Pemerintah mentargetkan
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 2,5 sampai 3,5 juta orang pada
akhir Pelita V. Untuk mencapai jumlah itu diperlukan segala kemudahan, termasuk
alat transportasi yang cepat, aman, dan
nyaman.
Kenyataan menunjukkan para wisatawan mancanegara lebih suka menggunakan angkutan udara dibandingkan
sarana transportasi lainnya. Lebih dari 90 persen mereka memasuki Indonesia melalui
udara.
Potensi wisatawan asing itu tentu saja
dimanfaatkan oleh perusahaan penerbangan
nasional Garuda Indonesia. Karenanya, salah satu program Garuda Indonesia
adalah ikut serta dalam pengembangan
pariwisata Indonesia. Dari data yang ada, tercatat rata-rata 60 persen dari wisatawan mancanegara yang datang
ke Indonesia selama ini diangkut oleh
Garuda Indonesia. Juga hampir 90 persen perjalanan wisatawan mancanegara itu di dalam negeri Indonesia diterbangkan
perusahaan ini melalui jaringan penerbangan dalam negeri yang padat.
Menurut pihak Garuda Indonesia, memasarkan DTW (Daerah Tujuan Wisata) Indonesia langsung di tempat asal wisatawan merupakan salah satu kebijaksanaan yang ditempuh. Kebijaksanaan ini didukung dengan proporsi yang jelas yaitu sebanyak 70 persen dari kapasitas tempat duduk penerbangan internasional Garuda Indonesia ditujukan bagi sasaran pengangkutan para wisatawan mancanegara.
Menurut pihak Garuda Indonesia, memasarkan DTW (Daerah Tujuan Wisata) Indonesia langsung di tempat asal wisatawan merupakan salah satu kebijaksanaan yang ditempuh. Kebijaksanaan ini didukung dengan proporsi yang jelas yaitu sebanyak 70 persen dari kapasitas tempat duduk penerbangan internasional Garuda Indonesia ditujukan bagi sasaran pengangkutan para wisatawan mancanegara.
Upaya-upaya yang dilakukan Garuda
Indonesia dalam mengembangkan kepariwisataan Indonesia di antaranya melakukan
kerjasama dengan biro-biro perjalanan di dalam maupun luar negeri.
Kantor-kantor Garuda dengan biro-biro perjalanan dan tour operator menciptakan paket-paket wisata dengan variasi harga
yang sesuai dengan ciri pasaran turis setempat.
Tarip-tarip khusus yang merangsang
diciptakan agar wisatawan mancanegara tertarik melakukan perjalanan di dalam
negeri Indonesia dari satu DTW ken DTW lainnya. Misalnya harga tiket US$ 300
untuk bepergian pada lima tempat di Indonesia atau US$400 pada 10 tempat dan US$500
pada lebih dari 10 tempat sampai 35 tempat atau kota.
Bukan hanya menciptakan paket-paket wisata
yang menarik saja, Garuda juga melakukan kampanye pariwisata dalam negeri dan
mengintensifkan promosi pariswisata di luar negeri.
Pihak Garuda Indonesia mengakui, bila
digabungkan seluruh butir kegiatan pemasaran yang telah dilakukan, maka
jumlahnya dalam setahun mencapai sekitar US$ 10 juta. Namun hasilnya telah
langsung berujud nyata.
Pada negeri-negeri yang potensi
wisatawannya amat besar, citra Garuda Indonesia seakan-akan mulai identik dengan negeri Indonesia sebagai
DTW, ataupun sebaliknya. Untuk mempercepat pertumbuhan pariwisata Garuda Indonesia menempuh kebijaksanaan
dengan menjalin kerjasama operasional dengan berbagai perusahaan penerbangan asing antara lain
dengan SIA, MAS, Cathay Pasific, China Airlines, Thai International, dan KLM.
