Tahun pamor kepariwisataan
Indonesia
SEPANJANG tahun 1992 yang dicanangkan
sebagai Visit ASEAN Year 1992 atau lebih dikenal sebagai Tahun Kunjungan ASEAN
berbagai peristiwa penting bidang kepariwisataan berhasil lebih mengangkat lagi
pamor Indonesia di mata kepariwisataan
dunia.
Perhatian dunia internasional terhadap
perkembangan dan kemajuan kepariwisataan
Indonesia bukan hanya terhadap semakin
meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara (wisman) tetapi juga terhadap citra kepariwisataan kita di forum
internasional.
Contoh nyata dari perhatian dunia luar itu
merupakan peristiwa yang patut dicatat dalam sejarah kepariwisataan kita. Yakni
penghargaan internasional di bidang kepariwisataan dari Institut International
de Promotion et de Prestige (IIPP) Perancis., untuk pemerintah dan bangsa
Indonesia. Penghargaan International
Throphy of Tourism itu diterima
Menparpostel Soesilo Soedarman, bertepatan dengan peringatan Hari Bhakti
Parpostel 1992 di Sahid Jaya Hotel 28 September ’92. Tropy berlapis emas itu
diserahkan oleh Presiden IIPP, Madame Gisele Rutman.
Badan non-politik IIPP yang didirikan di
Jenewa tahun 1963 itu menilai Indonesia berprestasi luar biasa di dalam
pengembangan kepariwisataan. Indonesia
merupakan negara kedua di Asia setelah Jepang yang memperoleh penghargaan dari IIPP. Jepang memperoleh
penghargaan di bidang industri dan asosiasi Ikebana.
Sukses Indonesia dalam penyelenggaraan
KTT Non Blok September ’92 pun lebih
memantapkan rasa percaya diri bangsa Indonesia, terutama jajaran pariwisata untuk berkiprah lebih jauh. Karena dengan
keberhasilan KTT Non Blok itu peluang
Indonesia untuk menyelenggarakan
wisata konvensi terbuka lebih lebar lagi.
Kepercayaan dari dunia internasional
sepertinya datang berrtubi-tubi. Setelah memperoleh kehormatan untuk menyelenggarakan Sidang Umum WTO (Organisasi
Kepariwisataan Dunia) X tahun depan, Indonesia memperoleh tawaran untuk duduk sebagai President PATA (Pasific and Asia
Travel Association). Bahkan Indonesia diminta menjadi tempat untuk Sekretariat
Jenderal WTO wilayah Asia dan Pasifik.
Promosi
Kegiatan promosi Indonesia di mancanegara
pada tahun ini juga dilakukan secara gencar. Untuk tingkat ASEAN misalnya,
sesuai dengan program promosi
bersama negara-negara ASEAN dalam Visit
ASEAN Year ’92 antara lain
diselenggarakan Festival Seni ASEAN di Yogyakarta, Agustus ’92.
Konferensi Internasional Wisata Budaya juga diselenggarakan di Kota Gudeg, November lalu.
Di Expo ’92 Sevilla, Spanyol, kehadiran Menparpostel Soesilo Soedarman pada Dia
Nacionale de Indonesia ( Hari Nasional Indonesia) di Pameran Teknologi dan
Industri Universal Exposition 1992 itu
disambut hangat pengunjung. Promosi Indonesia pada kegiatan ini banyak menarik perhatian pengunjung yang
datang dari berbagai penjuru dunia, terutama pada setiap kali pergelaran kesenian Indonesia.
Berbagai kegiatan misi mempromosikan Indonesia juga dilakukan Depparpostel bejerja sama dengan swasta. Peranan Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) juga tidak sedikit
dalam kegiatan lebih mempopulerkan Indonesia di mancanegara.
Awal tahun 1992 keikuitsertaan
Indonesia dalam kegiatan Tournament of
Roses (TOR) di Pasadena, Amerika Serikat,
membuahkan penghargaan The Grand
Marshall Trophy, untuk kreasi terbaik dan kesan dramatik kendaraan hias
Indonesia yang bertemakan Molucas The Spice Island. Tropy tersebut merupakan
penghargaan tertinggi dan pertama kali diraih peserta dari luar Amerika
Serikat. Indonesia dalam TOR Pasadena ke- 101 tahun 1990 meraih penghargaan
tropy internasional sebagai kendaraan terindah dari luar AS. Juga tahun 1991
dalam TOR Pasadena ke-102 Indonesia meraih
Isabella Coolleman Trophy, penghargaan untuk estetika dan tata warna paling
harmonis bagi kendaraan hias yang diikutsertakan Indonesia dengan tema Toraja Festival.
Upaya mendukung promosi Indonesia di
mancanegara telah pula dilakukan Depparpostel dengan membuka tiga kantor P3I
(Pusat Promosi Pariwisata Indonesia)di Taipei untuk kawasan Asia
Timur(khususnya Taiwan dan Hongkong), di Sydney untuk kawasan Australia dan Selandia Baru, di
London untuk kawasan Inggris Raya, Irlandia dan Benelux. Sebelumnya Indonesia hanya memiliki kantor P3I
di Los Angeles, Tokyo, Frankfurt dan
Singapura.
