Malang
- Ormas terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (NU) sedang dalam krisis
konflik setelah helatan Muktamar NU ke-33 yang baru selesai dilaksanakan di
Jombang.
Mencuatnya konflik pasca Muktamar tersebut
datang setelah kemarin sore, tokoh Nahdlatul Ulama (NU) asal Kota Malang yakni
KH Hasyim Muzadi menolak hasil muktamar Jombang. Dari kediamannya di Jalan
Cengger Ayam, Kota Malang, mantan Ketua Tanfidiyah Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU) ini menolak hasil Muktamar Jombang.
Menurut dia, Muktamar Jombang yang
menghasilkan Ketua Tanfidiyah KH Said Aqil Sirodj dan Rois Am KH Ma'ruf Amin
dinilai tidak sesuai aturan.
"Kalau konsep yang dihasilkan muktamar
mungkin menerima, tapi kalau pemimpin yang dihasilkan dari muktamar ini saya
menolak," kata dia dalam konfrensi pers kemarin.
Pria yang dalam muktamar Jombang
mencalonkan diri sebagai Rois Am ini menambahkan, ada sejumlah hal yang
ditabrak oleh Muktamar Jombang. Salah satunya adalah tidak memenuhi kuorum-nya
pemilihan ketua tanfidiyah yang menghasilkan KH Said Aqil Sirodj sebagai
pemenang.
Kiai
Hasyim berkesimpulan kalau forum pemilihan yang dilaksanakan di Alun-Alun
Jombang ini karena pada waktu bersamaan, dirinya dengan Calon Ketua Tanfidiyah
yang lain yakni KH Sholahudin Wahid mengumpulkan pimpinan NU dari wilayah dan
cabang di Pesantren Tebuireng.
Dari
hasil mengumpulkan pimpinan NU inilah, menurut Kiai Hasyim diketahui kalau
totalnya ada 401 pimpinan wilayah dan cabang. Jumlah ini sangat banyak karena
total pimpinan wilayah dan cabang yang punya hak suara hanya 508.
Nah,
karena inilah, menurut Kiai Hasyim tidak mungkin muktamar di Alun-Alun Jombang
kuorum karena pimpinan wilayah dan cabang mayoritas berada di Tebuireng.
"Bisa dicek kalau di Tebuireng memang jumlahnya 401," tambahnya.
Sumber:JPNN,
Jumat, 07 Agustus 2015
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.