PASCA Tragedi
Tolikara, sejumlah ulama dan tokoh nasional yang tergabung dalam Komite Umat
Untuk Tolikara (KOMAT) telah membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) guna mengetahui
apa yang sesungguhnya terjadi di Tolikara –Papua.
Komat
Tolikara dibentuk pada 19 Juli 2015 setelah pertemuan para tokoh nasional,
diantaranya Ust Arifin Ilham, Ust Yusuf Mansur, Hidayat Nurwahid, KH. Didin
Hafidhuddin, Ust Bachtiar Nasir, Ust M. Zaitun Rasmin, Aries Mufti, Ust Fadzlan
Garamatan dan sebagainya. TPF kemudian menunjuk Ust Fadzlan untuk
menjadi Ketua TPF Komat Tolikara.
Selama
delapan hari, sejak tanggal 22-29 Juli, Ust Fadzlan bersama Tim TPF
yang berjumlah tujuh orang, telah melakukan investigasi dengan menemui pihak
kepolisian dan tokoh masyarakat di Tolikara. Dalam Konferensi Pers di Restoran
Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Ust Fadzlan didampingi oleh Ketua
Harian Komat Ust Bachtiar Nasir, Ust Adnin Armas, Nasir Jamil, dan Ust
Wafiudin.
Dalam
laporannya, TPF menyampaikan kronologis Tragedi Tolikara sejak tanggal 13 – 17
Juli 2015, dan temuan TPF lain, kesimpulan serta rekomendasi untuk
Tolikara dan keberadaan GIDI. Sebelumnya, TPF terlebih dulu memutar
video amatir saat terjadinya penyerangan di Tolikara. Berikut adalah kronologis
Tragedi Tolikara yang ditemui TPF di lapangan:
Senin, 13 Juli 2015
1. Selembar surat ditemukan oleh anggota intel
Polres, Bripka Kasrim yang tengah berada di Pos Maleo. Surat tersebut berasal
dari Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Badan Pekerja Wilayah Toli dengan nomor
surat 90/SP/GIDI-WT/VII/2015 yang ditandatangani oleh Ketua Wilayah Toli, Pdt
Nayus Wenda, S.Th dan Sekretaris, Pdt Marthen Jingga S.Th, MA dengan tembusan
Polres Tolikara. Surat yang ditujukan kepada umat Islam se-Kabupaten Tolikara
ini memberitahukan adanya kegiatan Seminar dan Kebaktian Kebangkitan Ruhani
(KKR) Pemuda Geraja Injili Di Indonesia (GIDI) tingkat Internasional pada
tanggal 13-19 Juli 2015.
Dalam surat itu juga berisi poin-point
Larangan yang kami tulis sebagaimana aslinya, sebagai berikut:
a. Acara membuka lebaran tanggal 17 Juli 2015,
kami tidak mengijinkan dilakukan di wilayah Kabupaten Tolikara
b. Boleh merayakan hari raya di luar Kabupaten
Tolikara (Wamena) atau Jayapura.
c. Dilarang Kaum Muslimat memakai pakai
jilbab.
2. Anggota intel, Bripka Kasrim memfoto surat,
kemudian melaporkan melalui alat telekomunikasi handy talky kepada
Kapolres Tolikara AKBP Soeroso, SH, MH tentang adanya surat tersebut. Foto
surat itu pun dikirimkan kepada Kapolres, dan Kapolres langsung mencetak foto
tersebut.
3. Selanjutnya, Kapolres melalui telepon
menghubungi Bupati Tolikara, Usman Wanimbo. Saat komunikasi, diketahui Bupati
sedang berada di Jakarta, dan baru akan kembali ke Tolikara pada keesokan
harinya (14/7/2015). Namun, Kapolres tetap menyampaikan perihal isi surat
tersebut dengan membacakannya.
Menanggapi informasi itu, menurut Kapolres,
Bupati menyampaikan, “Itu tidak betul! Saya akan telepon ketua GIDI wilayah
Tolikara. Saya akan minta itu (surat) dicabut atau diralat.”
Lalu, Kapolres menyatakan, “Itu yang saya mau,
karena itu akan menimbulkan keresahan umat Islam.”
4. Kapolres juga menghubungi Presiden GIDI,
Pdt.Dorman Wandikbo, S.Th di Jayapura, melalui telepon. Komunikasi melalui
telepon itu direkam oleh Kapolres. Menanggapi informasi dari Kapolres, berikut
ini kutipan tanggapan Presiden GIDI dalam rekaman yang kurang jelas suaranya
itu, “Pak Kapolres, nanti saya akan berkordinasi dengan adik-adik ….”
