Namaku Kartini
Oleh: Mustofa AS
KARTINI tersenyum bangga. Cita-citanya untuk memimpin negara ini segera
terwujud. Ia membayangkan sidang kabinet pertama yang dihadiri para menteri
dengan pakaian baru dan semangat baru. Ia akan bersikap anggun dan tentu
menebar senyum. Kartini, engkau sekarang wanita presiden pertama di Bumi
Pertiwi.
Sambil bercermin, Kartini
kembali tersenyum. Ia kini bisa disamakan dengan tokokoh-tokoh wanita dunia
seperti Margaret Thacher, Ny. Indira Gandhi,
Benazir Bhuto, dan Golda Meir. Pasti ia akan setenar mereka.
Andaikata Raden Ajeng
Kartini menyaksikan Kartini menjadi Presiden RI pasti beliau akan bangga.
Karena, apa yang diinginkannya, seperti apa yang ditulis oleh para ahli
sejarah, kini terwujud. Bahkan, mungkin melebihi apa yang dicita-citakan Puteri yang Mulia ini.
Perasaan Kartini memang
melambung. Ia ingin segera merealisasikan
cita-citanya, memperjuangkan hak-hak
kaum wanita. Untuk itu, ia membentuk Departemen Peranan Wanita, tentu
menterinya seorang wanita. Sejumlah departemen juga dipimpin oleh wanita.
Pokoknya kepedulian terhadap wanita diberikan porsi yang lebih dari kabinet-kabinet terdahulu yang dipimpin oleh bukan wanita.
Di benaknya juga tergambar masalah TKW (tenaga kerja wanita) yang
selama ini penanganannya tak pernah tuntas. Kartini ingin wanita Indonesia
mempunyai martabat. Bukan sekadar martabat sebagai pembantu rumah tangga yang
di mancanegara disamakan dengan budak. Masalah hak cuti wanita pekerja juga
sudah terkonsep di benaknya, termasuk konsep mengatasi perkosaan terhadap
wanita.
Segala rencana dan cita-cita rasanya sudah OK semua. Tapi ada satu yang
masih mengganjal dan terus dipikirkannya. Yakni, nasib suaminya.
Sebagai orang Jawa (asli), Kartini merasa tidak tega meninggalkan
suaminya, yang selama ini mendampinginya berjuang untuk mencapai cita-citanya.
Bagaimana nanti kalau dia meninjau proyek-proyek pembangunan di daerah atau
pergi ikut pertemuan internasional di mancanegara? Apakah suaminya ikut
mendampinginya? Lalu, sebagai apa? Sebagai suami presiden? Apakah dari segi
protokoler sudah ada aturannya?
Karena, kalau nyonya presiden, rasanya tidak ada masalah. Tetapi, kini
suami presiden? Kartini jadi judek memikirkan hal itu? Ia juga
bertanya-tanya siapakah yang pantas
dicantumkan di belakang namanya? Suaminya ataukah bapaknya? Kalau mengacu
kepada Benazir Bhuto dan Indira Gandhi, maka ia cenderung memakai Rasyid, nama
bapaknya. Tetapi, jika ia menggunakan nama bapaknya, ia sungguh tak tega
melupakan nama suaminya, Rosyadi.
Ketika masih sendiri, ia menggunakan nama Kartini Rasyid. Tetapi,
setelah ia berkeluarga, kadang-kadang saja ia mencantumkan nama Rosyadi di
belakang namanya. Namun, ketika ia berkiprah di kancah politik hingga terpilih
menjadi presiden, ia menggunakan nama Kartini tanpa embel-embel di belakangnya.
Tanpa terasa Kartini
meneteskan air mata memikirkan kedua orang yang sangat dicintai dan berjasa
mengangkat dirinya itu. Ayahnya yang lembut memberinya nama Kartini karena ia
dilahirkan pada 21 April 50 tahun lalu. “Abah suka sejarah dan banyak mengagumi
tokoh nasional, termasuk R.A. Kartini yang disanjung sebagai Putri
Jauhari,”ujar Kartini pada suatu hari. Sedangkan, suaminya dengan penuh
pengertian dan kasih sayang selalu mendorong dan mendukung keinginan dan
cita-citanya.
Persoalan yang dihadapinya sebenarnya
sederhana. Tetapi, jika perasaan yang berbicara, maka masalah yang kelihatannya
sederhana itu menjadi problema yang sulit dipecahkan. Wanita itu benar-benar
judek.
Kartini terkejud ketika
pembantunya datang tergopoh-gopoh.”Ibu…. Ibu…. Adi berdarah… kena lemparan batu.
Ibu… Adi ikut tawuran!” Kartini berlari mengikuti pembantunya, hatinya terasa
tak karuan.
Tengah malam, setelah bersujud Kartini
menadahkan tangannya sambil berurai air mata.”Duh, Gusti Allah. Ampunilah dosa
hamba-Mu ini, yang berangan-angan jadi presiden, padahal mengurus anak dan
suami saja tidak becus. Duh Gusti
tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan yang telah Engkau berikan kepada para
pendahulu kami. Amin!”
Harian Umum ABRI
Rabu, 21 April 1999
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.