Garuda Indonesia dan
program keterkaitan
HARI ini, 26 Januari 1993, PT Garuda Indonesia genap berusia 44 tahun.
Kemarin, dalam suatu acara di kompleks Bandara Soekarno-Hatta dilakukan
peresmian GSO (Gedung Sentra Operasi) senilai Rp 42,5 milyar, penyerahan
peralatan GSE (Ground Support Equipment) produksi dalam negeri dan penandatanganan kerja sama PT Garuda Indonesia dengan 23 pengusaha
golongan ekonomi lemah.
Peran serta Garuda Indonesia dalam turut
memajukan perekonomian nasional kita tidak saja terkait dengan sektor pengembangan dunia kepariwisataan semata,
namun juga sektor-sektor lain seperti pemanfaatan perangkat keras
berteknologi tinggi produksi dalam negeri maupun hasil kerajinan industri kecil
yang juga memperoleh perhatian Garuda Indonesia.
Produk-produk kerajinan seperti payung, tas, dan koper sudah lama
dimanfaatkan Garuda Indonesia, terutama
untuk para jemaah haji. Maka wajar saja kalau BUMN di bawah pembinaan Dephub
ini beberapa waktu lalu memperolah penghargaan Upakarti di bidang kepeloporan
dari Presiden Soeharto.
Seperti halnya BUMN-BUMN lainnya, Garuda
Indonesia pun tidak ketinggalan dalam program Bapak Angkat-Mitra Usaha yang
merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam memberi bantuan pembinaan kepada
pengusaha ekonomi golongan lemah dan
koperasi itu.
Program keterkaitan PT Garuda Indonesia
dilaksanakan oleh sebuah unit non-struktural yang diberi nama Proyek Pembinaan
Program Keterkaitan, sesuai keputusan Dirut PT Garuda Indonesia nomor DZ/SKEP
5045/91 tanggal 4 September 1991.
Program ini merupakan kerja sama usaha antara Bapak Angkat dengan Mitra Usaha
pengusaha ekonomi lemah dan koperasi meliputi kegiatan saling menguntungkan dan
saling membutuhkan untuk mengatasi berbagai permasalahan, seperti manajemen,
teknik produksi, permodalan, pemasaran, pendidikan pengendalian pencemaran dan
sebagainya.
Jaminan
Menurut Dirut Garuda Indonesia, Wage
Moeljono, dana yang dipakai untuk keperluan program keterkaitan tersebut
berasal dari laba bersih perusahaan setelah pajak sebesar 2,5 persen. Dana
binaan untuk ke-23 perusahaan anak angkat Garuda Indonesia tersebut
dialokasikan masing-masing 50 persen untuk pembinaan pengusaha ekonomi lemah dan industri kecil,
45 persen untuk pembinaan koperasi atau
KUD, dan 5 persen untuk pembinaan koperasi karyawan Garuda Indonesia.
Dalam kebijakan pembinaan, Garuda Indonesia
memprioritaskan pelaksanaan program
keterkaitan terhadap pengusaha ekonomi lemah dan koperasi yang mempunyai
aset/aktiva atau hasil penjualannya per tahun tidak melebihi Rp 300 juta.
Produknya diperlukan atau digunakan oleh PT Garuda Indonesia atau Garuda
Indonesia Group.
Dalam hal ini PT Garuda Indonesia dapat
memberikan jaminan kepada pengusaha ekonomi lemah dan koperasi untuk
mendapatkan kredit perbankan maksimal sejumlah dana pembinaan yang dialokasikan untuk
masing-masing pengusaha dan koperasi
yang bersangkutan.
Wujud pembinaan secara fungsional, antara
lain mengadakan pembelian langsung hasil
produk anak angkat untuk digunakan bapak angkat, memberikan kemudahan dalam
pelayanan pengangkutan hasil produk mitra usaha, memberi bantuan pemasaran,
seperti pameran, membuat brosur, memberi informasi pasar. Juga memberikan biaya pendidikan, latihan dan penelitian.
Sedangkan waktu pembinaan dilakukan
secara berencana, bertahap, sistematis dan intensif dalam satu tahun atau
paling lama 5 tahun, di mana para pengrajin atau koperasi mampu mengembangkan
usahanya.
