Buku ”Why
Puberty” Ditarik dari Peredaran
Inilah cover
buku yang dinilai mengandung unsur kampanye LGBT
Senandur -- Buku ‘Why Puberty’ yang mengandung pesan kampanye
lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) ditarik dari peredaran. Hal ini
dilakukan Penerbit Elex Media setelah menerima protes dari masyarakat.
Ari Subagijo, GM Elex Media, mengaku menyesal dan
meminta maaf atas penerbitan buku ini.“Kami menyesal atas kejadian ini. Untuk
itu kami tarik buku tersebut dari peredaran. Buku ini tidak bisa dibeli lagi,”
terang Ari saat menerima rombongan Fahira Idris dari Yayasan Anak Bangsa
Mandiri dan Berdaya di kantor Humas Kompas
Gramedia, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (7/8/2014) siang.
Ari mengakui peristiwa ini merupakan keteledoran dari
pihaknya. Menurut Ari, konten buku ini telah dikonsultasikan kepada
ahlinya.“Buku ini bukan buku agama. Buku ini buku pendidikan. Selama ini kami
konsultasi dengan ahlinya. Konsultasi dari satu rumah sakit besar di Jakarta,”
kata Ari.
Ari menyatakan tidak keberatan jika buku ini nantinya
direvisi, khsususnya pada sub-bab yang membahas soal cinta sesama jenis.
Pada kesempatan ini, Ari juga menyampaikan terima
kasih kepada masyarakat atas masukan terhadap konten buku yang diterbitkan Elex
Media itu.
Salah satu
isi komik produksi Elex Media yang berisi 'kampanye' cinta sesama jenis yang
banyak menjadi sorotan masyarakat
Kejahatan Terselubung
Kampanye cinta sesama jenis yang kini merebak dalam
bentuk komik (cerita bergambar) adalah jenis kejahatan terselubung di dunia
pendidikan.“Ini kejahatan terselubung. Tentu saja ada ancaman terhadap dunia
pendidikan kita di mana tujuan nasional pendidikan adalah menciptakan manusia yang
cerdas, berbudaya, iman dan taqwa,” ujar Ketua Hotline Pendidikan Jawa
Timur, Isa Ansori, dalam rilisnya pada hidayatullah.com, Kamis (07/08/2014) menyikapi keresahan masyarakat
terkait buku "Why Puberty" yang mengandung unsur pesan kampanye LGBT.
“Tentu saja pelegalan nilai-nilai liberal menjadi
sesuatu yang mengancam, dan ini merupakan teror budaya terhadap nilai- nilai
dan kebudayaan kita, tidak boleh lagi kita mengatakan ini persoalan HAM,
apalagi kalau kemudian pemahaman itu disebarkan. Ini akan mengganggu
nilai-nilai ketuhanan keluarga,” tambah Isa Ansori.
Beredarnya buku yang mengampanyekan cinta sesama jenis
menurutnya adalah usaha penyesatan opini tentang pengertian cinta oleh kelompok
pembawa paham liberal dari Barat ke Indonesia. Menurut Isa, Indonesia adalah negara yang sangat
menekankan nilai ketuhanan dan mewujudkannya melalui dunia pendidikan pada
anak-anak. Karena itu, peran pemerintah, orangtua dan berbagai pihak untuk
terus membekali anak-anak dengan pemahaman benar, bukan pemahaman liberal ala Barat
agar Indonesia tidak menjadi bangsa yang kehilangan jati diri.
Persolan cinta antara pria dan wanita adalah persoalan
fitrah ilahiyah yang diberikan Tuhan dalam rangka mengembangkan diri yang
akhirnya membentuk keluarga. Sebagaimana pula tumbuhan dan hewan-hewan telah
Allah takdirnya berpasang-pasangan untuk tumbuh, berkembang dan mencapai
keseimbangan alam.“Maka, paham kampanye hubungan sesama jenis tak lebih dari
pengingkaran terhadap kodrat kemanusiaan yang diberikan Tuhan, “ ujar Isa.
Isa tak bisa membayangkan jika ajaran seperti ini
tidak dilarang di Indonesia. “Bagaimana kelak tiba-tiba yang disebut institusi
keluarga berubah, karena ayahnya laki-laki dan ibunya juga laki-laki. Mau jadi
apa Indonesia?”
