Saturday 16 August 2014

Teropong



                                  Janjimu
                                  Oleh: Mustofa AS


HINGAR-BINGAR kampanye Pemilu ’99 resmi digelar mulai kemarin. Pengikut dan simpatisan parpol pun seakan tak terbendung lagi melampiaskan keinginan mereka untuk berunjuk rasa, memamerkan kekuatan dengan aneka tingkah polah. Bebas dan bebas! Tak kenal, maka tak sayang. Barangkali ungkapan inilah yang digunakan oleh penganut parpol saat ini. Mereka dengan cara dan gayanya masing-masing berupaya menarik simpati rakyat, terutama  massa pemilih.


Sejak ramai-ramai pendirian parpol hingga menjelang kampanye resmi (berjadwal), sebenarnya masing-masing parpol tak putus-putusnya  menggelar kampanye. Apa pun namanya, yang pasti kampanye itu dibungkus dengan serangkaian kata pemanis, seperti acara temu kader dan rapat akbar. Acara pelantikan di wilayah, cabang ataupun ranting parpol, hampir dipastikan dimanfaatkan sebagai ajang kampanye.

Pidato dengan jargon-jargon berirama rock and roll, slow rock, rap, soul, pop, pop rock, sampai dangdut pun bermunculan. Janji-janji pun bertebaran. Dari soal janji memperbaiki ekonomi, menawarkan kenikmatan masa depan, menghujat ketidakadilan, memberantas kezaliman, sampai-sampai janji dusta, menambah perbendaharaan dan beban untuk rakyat. Para pemimpin yang bagaikan tanpa dosa dan noda sibuk mencari simpati seluruh lapisan masyarakat. “Kecap” nomor satu bertebaran di mana-mana, muncul janji paling manis untuk rakyat yang kini sedang menderita berbagai krisis.

Pawai damai, pawai simpatik, atau pawai apa pun namanya, yang biasanya menggunakan kendaraan, hampir dilakukan setiap hari di daerah-daerah yang terkadang menimbulkan bentrokan antarpeserta pawai.

Kemarin pula di sejumlah media massa cetak beberapa parpol tampil dalam iklan politik. Di televisi muncul parpol pendatang baru berkampanye melalui iklan pula. Rupanya parpol ini ingin taat pada aturan main, jadi baru muncul pada jadwal resmi kampanye. Padahal, jauh sebelum kampanye resmi, di televisi pun tak sepi dari kampanye, berupa iklan penerangan. 

Ketua KPU, Rudini, juga berkampanye supaya Pemilu luber dan jurdil. Partai kuning, hijau, merah, dan partai biru-putih pun berkampanye. Para pemimpinnya dengan pakaian kebesaran masing-masing tampil sebagai tokoh reformasi memimpin Indonesia di masa datang, mempromosikan partainya. Sayang, penampilan mereka kurang meyakinkan  penonton. Salah satu misal, ada tokoh yang mengacungkan tangan dengan pekikan yang maunya bersemangat, tapi yang keluar justru suara yang kurang pas dengan gerakan tangannya. Mungkinkah ia grogi atau sang sutradara yang kurang memberi arahan? Ataukan pemimpin yang satu ini bukan pemain watak yang sebenarnya? Aku pun tak tahu!

Kampanye yang simpatik dan populer di masyarakat, misalnya karya Garin Nugroho, yang dikemas dan ditayangkan secara apik.”Inga!Inga! Badaftar Ramai-ramai” adalah salah satu contoh  kampanye yang menggugah kesadaran masyarakat untuk ikut dalam Pemilu. “Mbok sekali-sekali suara kita didengerin!” Ini juga  satu contoh sukses kampanye melalui tayangan media massa dalam memberikan penyuluhan.

Andai saja dari 48 parpol ada yang mampu nmeyakinkan , tentu rakyat akan selalu ingat. Dan, pada gilirannya mau mencoblos tanda gambar parpol tersebut. Rakyat memang tak perlu diberikan janji-janji muluk. Rakyat hanya ingin kebenaran dari apa yang diucapkan oleh para pemimpin maupun tokoh-tokoh parpol. Karena bak kata orang pandai, kebenaran tak memerlukan bunga-bunga kata. Rakyat sudah terlalu muak mendengar janji yang ternyata palsu belaka dari para pemimpin masa lalu.

Di alam reformasi saat ini, obral janji dan memperbesar kebohongan dari mereka yang ingin duduk dalam struktur kekuasaan tak pernah surut. Para tokoh parpol semakin mendekati Pemilu, semakin banyak omong. Sejumlah calon Presiden RI masa datang memang telah mengumbar janji, akan berbuat yang terbaik untuk nrakyat, tapi semuanya terasa hambar. Rasanya, dari sekian banyak calon presiden, belum ada yang memaparkan rencana jangka pendek secara rinci untuk mengatasi segala  krisis yang terjadi di negara tercinta ini, bila ia kelak jadi Presiden RI. Nah, bila ada yang berani begitu, pasti partainya akan laris. Tapi ingat, rakyat nanti pasti akan menagih, mana janjimu?


Harian Umum ABRI
Kamis, 20 Mei 1999

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.