Tuesday 26 May 2015

Pertumbuhan ekonomi 14 persen



Demam telpon mobil landa Surabaya 


 KALANGAN menengah ke atas di Surabaya dan sekitarnya kini dilanda demam STKB (Sambungan Telepon Kendaraan Bermotor-telepon mobil). Maklum, ibu kota Propinsi Jawa Timur itu akhir-akhir ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat mencapai 14 persen, sehingga berpengaruh terhadap kebutuhan akan fasiltas telekomunikasi. Jawa Timur sendiri pertumbuhan ekonominya sekitar 11 persen.


Ngationo
    Kepesatan pertumbuhan ekonomi di Jatim maupun Surabaya terlihat dari banyaknya industri-industri baru, kantor-kantor bank baru dan arus perdagangan yang menintgkat. Maka mucul pula daerah-daerah strategis sebagai pusat-pusat bisnis, ada yang disebut segitiga emas, ada pula segi empat emas. Misalnya saja  daerah di sekitar Jalan Basuki Rachmat, Pangsar Sudirman, Pemuda, Embong Malang, Blauran dan lain-lain.

    Di daerah-daerah pusat bisnis itu bermunculan aneka macam gedung. Ada yang disebut Surabaya Tower, BPD Tower dan lain-lainnya yang juga memerlukan  sambungan telekomunikasi.

    “Kami sudah siapkan jaringan telekomunikasi untuk pusat-pusat bisnis tersebut, sehingga pada waktunya nanti bisa disambung,”ujar Kepala Kantor Daerah Telekomunikasi (Kandapon) Surabaya Selatan Ngationo ketika berbincang--bincang mengenai pembangunan telekomunikasi dengan Angkatan Bersenjata di Surabaya minggu lalu.

    Tentang banyaknya calon pelanggan yang menunggu giliran memperoleh sambungan telepon sekitar 44.000 Ngationo mengatakan pihaknya akan melakukan pendaftaran ulang. Namun hanya terbatas pada daerah-daerah yang akan dipasarkan. Apalagi dengan tarif pemasangan baru telepon Rp 1 juta sekarang ini, bisa saja calon pelanggan yang sudah mendaftar dulu mengundurkan diri, tambahnya.

  Di Kandapon Surabaya Selatan terdapat 6 STO (Sentral Telepon Otomat). Khusus STO Tandes daftar tunggunya telah habis, kecuali untuk wilayah Kalianak dan Darmo Regency yang jaraknya cukup jauh belum terjangkau. “Dari 6.000 yang tercatat dalam daftar tunggu di Tandes, turun menjadi 4.000, dan sekarang sudah dilayani sebanyak 5.400 dari kapasitas 7,000 sst,”kata Ngationo menjelaskan. Untuk wilayah-wilayah lainnya di Surabaya Selatan menurut Ka Kandapon Surabaya Selatan sudah disiapkan untuk pemasaran terbuka.”Siapa saja yang ajukan permohonan kita cek, kemudian kita layani,”tambahnya.

    Mengenai STO Rungkut yang berkapasitas 10.000 sst dan pernah terbakar ia mengatakan sekarang sudah pulih. Meskipun tingkat keberhasilan panggilannya  agak turun.

Telepon mobil
     PEMBANGUNAN jaringan telekomunikasi telepon mobil setelah Batam, kini menyusul Semarang, Surabaya dan Denpasar.

   “Begitu banyak peminat STKB di sini,  sampai sekarang sudah 5.000 pendaftar,”ujar Kepala Kandapon Surabaya Utara I Ketut Mastra. Di Surabaya, menurut rencana akan dibangun 6000 ss, meliputi area Surabaya-Sidoarjo- sampai Malang.

    Menurut Mastra, diharapkan untuk kota Surabaya STKB bisa dioperasikan pada 15 Desember 1990. Namun kemudian baru bisa beroperasi pada akhir Desember 1990. Sedangkan  untuk Surabaya-Sidoarjo-Malang sesuai jadwal pengoperasiannya STKB dijadwalkan 28 Maret 1991.

    Ka Kandapon Surabaya Utara berharap pengoperasian STKB tersebut bisa sesuai dengan jadwal. Meskipun sampai saat ini urutan jadwal mengalami hambatan, yaitu mestinya akhir Oktober 1990 sudah dimulai pembangunan tower, namun sampai akhir minggu lalu tanda-tanda pembangunan tower tersebut belum nampak. “Kami dari Witel VII sifatnya hanya memantau dan mendesak pelaksanaan pembangunan tsb yang dilakukan oleh swasta,”ujar I Ketut Mastra.

   Mastra mengatakan, tenaga pengawas lapangan untuk keperluan tersebut juga sudah disiapkan. Mengenai harga STKB merek Motorolla itu ia belum bisa memastikannya.”Yang saya dengar ya Rp3,5 juta, tetapi bisa juga lebih,”katanya. Ia menilai STKB sekarang ini cukup baik Berbeda dengan STKB lama, yang hanya transmisinya saja. Sedangkan teleponnya mengambil dari sentral telepon biasa, STKB masa kini merupakan  sentral telepon berikut transmisinya. Di Surabaya Utara saat ini terdapat 300 pelanggan STKB. “STKB lama pulsanya lebih murah, namun jangkauannya tidak jauh,”ujar Ka KIandapon Surabaya Utara.