Kapolres kembali menyatakan,
“Jadi izin Bapak, untuk pengamanannya kami
sudah siap mengamankan seluruh kegiatan GIDI maupun kegiatan lebaran. Jadi kami
sudah siapkan pengamanan, TNI dan Polri akan bersama-sama agar kegiatan ini
aman kondusif dan lancar tanpa hambatan. Kedua, saya juga sudah lapor Pak
Bupati. Pak Bupati sependapat dengan Presiden GIDI, nanti Pak Bupati akan tiba
di Tolikara lagi. Saya harap agar tidak menimbulkan keresahan bagi warga
Muslim, mohon ditinjau kembali dan dicabut agar tidak menimbulkan permasalahan.
Terutama masalah SARA, Pak Presiden.”
Presiden GIDI juga mengatakan. “Saya akan
telepon Pak Bupati sebentar, saya juga akan telepon Pak Nayus, dan juga adik
sekretaris. Saya akan telepon mereka, Bapak. Sekali lagi itu anak-anak
emosional, saya sampaikan permohon maaf. Cukup Bapak saja tidak usah sampaikan
kepada teman-teman Muslim yang lain. Itu sangat tidak sehat, dan kurang sehat
untuk surat itu. Saya pesan begitu.”
Kapolres menyatakan,“Baik, itu hanya akan di
tangan saya saja. Nanti tokoh-tokoh Muslim nanti akan saya panggil juga.”
Rabu, 15 Juli 2015
1. Kapolres kembali melakukan komunikasi
dengan Bupati dan Presiden Geraja Injili Di Indonesia (GIDI), karena pada
siang hari itu akan ada acara pembukaan Seminar dan KKR. Namun Kapolres tidak
mengikuti acara pembukaan, karena ada perang suku di Kampung Panaga, Tolikara.
Kapolres berangkat ke lokasi perang suku itu bersama Bupati dan Ketua DPRD Kab
Tolikara.
2. Pada malam harinya, Kapolres mendapat kabar
adanya peresmian monumen Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) di bagian atas
Tolikara. Dalam acara peresmian monumen itu, Muspida yang hadir hanya Kapolres.
Kehadiran Kapolres saat itu hanyaingin menegaskan kepada Presiden GIDI agar
tidak terjadi gejolak. “Pak, saya ingatkan kembali tanggal 17 Juli, umat Islam
akan melaksanakan Idul Fitri. Masalah surat kemarin agar ditindaklanjuti.”
Kepada Kapolres, Presiden Geraja Injili Di
Indonesia (GIDI) dengan tegas menyatakan dan menjamin shalat Idul Fitri. “Iya gak
apa-apa, Pak Kapolres. Silakan dilanjutkan.”
Pak Kapolres membalas,“Pak mohon ijin, masalah
surat kemarin itu agar ditindaklanjuti.” Kapolres juga menyatakan, bahwa ada
orang asing yang datang, yaitu dari perwakilan Israel, Belanda, dan Papua
Nugini (untuk menghadiri KKR)
Kamis, 16 Juli 2015
1. Sore hari, Kapolres menelepon Presiden
GIDI lagi, namun tidak diangkat. Lalu mengirimkan pesan singkat yang
isinya: Mohon ijin saya telepon, mohon diangkat. Baru dijawab 30 menit
kemudian, namun saat dihubungi telepon tidak terangkat. Dan hanya membalas
dengan SMS, “Maaf Bapak, saya sedang di lapangan.”
2. Akhirnya, Kapolres mengirim pesan
singkat: “Bapak ijin mengingatkan kembali bahwa besok salat Idul Fitri mulai
dari 06.30 – 07.30. ”Presiden GIDI menjawab pesan singkat itu: “Baik Bapak,
terima kasih. Selamat melaksanakan shalat, Tuhan memberkati.”
3. Malam hari, sebelum ada pengumuman isbat 1
Syawal, Kapolres mendatangi masjid sekitar pukul19.30 WITA, kesepakatan para
pengurus pelaksanaan shalat dilaksanakan di halaman Markas Koramil, karena
masjid hanya menampung 100 orang jamaah, sedangkan jamaah shalat diperkirakan
300 orang. Kapolres juga menyatakan siap memberikan pengamanan selama shalat
Ied.
4. Arkam Jalil, salah seorang warga Muslim
mengaku pada malam itu belum mendapat kepastian perihal diadakan shalat Id.
Berkaitan dengan adanya surat edaran dari GIDI yang sudah beredar di tengah
masyarakat.