Karenanya, sebagai negara yang menjunjung tinggi
ketuhanan dalam sila pertama, sudah seharusnya pemerintah melarang peredaran
buku-buku atau paham-paham yang melegalkan pemahaman hubungan sejenis.
“Bagi saya anak-anak Indonesia tidak boleh diajari hal-hal
seperti itu karena ujungnya kelak akan merusak Indonesia dan merusak
keseimbangan alam.”
Sebelummya Ketua Yayasan Anak Bangsa Mandiri dan Berdaya
Fahira Fahmi Idris meminta penerbit buku Elex Media segera menarik buku
berjudul “Why Puberty;Why Pubertas” yang telah beredar di toko buku
karena dinilai mengandung pesan yang mengampanyekan LGBT. “Pesan-pesan dalam buku tersebut tidak sesuai dengan
sopan-santun serta adat ketimuran. Jadi sebaiknya ditarik dari peredaran, “
ujarnya dalam rilis pada hidayatullah.com, Rabu (06/08/2014).
Komik ini juga sempat menuai protes dari banyak kalangan
masyarakat, termasuk pengguna twitter karena isi yang terkandung di
dalamnya ada pesan melegalkan hubungan sesama jenis.
Fahira mengaku mengetahui keberadaan buku
tersebut dari teman-temannya, yang
mengabarkan buku berbau ‘kampanye’ LGBT telah beredar di toko buku, yang
menulis warga Korea.
Menurut putri sulung Menteri Tenaga Kerja Indonesia
pada era pemerintahan Presiden B.J Habibie, Fahmi Idris, ini, dalam buku
tersebut secara tidak sadar anak diarahkan untuk menerima hubungan sesama
jenis.“Saya tidak membenci atau memusuhi LGBT tapi saya menolak propoganda
LGBT,” katanya.
Sementara itu, pihak penerbit, Elex Media, dalam akun twitter-nya
mengatakan telah mempertimbangkan keberatan masyarakat.“Terima kasih untuk semua masukan akan buku Why:
Puberty, semua masukan ini akan menjadi pertimbangan editor kami untuk
publikasi ke depan,” ujarnya pihak penerbit dalam akun @elexmedia, hari
Rabu.
Ibnu Syafaat
Fahira Idris saat melayangkan protes atas terbitnya buku Why Puberty di Kantor Humas Kompas Gramedia.
Langgar Pancasila dan Norma Agama
Ketua Yayasan Anak Bangsa Mandiri dan Berdaya itu menilai lesbian, gay, biseksual, dan transgender tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.“Kita menolak propaganda LGBT melalui buku ini. Agama mana pun melarang LGBT. Termasuk Pancasila pun melarang LGBT,” kata Fahira kepada GM Elex Media, Ari Subagijo dan staf saat melayangkan protes atas terbitnya buku Why Puberty yang mengandung pesan cinta sesama jenis di Kantor Humas Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (7/8/2014) siang. Buku tersebut diterbitkan oleh Elex Media, kelompok Kompas Gramedia.
Fahira protes keras isi buku itu yang menyebut cinta sesama jenis merupakan pilihan seseorang yang harus dihormati.“Menikah (cinta) sesama jenis itu merupakan larangan, bukan pilihan. Agama mana pun melarangnya, termasuk dasar negara kita,” kembali Fahira menegaskan.
Menurut Fahira, buku itu sama sekali tidak membahas
upaya pencegahan perilaku LGBT.“Justru yang dibahas lebih pada agar masyarakat
menerima perilaku LGBT,” ujarnya.
Fahira berharap, keresahan masyarakat ini menjadi
perhatian pihak Elex Media. Langkah yang dilakukan pihak Elex Media dengan
menarik buku itu mendapat apresiasi positif dari Fahira. “Saya berharap
penarikan buku ini benar-benar dilakukan. Janganlah kita merusak para remaja
yang tengah mencari jati diri dengan hal-hal terlarang,” tegas Fahira.
Sumber:
Hidayatullah.com, 7& 8 Agustus 2014
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.