Dana yang disediakan Garuda untuk program
keterkaitan sampai dengan tahun 1992 sebesar Rp 1.128.568, 105 dengan perincian
, dana tahun 1989 dan 1990 masing-masing sebesar Rp 500 juta, jasa giro sampai
dengan 30 Nopember ’92 sebanyak Rp 127.631.505, cicilan pinjaman sampai dengan
30 Nopember ’92 sebesar Rp 901.170 dan jasa pinjaman sampai dengan 30 Nopember ’92 sebanyak 35.430.
Realisasi bantuan dana yang telah
digunakan untuk membantu pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi sebesar
Rp 746.725.000 dengan perincian, bantuan pinjaman Rp 743.225.000 dan bantuan
hibah Rp 3.500.000. Hibah tersebut untuk membantu mitra usaha
dalam mengikuti pameran dan pendidikan/pelatihan ketrampilan.
Mitra usaha yang telah mendapatkan bantuan
dana sebanyak 18 mitra usaha. Mereka antara lain pengusaha tasbih dan rosario
dari Baucau Timtim memperoleh bantuan dana
sebesar Rp1,8 juta, pengusaha anyaman pandan/lontar dari Liquisa Timtim
sebesar Rp 200 ribu, dan hibah Rp 500.000. CV Tenun Jaya Dili Timtim mendapat pinjaman sebesar Rp
248.600.000, souvenir Bungong Jaroe
Banda Aceh Rp 1,5 juta. Hibah untuk Kopik Bandung yang memproduksi keramik
sebesar Rp 3 juta, pinjaman untuk
Koprinka Perak Ujung Pandang Rp 30 juta,
KUD Sumosor II Remboiken Manado yang bergerak di bidang keramik dan
waserba Rp 50 juta. Pinjaman untuk FA
Fatlaba Pondok Labu Jakarta yang memproduksi tas dan koper sebesar Rp 75 juta.
Pinjaman yang akan segera dilaksanakan untuk perusahaan tenun ATBM Mustaqien Ujung
Pandang sebesar Rp 125 juta, Ranbers yang memproduksi alat musik kolintang di
Manado Rp 19 juta, Marthas Ulos Benhil Jakarta,
pakaian adat cenderamata Rp 150 juta. Sehingga total pinjaman dan hibah
tahun 1992 sebesar Rp1.040.725.000.
Sampai dengan Desember 1992, dana pembinaan
yang terpakai sebesar Rp 1.040.725.000, sehingga masih ada saldo sebesar Rp 87.843.105
atau (Rp 1.128.568.105 - Rp 1.040.725.000). Sisa dana tersebut akan dipindahkan
ke tahun 1993 atau merupakan saldo awal tahun 1993 yang akan digunakan untuk
membantu pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi di periode tahun 1993.
Selain itu Garuda Indonesia juga
memanfaatkan produk industri kecil untuk keperluan haji dan promosi periode
tahun 1990 sampai dengan tahun 1993
berjumlah Rp 15.253 juta.
Program
1993
Tahun 1993 Garuda Indsonesia menganggarkan
dana untuk program keterkaitan sebesar Rp 5.742.843.105 dengan perincian saldo
akhir tahun ’92 sebesar Rp 87.843.105, dana tahun 1991 sebesar Rp 1.800.000.000
dan dana tahun 1992 sebesar Rp
3.855.000.000.
Rencana kegiatan di antaranya mencari mitra
usaha baru untuk dibina dengan sasaran prioritas Kalimantan dan NTT. Sedangkan
target rekrutmen sebanyak mungkin mitra usaha binaan baru dan minimal 30 mitra
usaha, terdiri dari 15 koperasi/KUD dan 15 pengusaha golongan ekonomi lemah.
Menurut keterangan, periode tahun 1993 telah
masuk calon mitra usaha dari Kalimantan,
NTT, Sulut, Sulsel, DI Aceh, Jabar dan DKI Jakarta sebanyak 146 calon dengan
jumlah permintaan bantuan sebesar Rp 2,8 milyar. *(mustofa.as/3.2)-
Harian
Umum Angkatan Bersenjata
Selasa,
26 Januari 1993
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.