Tuesday 4 August 2015

Muktamar NU Ricuh,

 Said Agil Siraj Malu Sama Muhammadiyah

Presiden Joko Widodo (kiri) dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj (kanan) menjawab sejumlah pertanyaan wartawan usai melakukan pertemuan di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, 24 Desember 2014. Kunjungan Presiden Joko Widodo ke PBNU untuk meraih dukungan soal hukuman mati bagi terpidana pengedar narkoba dan upaya gerakan deradikalisasi di Indonesia. ANTARA/Widodo S. Jusuf

  Jombang - Ketua Umum PBNU KH Agil Said Siraj mengaku malu Muktamar NU diperbandingkan dengan Muktamar Muhammadiyah. Muktamar NU dianggap oleh media massa banyak ributnya, sedangkan Muhammaditah berlangsung damai dan sejuk. "Ini pukulan besar bagi NU, bukan PBNU, " katanya di Jombang, Senin 3 Agustus 2015.

    Muktamar NU yang berlangsung di Jombang, Jawa Timur, berlangsung di empat lokasi. Selain Alun-Alun Jombang, acara digelar di sejumlah pondok pesantren seperti Darul Ulum, Peterongan, Pesantren Tebuireng, Pesantren Tambakberas.

    Said mengaku langsung menerima banyak telepon dari jenderal dan tokoh nasional yang menanyakan kekisruhan Muktamar NU. Baginya, kekisruhan ini sudah di luar batas toleransi dan kewajaran. Keributan Muktamar NU dipicu oleh pertentangan tata tertib pemilihan ketua PBNU.

    Peserta sidang pembahasan tata tertib terbelah menjadi dua, satu kelompok mempertahankan model pemilihan ahlul halli wal aqdi. Artinya penentuan pimpinan organaisasi diambil melalui musyawarah mufakat. Sedangkan kelompok lain menginginkan pemilihan melelui voting muktamirin.

    Para peserta yang ribut tadi malam menurut Said bukanlah rais syuriah yang terdiri dari ulama dan kiai. Sebab tidak mungkin para kiai akan berteriak dan mengucapkan kata kasar seperti yang dilakukan peserta. "Saya berterima kasih kepada Gus Mus." Menurut Said, KH Mustofa Bisri yang berhasil menyelamatkan NU di mata dunia.

    Meski sempat ricuh, Said menjamin pelaksanaan muktamar secara keseluruhan tak akan molor dari jadwal. Dengan beresnya urusan Ahwa, para muktamirin bisa berkonsentrasi pada pembahasan komisi dan rekomendasi.

    Muktamar Muhammadiyah berlangsung di Makassar, yang dibuka Presiden Joko Widodo pada Senin, 3 Agustus 2015. Mukamar ini juga memilih ketua untuk menggantikan Din Syamsuddin. 
Sumber: TEMPO.CO,SENIN, 03 AGUSTUS 2015 
HARI TRI WASONO


No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.