Saturday 9 August 2014

Dinilai Mengandung Kampanye LGBT

Top of Form

Buku ”Why Puberty” Ditarik dari Peredaran

Inilah cover buku yang dinilai mengandung unsur kampanye LGBT

Senandur -- Buku ‘Why Puberty’ yang mengandung pesan kampanye lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) ditarik dari peredaran. Hal ini dilakukan Penerbit Elex Media setelah menerima protes dari masyarakat. 


Ari Subagijo, GM Elex Media, mengaku menyesal dan meminta maaf atas penerbitan buku ini.“Kami menyesal atas kejadian ini. Untuk itu kami tarik buku tersebut dari peredaran. Buku ini tidak bisa dibeli lagi,” terang Ari saat menerima rombongan Fahira Idris dari Yayasan Anak Bangsa Mandiri dan Berdaya di kantor Humas Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (7/8/2014) siang.

Ari mengakui peristiwa ini merupakan keteledoran dari pihaknya. Menurut Ari, konten buku ini telah dikonsultasikan kepada ahlinya.“Buku ini bukan buku agama. Buku ini buku pendidikan. Selama ini kami konsultasi dengan ahlinya. Konsultasi dari satu rumah sakit besar di Jakarta,” kata Ari.
Ari menyatakan tidak keberatan jika buku ini nantinya direvisi, khsususnya pada sub-bab yang membahas soal cinta sesama jenis.

Top of Form
Pada kesempatan ini, Ari juga menyampaikan terima kasih kepada masyarakat atas masukan terhadap konten buku yang diterbitkan Elex Media itu. 

Salah satu isi komik produksi Elex Media yang berisi 'kampanye' cinta sesama jenis yang banyak menjadi sorotan masyarakat

Kejahatan Terselubung
Kampanye cinta sesama jenis yang kini merebak dalam bentuk komik (cerita bergambar) adalah jenis kejahatan terselubung di dunia pendidikan.“Ini kejahatan terselubung. Tentu saja ada ancaman terhadap dunia pendidikan kita di mana tujuan nasional pendidikan adalah menciptakan manusia yang cerdas, berbudaya, iman dan taqwa,” ujar  Ketua Hotline Pendidikan Jawa Timur, Isa Ansori, dalam rilisnya pada hidayatullah.com, Kamis  (07/08/2014) menyikapi keresahan masyarakat terkait  buku "Why Puberty" yang mengandung unsur pesan kampanye LGBT.

“Tentu saja pelegalan nilai-nilai liberal menjadi sesuatu yang mengancam, dan ini merupakan teror budaya terhadap nilai- nilai dan kebudayaan kita, tidak boleh lagi kita mengatakan ini persoalan HAM, apalagi kalau kemudian pemahaman itu disebarkan. Ini akan mengganggu nilai-nilai ketuhanan keluarga,” tambah Isa Ansori.

Beredarnya buku yang mengampanyekan cinta sesama jenis menurutnya adalah usaha penyesatan opini tentang pengertian cinta oleh kelompok pembawa paham liberal dari Barat ke Indonesia. Menurut Isa, Indonesia adalah negara yang sangat menekankan nilai ketuhanan dan mewujudkannya melalui dunia pendidikan pada anak-anak. Karena itu, peran pemerintah, orangtua dan berbagai pihak untuk terus membekali anak-anak dengan pemahaman benar, bukan pemahaman liberal ala Barat agar  Indonesia tidak menjadi bangsa yang kehilangan jati diri.

Persolan cinta antara pria dan wanita adalah persoalan fitrah ilahiyah yang diberikan Tuhan dalam rangka mengembangkan diri yang akhirnya membentuk keluarga.  Sebagaimana pula tumbuhan dan hewan-hewan telah Allah takdirnya berpasang-pasangan untuk tumbuh, berkembang dan mencapai keseimbangan alam.“Maka, paham kampanye hubungan sesama jenis tak lebih dari pengingkaran terhadap kodrat kemanusiaan yang diberikan Tuhan, “ ujar Isa.