Dari segi kunjungan wisman, tahun ’92 sampai
20 Desember sudah 3 juta wisman yang datang. Marco Pascalo dari Swiss merupakan
tamu yang ketiga juta tahun ini. Menurut perkiraan Depparpostel, sebanyak
2.926.000 wisman berkunjung ke Indonesia tahun ’92. Namun dengan terlewatinya
target diperkirakan sampai akhir tahun 1992 sedikitnya jumlah wisman akan
mencapai 3.060.000 orang. Berarti terjadi kenaikan 19,1 persen bila
dibandingkan dengan jumlah wisman tahun 1991 sebanyak 2.569.870 orang.
Perolehan devisa tahun 1992 diperkirakan sebanyak 3.271,1 juta dolar Amerika
atau naik 29,7 persen dibandingkan tahun 1991 sebesar 2.522 juta dolar AS.
Dekuni
Masalah penting lainnya adalah
ditetapkannya tahun 1993 sampai dengan 2.000 sebagai Dekade Kunjungan Indonesia
(Dekuni), yang pada dasarnya merupakan
kelanjutan Tahun Kunjungan Indonesia 1991 dan Tahun Kunjungan ASEAN
1992. Dekuni ditetapkan dengan Keputusan
Presiden Nomor 60/1992.
Tema Dekuni, tahun 1993 merupakan Tahun
Lingkungan Hidup, 1994 Tahun Peranan Wanita Dalam Pembangunan, Pemuda dan
Olahraga, 1995 Tahun Kemerdekaan RI,
tahun 1996 Tahun Bahari dan Dirgantara, 1997 Tahun Telekomunikasi, 1998 Tahun
Seni dan Budaya, 1999 Tahun Kriya dan Rekayasa. Sedangkan tahun 2.000 merupakan
Tahun Pemanfaatan Teknologi untuk Peningkatan Kualitas Hidup.
Back
to basic
Di bidang Pos dan Giro, tahun 1992
terddapat kenaikan 16,5 persen jumlah kantor pos di Indonesia atau sebanyak
4.208 unit. Tahun 1991 jumlah kantor pos sebanyak 3.612 kantor.
Jumlah filateli pun naik drastis pada tahun
’92 yakni sebesar 25,76 persen, sebanyak 105.000 orang, padahal tahun
sebelumnya hanya sebanyak 83.500 orang.
Di bidang telekomunikasi, Indonesia
memperoleh kehormatan dengan terpilihnya
Arnold Ph Djiwatampu, Kadit Bina Standardisasi Ditjen Postel sebagai Direktur
Biro Pengembangan Telekomunikasi Uni
Telekomunikasi Internasional (ITU). Djiwatampu terpilih sebagai direktur
pertama Biro Pengembangan Telekomunikasi ITU untuk periode 1992-1999 pada
Konferensi Plenipotentiary ITU Desember ’92.
Pergantian Dirut PT Telkom, dari Cacuk
Sudarijanto ke Setyanto Perwira Santosa pada 10 Oktober ’92 merupakan peristiwa
yang mengagetkan dan menarik perhatian semua pihak. Kemudian menyusul
dicanangkannya program Back to basic, suatu program meningkatkan kualitas hubungan
telekomunikasi, sebagai impelementasi tahun
Tahun 1992 sebagai Tahun Peningkatan
Pelayanan oleh jajaran PT Telkom.
Keberhasilan peluncuran satelit Palapa B-4
pada Mei ’92 juga menandai sukses pembangunan
telekomunikasi tahun ini. Pada tahun ini Telkom juga berhasil membangun 610.792 satuan sambungan telepon
(sst). Sehingga sampai akhir tahun 1992 (tahun ke-4 Pelita V) telah terbangun
sebanyak 1.454.684 sst. Dengan demikian sasaran semula pembanguann telepon 1,4
juta sst pada Pelita V terlampaui (Target Pelita V berubah menjadi 2,1 juta
sst).
Tahun ini juga dliuncurkan jasa-jasa baru
di bidang telekomunikasi, antara lain features Indosat Calling Card, Voice Mail
Box, Indosat International Video Conference, Ultra Phone, Telepon Umum Multi
Coin, Telepon Umum Kartu Kredit.
PT Telkom juga memperluas jangkauan STKB
(Sambungan Telepon Kendaraan Bergerak) Nasional di Malang, Surabaya,
Jakarta, dan Bandung. Sedangkan untuk STKB-C di Jakarta, Bandung
telah diupayakan peningkatan pelayanan dengan meminimkan blank area di Karawang,
Purwakarta dan Serang.
Untuk
Sambungan Langsung Internasional (SLI) pada tahun 1992 sudah bisa
dilakukan dari setiap ibu kota propinsi
ke 189 negara. Apalagi dengan dibukanya
SGIIII (Sentral Gerbang Internasional-III) Indosat di Pulau Batam 19
Desember ’92, lebih mempermudah hubungan
telekomunikasi dari kawasan industri perdagangan dan pariwisata itu.
(mustofa.as/1.5)--
Harian Umum Angkatan Bersenjata
Rabu, 30 Desember 1992
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.