Di satu pihak kerjasama operasional ini
memanfaaatkan dan meningkatkan pemakaian pesawat Garuda Indonesia, dan di lain
pihak berarti perusahaan penerbangan asing tersebut ikut memasarkan dan
mempromosikan Indonesia sebagai DTW, dalam kegiatan-kegiatan pemasaran dalam
negerinya maupun internasional.
Keberanian dan kesiapan Garuda Indonesia itu akhirnya dapat nmembuka tabir kesan internasional selama ini yang menyangka Indonesia menjalankan kebijaksanaan pintu tertutup bagi penerbangan asing ataupun politik satu pintu masuk yakni Jakarta saja, yang populer disebut one gate policy.
Kalau kita bicara mengenai industri pariwisata bagi kepentingan ekonomi nasional pertama-tama yang penting adalah soal inbound tourism, yakni wisatawan mancanegara yang masuk ke dalam negeri, karena hal ini secara langsung merangsang kesempatan kerja yang bermata rantai panjang di dalam negeri. Bagi Garuda Indonesia berarti memberi kemampuan membiayai kredit pesawatnya maupun biaya operasionalnya. Dengan sadar bagian inilah yang digarap secara optimal oleh Garuda Indonesia, kata seorang pejabat Garuda.
Keberanian dan kesiapan Garuda Indonesia itu akhirnya dapat nmembuka tabir kesan internasional selama ini yang menyangka Indonesia menjalankan kebijaksanaan pintu tertutup bagi penerbangan asing ataupun politik satu pintu masuk yakni Jakarta saja, yang populer disebut one gate policy.
Kalau kita bicara mengenai industri pariwisata bagi kepentingan ekonomi nasional pertama-tama yang penting adalah soal inbound tourism, yakni wisatawan mancanegara yang masuk ke dalam negeri, karena hal ini secara langsung merangsang kesempatan kerja yang bermata rantai panjang di dalam negeri. Bagi Garuda Indonesia berarti memberi kemampuan membiayai kredit pesawatnya maupun biaya operasionalnya. Dengan sadar bagian inilah yang digarap secara optimal oleh Garuda Indonesia, kata seorang pejabat Garuda.
Terobosan Ketika pemerintah memutuskan untuk mengembangkan kepariwisataan Indonesia
antara lain dengan pembebasan visa bagi wisatawan dari 29 negara, Garuda
Indonesia sedang mempersiapkan diri memasuki era baru dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Kerjasama operasional dengan perusahaan
penerbangan asing untuk mengangkut wisatawan mancanegara ke Indonesia merupakan rentetan dari terobosan yang dilakukan Garuda
Indonesia. Langkah terobosan lain adalah membuka jalur penerbangan langsung ke Amerika. Membuka
serta menambah jalur penerbangan ke Eropa dan Afrika, juga dijalankan sebagai
langkah terobosan. Satu lagi terobosan baru adalah pembukaan jalur
penerbangan Jakarta-Denpasar-Auckland,
Selandia Baru, yang dimulai 4 Nopember 1988.
Garuda Indonesia juga berhasil menerobos
pasaran wisastawan Jepang yang menjadi incaran hampir setiap negeri-negeri DTW
internasional. Terobosan Garuda ini dengan hasil saling pengertian yang baik antara kedua negeri itu. Garuda
Indonesia akan mendapatkan hak terbang
jauh lebih banyak dari frekuensi yang ada selama ini.
Terobosan lain yang dilakukan pertama kali
di dunia adalah penyelesaian imigrasi
para penumpang dari Jepang bertujuan Indonesia diselesaikan selagi mereka
berada di pesawat Garuda Indonesia. Menurut pihak Garuda Indonesia, pada setiap
pesawat Garuda Indonesia dari Jepang ke Indonesia bertugas dua orang pegawai
imigrasi. Para penumpang dari Jepang yang kebanyakan wisatawan itu merasa kenyamanan dan kelancaran atas pelayanan
tersebut.
