Tuesday 7 April 2015


Menag: Tak Ada Pondok Pesantren Anti-NKRI
 Seminar Sehari Gerakan Fundamental yang Menodai Agama dan Mengancam Keutuhan NKRI di Pesantren AFKN, Bekasi, Jawa Barat, Ahad (4/5).Republika/Damanhuri Zuhri   

 Salatiga-- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, pondok pesantren telah dicatat dalam sejarah sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah berkontribusi besar bagi perjuangan kemerdekaan dan bahkan mengisi kemerdekaan Indonesia. Pesantren berperan penting sebagai jantung pendidikan Islam dalam menjaga ke-Indonesiaan hingga sekarang. 



    “Tidak ada pondok pesantren yang anti-NKRI, yang mengharamkan hormat bendera dan melarang menyanyikan Indonesia Raya,” demikian ditegaskan Menag LHS saat bersilaturahim dengan keluarga besar Pondok Pesantren (Ponpes) Agro Nuur el-Falah, Pulutan, Salatiga, seperti dilansir Kemenag,go.id, Senin (06/04) petang.

     Menurutnya, kontribusi dan semua hal tentang peran hebat dan keberkahan pesantren ini tidak berjalan dengan sendirinya, tetapi berkat  perjuangan keras, keikhlasan, dan kecintaan para ulama terdahulu. Para ulama, kiai, dan ustadz  telah berkontribusi luar biasa kepada bangsa. Karena kerja keras dan keikhlasan mereka, ponpes mampu menjaga Islam ahlussunnah wal jama’ah yang rahmatan lil alamin, toleran dan mampu hidup di tengah keragaman.

    Menag melihat, apa yang dilakukan para ulama tersebut sejalan dengan misi Kemenag yang terus berupaya memperkuat kualitas pemahaman dan pendidikan keagamaan dan kerukunan antarumat beragama. “Apa yang dilakukan para ulama kita, yang mengajar dan mendidik  dengan dasar cinta dan keikhlasan, senantiasa mendatangkan keberkahan,” ujar Menag.

    Di hadapan para santri dan wali santri, Menag mengingatkan  bahwa tugas utama dan pertama para santri, adalah belajar, belajar, dan belajar. “Tugas santri adalah belajar, belajar dan belajar. Bersyukurlah, karena antum semua mendapat kekhususan dari Allah Swt. Tidak semua anak mempunyai kesempatan untuk mondok,” kata Menag.

 Menag menambahkan,  pondok pesantren hampir selama 24 jam penuh mengajarkan nilai-nilai kebajikan. Apa yang kita dengar, kita lihat, dan kita rasakan, lanjut Menag, hakikatnya semua mengandung unsur pendidikan dan kebajikan. “Manfaatkan waktu yang ada di pondok untuk belajar,” tutur Menag seraya menceritakan pengalaman saat mondok.“Saya menyesal karena pas mondok kurang serius belajar, karenanya banyak ilmu dan pengetahuan yang belum saya pelajari,” sesalnya.

    Ponpes Agro Nuur el-Falah yang didirikan pengusaha Dharmo Supono pada 2002 ini, diasuh oleh KH Usman Mansur. Para santri rata-rata berasal dari kalangan bawah dan dari daerah konflik seperti NTT, Poso, Aceh dan lain sebagainya.

 Penuh Kedamaian
    Menteri Lukman Hakim Saifuddin dalam suatu kesempatan di sela-sela peresmian Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Senin (6/4), menjelaskan,  Islam di Nusantara, dikembangkan tanpa ada setetes darah pun yang tertumpah. Walisongo membumikan Islam di Indonesia dengan penuh kearifan, kedamaian dan toleransi.

    Menurut Lukman, Islam dulu diajarkan para pendahulu, seperti Walisongo bukan dengan kekerasan. Apalagi seperti yang dilakukan para penganut paham radikal Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Karena Islam yang dilembangkan ini merupakan Islam yang 'rahmatan lil alamin' yang menjunjung tinggi toleransi dan Islam yang bisa hidup di tengah- tengah keragaman.

    Oleh karena itu, ia sepakat dengan perluasan penyebaran paham Islam yang moderat guna membantu menangkal masuknya paham-paham Islam yang radikal. Makanya Pemerintah lebih menitik-beratkan kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan, tokoh agama serta  berbagai elemen bangsa dan negara lainnya.
Yakni kerjasama dalam menyebarkan paham Islam yang moderat, rahmatan lil alamin dan  menjunjung tinggi toleransi. "Islam yang bisa hidup di tengah keragaman suku bangsa dan budaya bangsa ini," tegasnya.

    Sementara itu, Rektor UIN Walisongo, Prof Muhibbin Noor menegaskan ISIS telah melakukan cara-cara kekerasan dan memahami nilai Islam dengan  keliru. Dalam Alquran (QS: An Nahl ayat:125), kata dia, ada seruan untuk berdakwah dengan hikmat, seperti melalui kata-kata yang baik atau berdiskusi, bukan dilakukan dengan cara-cara kekerasan.

Alquran, lanjutnya, juga menyerukan umat untuk menegakkan kebenaran dan mencegah sesuatu yang munkar kepada mereka yang memiliki kewenangan, seperti para penegak hukum, polisi, hakim dan lainnya. "Artinya sipil yang tidak memiliki kewenangan memaksa, tidak bisa menggunakan ayat itu sebagai dasar untuk melakukan tindakan kekerasan dalam berdakwah," tegas Muhibbin.

Kagum

John Brennan

    Sementara itu, belum lama ini mantan Direktur Badan Intelijen Amerika Serikat menyatakan ia mengagumi kehidupan Islam di Indonesia. Berdasarkan pengalamannya, dia diterima oleh masyarakat Indonesia dengan ramah.

    Pada tahun 1970an dia mendatangi Bali. “Dengan penampilan saya ala Amerika, berambut gondrong dan beranting, saya diterima dengan hangat,” imbuhnya, dalam sebuah video di yutube.

    Dia merasa kagum, karena Islam di Indonesia tak menggambarkan kebencian. Pengalamannya mengunjungi Indonesia memberikan pencerahan kepadanya bahwa Islam dan berbagai keyakinan yang ada dapat hidup berdampingan.
     Masyarakat di sana juga sangat ramah. Meskipun dia menampakkan kultur Barat, dia tetap diterima dan disambut dengan hangat.

Soal pemandangan yang indah tak lagi diragukannya. Pulau Jawa dan Bali dikenal penuh dengan keindahan.Puluhan tahun dimanfaatkannya untuk mengelilingi dunia. Waktu selama itu juga dimanfaatkannya untuk mempelajari dan merasakan langsung keindahan Islam. 


Sumber: republika.co.id, Selasa, 7 April 2015 dan 30 Maret 2015

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.