Monday 25 May 2015

MTQ XIV



Abdullah Hamid, hafal seluruh  isi Al Qur’an
  TEPUK tangan riuh bergema di gedung Arena Remaja Pontianak, Kalbar, Jumat pagi minggu lalu, ketika Abdullah Hamid (20 tahun) selesai diuji Dewan Hakim pada babak final lomba hifzhil (hafalan) Al Qur’an Musabaqah Tilawatil Qur’an ke- XIV yang berlangsung 3 sampai dengan 13 Mei 1985.


    Sambutan spontan dari para hadirin yang memenuhi gedung tersebut merupakan ungkapan rasa kagum terhadap hafidz Abdullah Hamid yang begitu lancar membacakan ayat-ayat suci Al Qur’an tanpa kesalahan. Tidak sekali pun Dewan Hakim yang dipimpin Wasit Autawi itu memperingatkan bacaan Abdullah Hamid. Beberapa ayat memang diulang tetapi  hal itu merupakan kemauan hafidz yang pernah pula mengikuti lomba hafidz Qur’an di Saudi Arabia tahun lalu Itu.    

    Pemuda dari Maluku dengan nomor peserta 252 ini berhasil mengungguli hafidz Machmud Qomari dari Jawa Timur dan Armawi Abdurrachman dari Sumatera Utara pada babak final lomba hifzil Qur’an MTQ ke--XIV. Abdullah Hamid memperoleh angka 93 1/3, Machmud Qomari 87 dan Armawi Abdurrachman 81 2/3.

    Sengaja pemuda Maluku ini kami tonjolkan karena tidak setiap muslim bisa hafal ayat-ayat Al Qur’an yang begitu banyaknya.. Lain halnya dengan qori ataupun qoriah, mereka memang banyak yang hafal Al Qur’an, namun tidak seluruh ayat yang ada di dalam Al Qur’an.

    Dalam lomba hifzhil Qur’an Dewan Hakim membacakan sepotong ayat Qur’an, hafidz yang bersangkutan  meneruskannya hingga terdengar tanda untuk menghentikan bacaan tersebut. Sepotong ayat yang dibacakan Dewan Hakim bisa diambil dari tengah-tengah suatu surat, awal ataupun akhir dari suatu surat, pokoknya secara acak.

    Tidak sembarang orang dapat menghafal 114 surat dan lebih dari 6.000 ayat yang ada dalam Al Qur’an. Karena itu wajar kalau Abdullah Hamid, satu-satunya peserta dari Maluku yang masuk babak final MTQ ke XIV bahkan menjuarai lomba hifzhil Qur’an itu mendapat sambutan spontan dari masyarakat.

    Kekaguman lain adalah kelancarannya menjawab pertanyaan dari Dewan Hakim, berbeda dengan peserta lainnya yang sering mendapat teguran karena kesalahan membaca atau tersendat-sendat karena lupa.

    Memang kriteria penilaian agak berbeda,  pada lomba hifzhil Qur’an dinilai hafalan dan adab, sedangkan dalam lomba membaca Qur’an Qori dan Qoriah dituntut pula melagukannya dengan baik tanpa kesalahan. Faktor kemerduan suara juga banyak mempengaruhi untuk dapat menjadi Qori maupun Qoriah terbaik.

Kerja keras
    PADA malam penyerahan piala dan hadiah di stadion Sultan Syarif  Abdurrachman, Pontianak, Abdullah Hamid yang berkopiah hitam dan mengalungkan selembar kain putih di lehernya, menjadi sasaran jepretan kamera wartawan dan para anggota kafilah dari berbagai daerah. Ia nampak tenang berdiri mantap di tengah kerumunan manusia yang memadarti stadion tersebut.

    Menuturkan keikutsertaannya dalam lomba hifzhil Qur’an di Saudi Arabia, pemuda Maluku tamatan Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP) itu mengatakan, ketika berlomba mewakili Indonesia di dunia internasional itu ia sama sekali tidak mengalami kesukaran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Dewan Hakim. Sama seperti MTQ ke-XIV di Pontianak,  ia juga tidak berbuat kesalahan dalam membacakan ayat-ayat suci Al Qur’an. Namun ia tidak tahu persis mengapa ia tidak mendapatkan predikat terbaik I pada lomba tersebut.

    Kemenangan Abdullah Hamid bukan tanpa usaha keras. Dengan bimbingan ayahnya, Abdul Hamid (67 tahun) pemuda yang kini belum memiliki pekerjaan itu bekerja keras menyiapkan diri untuk MTQ ke-XIV di Pontianak.

    Setiap pukul tiga dinihari ia bangun dan menghafal Al Qur’an hingga waktu subuh tiba. Sistem menghafal Al Qur’an ini dilakukannya hingga tamat 30 juz selama enam setengah bulan terus menerus.

Abdullah Hamid saat ini tinggal bersama orangtuanya di Maluku.
 (Mustofa AS/dm)--*




Harian Umum AB
Sabtu, 18 Mei  1985

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.