    Mereka yang berminat tergadap telepon mobil antar lain para pejabat dari instansi-instansi pemerintah, para direktur perusahaan.”Semuanya langganan kunci, sehingga sulit memilihnya. Misalnya jabatan direktur seberapa besar perusahaannya kita tidak tahu,”kata Mastra sambil menyatakan harapannya jangan  sampai peminatnya melebihi 6.000 ss.

Sehari kring!
    Mengenai peningkatan pelayanan kepada masyarakat Kepala Kandapon Surabaya Utara kini menerapkan pemasangan baru telepon “:sehari kring!”, artinya calon pelanggan yang telah  menyelesaikan persyaratan administrasi langsung bisa memperoleh sambungan telepon keesokan harinya. Barangkali  upaya terobosan dalam pelayanan PSB (Pemasangan Sambungan Baru) telepon di Surabaya Utara ini bisa dicontoh kota-kota lain.

   Menurut Mastra, pelayanan cepat itu dilakukan supaya  orang yang telah membayar PSB telepon tidak menunggu lama.”Kami harus yakin apa yang kami jual itu memang sudah siap kami jual,”tuturnya. Seperti para penjual mobil, semuanya telah dicek dan siap. Demikian pula untuk sambungan telepon baru disiapkan jaringan  dari sentral ke rumah-rumah.


I Ketut Mastra
   “Jangan disuruh bayar dulu sebelum salurannya benar-benar siap,” tambahnya menjelaskan  resep pelayanan calon pelanggan baru Perumtel itu.

     Selama  ini pelayanan pasang baru telepon dilakukan  lebih dari seminggu, karena saluran ke rumah-rumah biasanya dipasang baru kemudian setelah calon pelanggan menyelesaikan urusan administrasinya.

   Wilayah pelayanan Kandapon Surabaya Utara  nampaknya cukup potensial. Pendapatan Kandapon ini untuk tahun 1990 ditargetkan Rp 31 miliar.

    “Rata-rata pendapatan  di sini setiap bulan Rp 3 miliar, bulan November dan Desember biasanya ada kenaikan,”kata Mastra optimistis target tersebut dapat tercapai.

 Diakuinya, untuk pembangunan/ penanaman kabel  telepon di  wilayahnya cukup sulit. Mengingat daerah tersebut kebanyakan padat kendaraan dan jalan-jalannya sempit, ditambah jalan-jalan protokol bisa terganggu jika ada galian kabel Perumtel. Kabel-kabel yang berusia tua juga banyak dan sudah diinstruksikan untuk diganti. Namun kesulitan dalam penggalian, karena daerah-daerah yang padat tersebut.

Madura
    Pulau Madura, yang akan dibangun kawasan industri, juga tidak luput dari perhatian Perumtel dalam penyediaan fasilitas telekomunikasi. Pelayanan telekomunikasi di sana kini ditangani Kandapon Pamekasan dengan cabang-cabangnya  di Sumenep, Kamal dan Sampang, Bangkalan dan Kamal.

    Dalam Pelita V pembangunan sentral telepon di Madura meliputi lokasi-lokasi Kamal, sebanyak 388 satuan sambungan (selesai Agustus 1990), Bangkalan sebanyak 1.000 sst (selesai dan beroperasi 6 Agustus 1990). Sedangkan Sampang  sebanyak 500 sst akan selesai dan beroperasi Juni tahun depan. Pamekasan pembanguann Sentral Telepon Digital Indonesia (STDI) sebanyak 1000 sst selesai Desember 1991.

    Pembangunan jaringan kabel di Madura, menurut  Kepala Witel VII Soeroto Hadisoemarto, di Kamal sebanyak 700 sst akan selesai pada tahun 1991. Bangkalan sebanyak 3000 sst  selesai Oktober 1989, Pamekasan  sebanyak 3.150 sst selesai pada tahun depan.

    Juga pembangunan  transmisi remote area meliputi Surabaya area, yakni Surabaya-Gresik-Bangkalan berkapaisitas 4 sistem 120 kanal.  Surabaya-Kanal kapasitas 4 sistem 120 kanal masing-masing sudah dioperasikan. Untuk Pamekasan area, yakni Pamekasan-Gunung Sandangan-Sampang, kapasitas 4 sistem 120 kanal. Pamekasan-Gunung Gilang-Sumenep kapasitas 4 sistem 120 kanal. Juga  Pamekasan-Gunung Sandangan-Surabaya berkapasitas sama.

    Untuk rural area Surabaya-Kamal berkapasitas 8 kanal kini siap untuk dioperasikan. Sedangkan pembangunan SKKL (Sistem Komunikasi Kabel Laut) menurut Soeroto Hadisoemarto, dalam program pembangunan SKKL Surabaya-Banjarmasin, Pulau Madura ditetapkan dilalui rute SKKL. Khususnya untuk hubungan transmisi terrestrial digital microwave antara Surabaya-Bumianyar, melalui repeater-repeater di Bukit Baru Koceng dan Bukit Bangsere.

   Di Wilayah Usaha Telekomunikasi (Witel) VII Jatim kini rterdapat 13 Kandapon (Kantor Daerah Telegraf dan Telepon) dan 3 Kandapon. Dengan jumlah pelanggan sebanyak 126.775 pelanggan terdiri atas 112.060 pelanggan  telepon otomat dan 14.715 pelanggan telepon manual (engkol).

    Daftar tunggu di Witel VII sampai September 1990 sebanyak 83.724. Sedangkan telepon umum tersebar di Jatim 1.189, di antaranya 26 telepon umum kartu.
**(3.15/2.2)

Harian Umum Angkatan Bersenjata
Jumat, 23 Nopembver  1990

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.