Soedarman di sela-sela
acara makan malam di Noga Hilton Jenewa.
Kesempatan berkumpulnya para
presiden airlines dan pimpinan tour operator dunia semacam itu menurut menteri
cukup langka. Karena itu kesempatan baik tersebut digunakan juga untuk
mengundang mereka untuk datang ke Indonesia pada Visit Indonesia Year 1991.
Pada malam yang menampilkan
serba Indonesia itu Menparpostel dan Dirut Garuda Indonesia didampingi Dirjen
IATA Gunter Eser memberikan kata sambutannya.
Sukses
Para tamu yang masing-masing
memperoleh cinderamata berupa angklung dan kain tapis Lampung itu selama dua
jam terpaku menikmati pergelaran musik dan tari yang diselang-seling dengan
audio-visual potensi kekayaan Indonesia. Tentang terjadinya alam semesta, awal
peradaban manusia, tentang flora-fauna
Indonesia, tentang kebahagiaan bangsa Indonesia, percampuran kebudayaan,
pemandangan alam, objek-objek wisata, tentang Indonesia modern dan juga tentang
Garuda Indonesia dengan segala kiprahnya ditampilkan pada acara tersebut. Tari
Gending Sriwijaya, arak-arakan purbakala, tari pahlawan rimba belantara dari
Mentawai, tari Pakarena, tari Rentak Sumatera, Srimpi Sangupati, Kapang-kapang,
Legong Jobog, Manuk Dadali dan lain-lain mampu memukau hadirin.
Salah satu terobosan Garuda
Indonesia dalam mempromosikan Indonesia di Jenewa dan peluncuran “Visit
Indonesia Year 1991” di Eropa tengah itu merupakan kerja keras yang patut
mendapat acungan jempol. Rangkaian acara besar itu bisa sukses berkat kerja jajaran Garuda
Indonesia Eropa yang dipimpin Kussuyono.
Kehadiran para pimpinan tour
operator dunia di Jenewa itu dimanfaatkan oleh Menparpostel Soesilo Soedarman,
Direktur Niaga Garuda Sunaryo, Direktur Niaga MNA Rozali, dan Kepala Perwakilan Garuda Indonesia
Eropa Kussuyono untuk mempromosikan kepariwisataan Indonesia.
**(Mustofa AS/1.5).-
Harian Angkatan Bersenjata
5 Nopember 1990
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.