Jum’at, 17 Juli 2015
1. Pukul 7 pagi, shalat Idul Fitri dimulai.
Sebelum itu, Kapolres yang duduk di belakang imam shalat Id, Junaedi, agar
pelaksanaan shalat Ied harus sudah selesai pukul 07.30 WIT.
2. Konsentrasi massa sudah mulai berkumpul di
tiga titik yang mengarah ke lokasi shalat Ied. Pertama, depan kantor BPD.
Kedua, dari arah Jalan Irian yang akan masuk melalui jalan samping Markas
Koramil. Ketiga, Jl Gili Batu yang berada di bawah Markas Koramil.
3. Lettu Inf TNI Wahyudi Hendra, Komandan Pos
Pengamanan Daerah Rawan (Pos Pam Rawan) mengaku, pada takbir kedua sudah
mendengar suara massa yang memprovokasi dengan melempar atap seng kios dan
teriakan-teriakan hentikan shalat. Mendengar itu, Lettu Wahyudi langsung
meninggalkan shalat sambil mengajak pasukan lainnya yang tengah shalat. Wahyudi
langsung memerintahkan memperkuat anggota TNI yang tengah berjaga bersama
Brimob dan anggota polisi Polres.
4. Sementara itu, Kapolres meninggalkan shalat
saat takbir ke-7. Bahkan Kapolres meminta agar Imam menhentikan Shalat.“Pak
Ustadz, sudah hentikan nggak usah dilanjutkan.” Kapolres langsung
balik kanan dan langsung menugaskan anggota polisi untuk mengamankan ibu-ibu
dan anak-anak ke belakang kantor Koramil.
Dalam penuturan yang sama, Kapolres dan
Komandan Pos Pam Rawan, mendengarkan adanya teriakan mass, “Hentikan…bubarkan
…” Diiringi lemparan batu, seng, dan kayu ke arah jamaah yang makin riuh.
Menurut Kapolres, massa yang pertama mendesak
masuk dari titik pertama berjumlah 150 orang. Massa dari titik ini melakukan
penyerangan pelemparan batu. Kapolres bersama 10 orang petugas gabungan dari
Polisi, Brimob, dan TNI mencoba menghalau massa sambil bernegosiasi dengan
massa. “Saya Kapolres, mohon jangan melempar.” Massa berhasil dihalau.
Sementara, massa dari titik kedua mulai
merangsek masuk jalan samping Koramil. Kapolres beranjak ke titik massa kedua,
“Dikhawatirkan massa itu akan menerobos masuk ke arah lapangan Koramil.”
Kapolres kembali melakukan negosiasi dengan memegang megaphone yang dibawa oleh
massa yang ingin menghentikan shalat Ied. “Saya Kapolres, saya sudah
koordinasi dengan Bupati dan Presiden GIDI.”
Saat negosiasi itu, terdengar suara letusan
tembakan. Kapolres beranjak dari titik kedua menuju titik massa pertama untuk
mencari sumber suara tembakan. Namun, gelombang massa titik pertama ini kian
besar diperkirakan Kapolres mencapai 500 orang. Sementara di saat yang sama,
kepulan asap sudah meninggi dari arah kios milik Pak Sarno yang juga ketua DKM
Baitul Muttaqin, yang berjarak sekitar 20 meter dari masjid.
Hal ini dibenarkan Pak Sarno, Ketua Dewan
Kemakmuran Masjid Baitul Muttaqin yang ditemui TPF, “Titik pertama memang
berada di kios saya. Itu pun sebenarnya, aksi pembakaran itu sudah dihalau oleh
tokoh tua GIDI.”
4. Kapolres yang masih menghalau gelombang
massa di titik pertama mengaku mendapatkan pukulan di dada kiri. Bahkan,
Kapolres menyaksikan, Bupati yang datang menghalau massa itu diabaikan, bahkan
sempat terdorong desakan massa. Setelah itu, Kapolres mengaku tak lagi melihat
keberadaan Bupati.
5. Menurut Kapolres, kebakaran yang
menghanguskan 64 kios (Informasi dari Panitia Pemulihan Tolikara) di tanah
seluas sekitar 4000 m2 itu berlangsung selama 2 jam. Setelah kejadian itu,
Kapolres mengaku mendapatkan informasi ada korban luka tembak yang dibawa ke
rumah sakit di Wamena.
6. Tentang luka tembak ini, berdasarkan
berita yang dimuat di koran Cenderawasih Pos, 29 Juli 2015. Keterangan dari
dokter menyatakan, luka tembak pada korban itu berasal dari pecahan proyektil
ditembakkan ke bawah (richocet). [Desastian/Islampos]
Sumber:
Islampos.com, Sabtu 15 Syawal 1436 / 1 Agustus 2015
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.