Sehari
tanpa BBM, hemat 15 juta liter
Banyak orang yang terkena berbagai krisis, khususnya krisis moneter saat
ini, melakukan hidup hemat karena dipaksa keadaan. Mereka yang semula
menggunakan kendaraan pribadi roda empat
ada yang beralih ke roda dua, bahkan tidak sedikit yang menggunakan kendaraan
umum. Karyawan yang semula enggan membawa bekal makan siang, sekarang menenteng
rantang untuk mengurangi biaya makan siang.
Keadaan yang memprihatinkan bagi sebagian
golongan menengah ke bawah itu juga membuat mereka melakukan berbagai upaya
supaya dapat bertahan hidup dalam
keadaan serba sulit dan serba mahal itu.
Banyak pula karyawan melaksanakan puasa
Senin-Kamis, karena banyak manfaat yang diperoleh bagi mereka yang
menjalankannya.
Presiden B.J. Habibie juga mengharapkan
agar masyarakat Indonesia melakukan puasa Senin-Kamis. Puasa ini selain sebagai
ibadah, dari segi penghematan ternyata besar juga manfaatnya.
Bilamana manusia sekali makan 200 gram
beras maka dalam satu tahun bisa dihemat
20 kg beras. Menurut Habibie, apabila satu juta manusia Indonesia
melakukan puasa Senin-Kamis maka bisa dihemat 20 ribu ton beras., jika yang
berpuasa 50 juta bisa dihemat satu juta ton beras, dan bila 100 juta manusia
maka bisa dihemat 2 juta ton beras. Tiga juta ton beras yang sama jumlahnya
dengan beras yang harus kita impor bisa dihemat bila 150 juta rakyat Indonesia
melaksanakan puasa Senin-Kamis.
Berhemat memang diperlukan setiap saat,
bukan hanya pada saat-saat krisis saja. Kita harus berhemat air, listrik, dan
juga bahan bakar.
Selama ini kita masih boros menggunakan air
maupun bahan bakar minyak, apalagi bagi kendaraan bermotor tidak terhitung
berapa solar maupun premium yang habis dibakar pada jalan-jalan yang macet.
Triliunan rupiah
Akan halnya hemat BBM pemerintah bukan
sekali dua kali melakukan imbauan dengan berbagai cara, namun belum terlihat
nyata hasilnya.
Barangkali kita harus melakukan suatu
terobosan yang meskipun kelihatannya sepele tetapi akan berdampak kepada penghematan
yang cukup besar.
Dalam beberapa kesempatan
berbincang-bincang dengan wartawan, Pimpinan
Pertamina Unit Pembekalan dan Pemasaran Dalam Negeri (UPPDN ) III (DKI
Jakarta dan Jabar) Ir. Harry Poernomo melontarkan suatu ide perlunya ada
kegiatan “Sehari Tanpa BBM”.
Konsep “Sehari Tanpa BBM”, menurut Harry Poernomo, sebagai salah satu bentuk
penghematan bahan bakar minyak secara menyeluruh yang bersifat mendidik
masyarakat konsumen dan sesuai dengan kebijakan pemerintah yang menyerukan kita
semua untuk hemat energi.”Jika Departemen Kesehatan dan pihak terkait berhasil
melaksanakan ‘Sehari Tanpa Tembakau’ sudah saatnya pula bangsa Indonesia
memikirkan perlunya untuk memasyarakatkan Sehari Tanpa BBM,”ujarnya.
Dikatakannya, di Propinsi Bali yang secara kultural
dan didorong oleh pelaksanaan prosesi keagamaan yang dianut penduduknya, telah
melaksanakan konsep “Sehari Tanpa BBM” secara turun temurun sejak ratusan tahun
yang lalu. Pada saat melaksanakan ritual
“Hari Raya Nyepi” maka tidak satupun warga yang menggunakan kendaraan bermotor
kecuali petugas, penerangan listrik dimatikan dan pada hari itu seluruh
kegiatan masyarakat berhenti total.
Selain melaksanakan ritual keagamaan pada
Hari Raya Nyepi, segenap penduduk Pulau Dewata secara langsung telah menghemat
ribuan liter premium, solar maupun jenis BBM lainnya yang jika dirupiahkan
mencapai miliaran rupiah. Harry Poernomo mengatakan jika hal serupa dilakukan
oleh seluruh wilayah Indonesia tentunya dengan tema-tema yang berlainan, maka
beberapa triliun rupiah dapat dihemat dari pelaksanaan konsep ini.
