Wednesday 13 May 2015




PII Rekomendasikan Hari Pelajar Nasional
 



     Jakarta-- Muktamar Pelajar Islam Indonesia (PII) ke-29 merekomendasikan 4 Mei sebagai Hari Pelajar Nasional. Rekomendasi dikeluarkan agar peran pelajar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara lebih diakui. "Hari Pelajar ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia benar-benar peduli dan menempatkan pelajar pada tempatnya," kata Ketua Umum Pengurus Besar PII Randy Muchariman kepada Republika, Rabu (7/5) malam.

     Randy mengatakan, 4 Mei dipilih karena menjadi tanggal awal perlawanan kaum pelajar Tanah Air terhadap sistem pendidikan Belanda. Menurutnya, sistem pendidikan Belanda yang bersifat sekuler telah memecah kaum pelajar dalam kelompok agama dan umum.


     "Tanggal 4 Mei itu adalah tonggak persatuan pelajar. Para pelajar memahami kesadaran dan cita-cita sesungguhnya dari bangsa Indonesia. Pada 4 Mei 1947 Pelajar Islam Indonesia (PII) berdiri," ujarnya.

     PII juga mengusulkan agar segala nomenklatur (penamaan) dan falsafah dunia pendidikan Indonesia merefleksikan nilai-nilai  Pancasila. Menurutnya, pendidikan mesti bersifat adil dan beradab. Dua rekomendasi tersebut selanjutnya akan disampaikan PII ke DPR/MPR.


     "Selama ini, harus diakui nama dan falsafah pendidikan Indonesia belum jelas. Kurikulum 2013, pendidikan karakter, CBSA, KTSP, dan lain-lain. Itu tidak menunjukkan kualitas dan keluhuran budaya bangsa yang tinggi dan orisinal," papar Randy.


     Kejujuran dalam lingkungan pendidikan juga menjadi perhatian PII. Terungkapnya praktik-praktik kecurangan dalam ujian nasional (UN) beberapa waktu lalu menjadi salah satu gambaran masih minimnya kejujuran dalam pendidikan. Randy menyatakan, masalah ini harus segera diselesaikan. "Di dunia pendidikan, masalah menyontek ini seperti sudah biasa saja," ujar Randy.


     Menurut Randy, menyontek adalah persoalan besar yang tidak bisa dianggap biasa. Randy mencontohkan, pada pelaksanaan UN beberapa waktu lalu masih saja terjadi kecurangan. "Kemarin, banyak terbongkar kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan UN. Padahal, UN saat ini bukan penentu kelulusan, tapi tetap saja kecurangan itu terjadi," ujarnya.


     Dia menyatakan, hal ini menjadi bahasan dalam sidang komisi strategis dalam Muktamar Nasional ke-29 PII yang digelar di Medan, Sumatra Utara. Randy mengaku, PII ingin membangun kesadaran yang luas di masyarakat, terutama dari pelajar bahwa kejujuran adalah hal yang penting. Pihaknya pun akan berusaha bekerja sama dengan pemerintah untuk mengatasi hal ini.


     Kejujuran, kata Randy, adalah hal sederhana, tapi sangat penting dalam memperbaiki karakter bangsa ini. Dalam muktamar, sejumlah strategi untuk memperbaiki bangsa dibahas. Randy mengaku, PII ingin fokus membantu penyelesaian persoalan kebangsaan. "Kami melihat bangsa ini perlu diperbaharui. Untuk mencapai itu, peran pelajar harus ditingkatkan," ujarnya.


     Randy menyatakan, pelajar juga harus paham dengan persoalan-persoalan kebangsaan. Kini, PII masih merumuskan langkah-langkah strategis yang akan menjadi program kepengurusan PII periode selanjutnya.


     Sekretaris Jendral PII Sofian mengatakan Muktamar PII juga membahas tentang kesiapan pelajar menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Pembahasan mengenai hal itu dilakukan melalui forum diskusi yang melibatkan duta besar Malaysia untuk Indonesia, perwakilan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), dan pengusaha yang juga alumni PII Soetrisno Bachir. "Para pembicara memaparkan bahwa masyarakat Indonesia, terutama pelajar harus mampu dan siap menghadapi MEA," kata Sofian yang juga ketua panitia muktamar.


     Sofian menyatakan kesiapan menghadapi MEA memerlukan bekal kemampuan dagang dan pemahaman perdagangan internasional. Menurut Sofian, pembekalan tentang MEA tidak hanya diikuti peserta Muktamar yang berasal dari seluruh Indonesia, tapi juga pelajar-pelajar di Kota Medan. "PII perlu membekali kader-kadernya dengan jiwa wirausahawan," ujarnya.


     Muktamar ke-29 PII dibuka pada 4 Mei 2015 dengan pembacaan deklarasi nasional "Pelajar Berjamaah Melawan Narkoba". Dalam deklarasi itu para pelajar menyatakan tekad untuk memperkuat kualitas mental, intelektual, spiritual, menjauhi narkoba, dan menjaga moral etika.

Sumber:Republika, Jumat, 8 Mei 2015

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.