Janjimu
Oleh: Mustofa AS
HINGAR-BINGAR kampanye
Pemilu ’99 resmi digelar mulai kemarin. Pengikut dan simpatisan parpol pun
seakan tak terbendung lagi melampiaskan keinginan mereka untuk berunjuk rasa,
memamerkan kekuatan dengan aneka tingkah polah. Bebas dan bebas! Tak kenal,
maka tak sayang. Barangkali ungkapan inilah yang digunakan oleh penganut parpol
saat ini. Mereka dengan cara dan gayanya masing-masing berupaya menarik simpati
rakyat, terutama massa pemilih.
Sejak ramai-ramai pendirian
parpol hingga menjelang kampanye resmi (berjadwal), sebenarnya masing-masing
parpol tak putus-putusnya menggelar
kampanye. Apa pun namanya, yang pasti kampanye itu dibungkus dengan serangkaian
kata pemanis, seperti acara temu kader dan rapat akbar. Acara pelantikan di
wilayah, cabang ataupun ranting parpol, hampir dipastikan dimanfaatkan sebagai
ajang kampanye.
Pidato dengan jargon-jargon berirama
rock and roll, slow rock, rap, soul,
pop, pop rock, sampai dangdut pun bermunculan. Janji-janji pun bertebaran. Dari
soal janji memperbaiki ekonomi, menawarkan kenikmatan masa depan, menghujat
ketidakadilan, memberantas kezaliman, sampai-sampai janji dusta, menambah
perbendaharaan dan beban untuk rakyat. Para pemimpin yang bagaikan tanpa dosa
dan noda sibuk mencari simpati seluruh lapisan masyarakat. “Kecap” nomor satu
bertebaran di mana-mana, muncul janji paling manis untuk rakyat yang kini sedang
menderita berbagai krisis.
Pawai damai, pawai simpatik, atau pawai apa
pun namanya, yang biasanya menggunakan kendaraan, hampir dilakukan setiap hari
di daerah-daerah yang terkadang menimbulkan bentrokan antarpeserta pawai.
Kemarin pula di sejumlah
media massa cetak beberapa parpol tampil dalam iklan politik. Di televisi
muncul parpol pendatang baru berkampanye melalui iklan pula. Rupanya parpol ini
ingin taat pada aturan main, jadi baru muncul pada jadwal resmi kampanye.
Padahal, jauh sebelum kampanye resmi, di televisi pun tak sepi dari kampanye,
berupa iklan penerangan.
Ketua KPU, Rudini, juga berkampanye supaya Pemilu
luber dan jurdil. Partai kuning, hijau, merah, dan partai biru-putih pun
berkampanye. Para pemimpinnya dengan pakaian kebesaran masing-masing tampil
sebagai tokoh reformasi memimpin Indonesia di masa datang, mempromosikan
partainya. Sayang, penampilan mereka kurang meyakinkan penonton. Salah satu misal, ada tokoh yang
mengacungkan tangan dengan pekikan yang maunya bersemangat, tapi yang keluar
justru suara yang kurang pas dengan gerakan tangannya. Mungkinkah ia grogi atau
sang sutradara yang kurang memberi arahan? Ataukan pemimpin yang satu ini bukan
pemain watak yang sebenarnya? Aku pun tak tahu!
Kampanye yang simpatik dan
populer di masyarakat, misalnya karya Garin Nugroho, yang dikemas dan
ditayangkan secara apik.”Inga!Inga! Badaftar Ramai-ramai” adalah salah satu
contoh kampanye yang menggugah kesadaran
masyarakat untuk ikut dalam Pemilu. “Mbok
sekali-sekali suara kita didengerin!”
Ini juga satu contoh sukses kampanye
melalui tayangan media massa dalam memberikan penyuluhan.
Andai saja dari 48 parpol ada
yang mampu nmeyakinkan , tentu rakyat akan selalu ingat. Dan, pada gilirannya
mau mencoblos tanda gambar parpol tersebut. Rakyat memang tak perlu diberikan
janji-janji muluk. Rakyat hanya ingin kebenaran dari apa yang diucapkan oleh
para pemimpin maupun tokoh-tokoh parpol. Karena bak kata orang pandai,
kebenaran tak memerlukan bunga-bunga kata. Rakyat sudah terlalu muak mendengar
janji yang ternyata palsu belaka dari para pemimpin masa lalu.
Di alam reformasi saat ini,
obral janji dan memperbesar kebohongan dari mereka yang ingin duduk dalam
struktur kekuasaan tak pernah surut. Para tokoh parpol semakin mendekati
Pemilu, semakin banyak omong. Sejumlah calon Presiden RI masa datang memang
telah mengumbar janji, akan berbuat yang terbaik untuk nrakyat, tapi semuanya
terasa hambar. Rasanya, dari sekian banyak calon presiden, belum ada yang
memaparkan rencana jangka pendek secara rinci untuk mengatasi segala krisis yang terjadi di negara tercinta ini,
bila ia kelak jadi Presiden RI. Nah, bila ada yang berani begitu, pasti
partainya akan laris. Tapi ingat, rakyat nanti pasti akan menagih, mana
janjimu?
Harian Umum ABRI
Kamis, 20 Mei 1999
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.