Amerika Serikat sebagai negara besar saja
saat harga minyak di atas 30 dolar AS/barel melakukan penghematan besar-besaran
dalam upaya menekan melambungnya harga BBM di seluruh wilayah AS. Upaya
tersebut dilakukan dengan membatasi pembelian BBM bagi kendaraan bermotor di
SPBU (Stasiun Pengisian Bahan bakar untuk Umum) sesuai dengan jatah yang telah
ditetapkan, dan Presiden AS, waktu itu Jimmy Carter, atas nama pemerintah tidak
lagi mengimpor/membeli minyak dari luar negeri. Sementara Amerika Serikat dan
Jepang sebagai negara konsumen terbesar di dunia tidak lagi membeli/impor BBM,
maka harga minyak yang tinggi itu pun kemudian berangsur-angsur turun kembali,
tutur Pimpinan Pertamina UPPDN III.
Namun
demikian konsep “Sehari Tanpa BBM” jangan diartikan bahwa Indonesia mulai
kekurangan minyak, karena kita masih memiliki persediaan BBM yang cukup
melimpah. Hal yang perlu kita pikirkan sekarang adalah bagaimana mendidik
masyarakat agar bersedia melakukan penghematan BBM. Penghematan itu mutlak
diperlukan, karena harga minyak yang selama ini kita nikmati masih mengandung
komponen subsidi dari pemerintah yang nilainya cukup besar.
Perlu dukungan
Meskipun seruan hemat energi terus
dicanangkan pemerintah, namun menurut Harry Poernomo, pemborosan terhadap
penggunaan BBM masih saja berlangsung. Kondisi serupa ini sangat mudah kita
temui, contoh yang gampang saja hampir di setiap pelataran SPBU banyak terdapat
ceceran minyak solar yang tumpah saat bus/truk mengisi BBM. Setelah diamati
ternyata para operator SPBU, sopir bus/truk cenderung menganggap kecil
terjadinya ceceran minyak, karena harga solar yang murah. Maka dari itu,
kebiasaan mereka kalau belum tumpah mereka belum berhenti mengisi tangki BBM-nya.
Pemborosan seperti ini sangat disesalkan, karena jelas menambah berat beban
subsidi yang ditanggung pemerintah selama ini.
Perwujudan sehari tanpa BBM memang
memerlukan perjuangan dan dukungan semua pihak. “Namun saya yakin selain
kampanye yang dilakukan secara berkesinambungan konsep ini dapat dilaksanakan
dengan baik. Sekali lagi saya tekankan bahwa upaya memasyarakatkan “Sehari
Tanpa BBM” bukanlah karena kita kekurangahn BBM, namun yang lebih mendasar
adalah BBM makin mahal. Di samping itu pemerintah harus terus menerus
memberikan subsidi, sementara utang luar negeri kita sudah menunjukkan lampu
merah.”
Hemat 15 juta liter
Sebagai gambaran tingkat kebutuhan BBM,
Harry Poernomo menyebutkan, penjualan produk BBM di wilayah kerja Pertamina UPPDN
IIII yang terus meningkat dari tahun ke tahun dengan tingkat kenaikan
sebesar7,2%. Prosentase tersebut melebihi rata-rata tingkat kenaikan secara
nasional yang besarnya mencapai 6% per tahun.
Realisasi penjualan BBM tahun anggaran
1997/1998 jenis premium tercatat sebesar 11.375.000 liter/hari dan solar
sebesar 17.101.000 liter per hari. Berdasarkan data tersebut maka secara
nasional kita dapat menghemat premium dan solar kurang lebih 15.000.000 liter
per hari jika kita mampu melaksanakan
“Sehari Tanpa BBM”. Maka miliaran rupiah dapat kita hemat melalui
kegiatan hemat energi ini.
Banyak cara berhemat, termasuk hemat BBM,
mungkin cara “Sehari Tanpa BBM” bisa dilaksanakan asalkan kita mau, soal kapan
dan bagaimana caranya tentu kita
serahkan kepada Bapak-bapak yang berwenang untuk itu. Semoga saja.
(mustofa as/2.2)
Harian
Umum “AB”
Jumat, 31 Juli 1998
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.