Isa tak bisa membayangkan jika ajaran seperti ini tidak dilarang di Indonesia. “Bagaimana kelak tiba-tiba yang disebut institusi keluarga berubah, karena ayahnya laki-laki dan ibunya juga laki-laki. Mau jadi apa Indonesia?”

Karenanya,  sebagai negara yang menjunjung tinggi ketuhanan dalam sila pertama, sudah seharusnya pemerintah melarang peredaran buku-buku atau paham-paham yang melegalkan pemahaman hubungan sejenis.

“Bagi saya anak-anak Indonesia tidak boleh diajari hal-hal seperti itu karena ujungnya kelak akan merusak Indonesia dan merusak keseimbangan alam.”

Sebelummya   Ketua  Yayasan Anak Bangsa Mandiri dan Berdaya  Fahira Fahmi Idris meminta penerbit buku Elex Media segera menarik buku berjudul “Why Puberty;Why Pubertas” yang telah beredar di toko buku karena dinilai mengandung pesan yang mengampanyekan LGBT. “Pesan-pesan dalam buku tersebut tidak sesuai dengan sopan-santun serta adat ketimuran. Jadi sebaiknya ditarik dari peredaran, “ ujarnya dalam rilis pada hidayatullah.com, Rabu (06/08/2014).
Komik ini juga sempat menuai protes dari banyak kalangan masyarakat, termasuk pengguna twitter karena isi yang terkandung di dalamnya ada pesan melegalkan hubungan sesama jenis.

Fahira mengaku  mengetahui keberadaan buku tersebut dari teman-temannya,  yang mengabarkan buku berbau ‘kampanye’ LGBT telah beredar di toko buku, yang menulis warga Korea.

Menurut putri sulung Menteri Tenaga Kerja Indonesia pada era pemerintahan Presiden B.J Habibie, Fahmi Idris, ini,  dalam buku tersebut secara tidak sadar anak diarahkan  untuk menerima hubungan sesama jenis.“Saya tidak membenci atau memusuhi LGBT tapi saya menolak propoganda LGBT,” katanya.

Sementara itu, pihak penerbit, Elex Media, dalam akun twitter-nya mengatakan telah mempertimbangkan keberatan masyarakat.“Terima kasih untuk semua masukan akan buku Why: Puberty, semua masukan ini akan menjadi pertimbangan editor kami untuk publikasi ke depan,” ujarnya pihak penerbit dalam akun @elexmedia, hari Rabu.


Ibnu Syafaat

Fahira Idris saat melayangkan protes atas terbitnya buku Why Puberty di Kantor Humas Kompas Gramedia.

 

 

  Langgar Pancasila dan Norma Agama 

Ketua Yayasan Anak Bangsa Mandiri dan Berdaya itu  menilai lesbian, gay, biseksual, dan transgender tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.“Kita menolak propaganda LGBT melalui buku ini. Agama mana pun melarang LGBT. Termasuk Pancasila pun melarang LGBT,” kata Fahira kepada GM Elex Media, Ari Subagijo dan staf saat melayangkan protes atas terbitnya buku Why Puberty yang mengandung pesan cinta sesama jenis di Kantor Humas Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (7/8/2014) siang. Buku tersebut diterbitkan oleh Elex Media, kelompok Kompas Gramedia.

 Fahira protes keras isi buku itu yang menyebut cinta sesama jenis merupakan pilihan seseorang yang harus dihormati.“Menikah (cinta) sesama jenis itu merupakan larangan, bukan pilihan. Agama mana pun melarangnya, termasuk dasar negara kita,” kembali Fahira menegaskan.

Menurut Fahira, buku itu sama sekali tidak membahas upaya pencegahan perilaku LGBT.“Justru yang dibahas lebih pada agar masyarakat menerima perilaku LGBT,” ujarnya.
Fahira berharap, keresahan masyarakat ini menjadi perhatian pihak Elex Media. Langkah yang dilakukan pihak Elex Media dengan menarik buku itu mendapat apresiasi positif dari Fahira. “Saya berharap penarikan buku ini benar-benar dilakukan. Janganlah kita merusak para remaja yang tengah mencari jati diri dengan hal-hal terlarang,” tegas Fahira.

Sumber: Hidayatullah.com, 7& 8 Agustus 2014




Top of Form

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.