Program lain yang tidak kalah pentingnya adalah kesediaan Garuda Indonesia yang menawarkan berbagai fasilitas pendidikan dan keahlian dalam menciptakan produk yang jitu, kepada unsur-unsur industri pariwisata . Fasilitas kantor-kantor Garuda Indonesai di luar negeri juga ditawarkan sebagai tempat unsur-unsur industri pariwisata menyediakan bahan-bahan promosi mereka untuk pemasaran setempat.
Tarip-tarip khusus juga diberikan Garuda Indonesia kepada unsur-unsur industri pariwisata yang bepergian ke luar negeri bagi tujuan kegiatan promosi pariwisata. Perusahaan penerbangan ini setiap tahun bahkan mendatangkan ratusan orang wakil-wakil dari biro perjalanan luar negeri ke Indonesia dengan tujuan a gar mereka dapat memasarkan DTW Indonesia secara lebih luas dan kompetitif.
Program lain yang tidak kalah pentingnya adalah kesediaan Garuda Indonesia yang menawarkan berbagai fasilitas pendidikan dan keahlian dalam menciptakan produk yang jitu, kepada unsur-unsur industri pariwisata . Fasilitas kantor-kantor Garuda Indonesai di luar negeri juga ditawarkan sebagai tempat unsur-unsur industri pariwisata menyediakan bahan-bahan promosi mereka untuk pemasaran setempat.
Tarip-tarip khusus juga diberikan Garuda Indonesia kepada unsur-unsur industri pariwisata yang bepergian ke luar negeri bagi tujuan kegiatan promosi pariwisata. Perusahaan penerbangan ini setiap tahun bahkan mendatangkan ratusan orang wakil-wakil dari biro perjalanan luar negeri ke Indonesia dengan tujuan a gar mereka dapat memasarkan DTW Indonesia secara lebih luas dan kompetitif.
Atas
berbagai upaya mengembangkan kepariwisataan
nasional itu maka tidak heran kalau perusahaan penerbangan ini pada 27
Pebruari 1988 menerima Anugerah Wisata Indonesia untuk jasa Prestasi Industri
Wisata dari pemerintah.
Anugerah itu diberikan karena prestasi Garuda Indonesia dalam pengabdian mengembangkan armada dan penerbangan yang menjangkau wilayah Nusantara dan internasional, serta sumbangan nyata dalam pembangunan sarana wisata, Garuda Indonesia berhasil berperan sebagai Soko Guru Pengembangan Pariwisata Indonesia.
Berbagai kegiatan Garuda Indonesia dalam mengembangkan kepariwisataan Indonesia patut didukung semua pihak yang berkepentingan dalam masalah ini. Karena seperti dikemukakan Menparpostel Soesilo Soedarman, untuk mencapai jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 2,5 sampai 3,5 juta orang pada akhir Pelita V merupakan pekerjaan yang tidak ringan. Namun dengan kerjasama yang baik antar unsur-unsur terkait, Insya Allah target itu bisa tercapai. (Mustofa AS/3.16)
Anugerah itu diberikan karena prestasi Garuda Indonesia dalam pengabdian mengembangkan armada dan penerbangan yang menjangkau wilayah Nusantara dan internasional, serta sumbangan nyata dalam pembangunan sarana wisata, Garuda Indonesia berhasil berperan sebagai Soko Guru Pengembangan Pariwisata Indonesia.
Berbagai kegiatan Garuda Indonesia dalam mengembangkan kepariwisataan Indonesia patut didukung semua pihak yang berkepentingan dalam masalah ini. Karena seperti dikemukakan Menparpostel Soesilo Soedarman, untuk mencapai jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 2,5 sampai 3,5 juta orang pada akhir Pelita V merupakan pekerjaan yang tidak ringan. Namun dengan kerjasama yang baik antar unsur-unsur terkait, Insya Allah target itu bisa tercapai. (Mustofa AS/3.16)
Harian Angkatan Bersenjata
8 November 1988
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.