Friday 3 April 2015

Garuda Indonesia dan program keterkaitan

      HARI ini, 26 Januari 1993, PT  Garuda Indonesia genap berusia 44 tahun. Kemarin, dalam suatu acara di kompleks Bandara Soekarno-Hatta dilakukan peresmian GSO (Gedung Sentra Operasi) senilai Rp 42,5 milyar, penyerahan peralatan GSE (Ground Support Equipment) produksi dalam negeri dan  penandatanganan kerja sama  PT Garuda Indonesia dengan 23 pengusaha golongan ekonomi lemah.


    Peran serta Garuda Indonesia dalam turut memajukan  perekonomian  nasional kita tidak saja terkait dengan sektor  pengembangan dunia kepariwisataan semata, namun  juga sektor-sektor lain  seperti pemanfaatan perangkat keras berteknologi tinggi produksi dalam negeri maupun hasil kerajinan industri kecil yang juga memperoleh perhatian Garuda Indonesia.

   Produk-produk kerajinan  seperti payung, tas, dan koper sudah lama dimanfaatkan  Garuda Indonesia, terutama untuk para jemaah haji. Maka wajar saja kalau BUMN di bawah pembinaan Dephub ini beberapa waktu lalu memperolah penghargaan Upakarti di bidang kepeloporan dari Presiden Soeharto.

    Seperti halnya BUMN-BUMN lainnya, Garuda Indonesia pun tidak ketinggalan dalam program Bapak Angkat-Mitra Usaha yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam memberi bantuan pembinaan kepada pengusaha  ekonomi golongan lemah dan koperasi itu.

    Program keterkaitan PT Garuda Indonesia dilaksanakan oleh sebuah unit non-struktural yang diberi nama Proyek Pembinaan Program Keterkaitan, sesuai keputusan Dirut PT Garuda Indonesia nomor DZ/SKEP 5045/91 tanggal 4 September 1991.

    Program ini merupakan kerja sama  usaha antara Bapak Angkat dengan Mitra Usaha pengusaha ekonomi lemah dan koperasi meliputi kegiatan saling menguntungkan dan saling membutuhkan untuk mengatasi berbagai permasalahan, seperti manajemen, teknik produksi, permodalan, pemasaran, pendidikan pengendalian pencemaran dan sebagainya.

Jaminan  
    Menurut Dirut Garuda Indonesia, Wage Moeljono, dana yang dipakai untuk keperluan program keterkaitan tersebut berasal dari laba bersih perusahaan setelah pajak sebesar 2,5 persen. Dana binaan untuk ke-23 perusahaan anak angkat Garuda Indonesia tersebut dialokasikan masing-masing 50 persen untuk pembinaan  pengusaha ekonomi lemah dan industri kecil, 45 persen untuk pembinaan  koperasi atau KUD, dan 5 persen untuk pembinaan koperasi karyawan Garuda Indonesia.

   Dalam kebijakan pembinaan, Garuda Indonesia memprioritaskan  pelaksanaan program keterkaitan  terhadap pengusaha  ekonomi lemah dan koperasi yang mempunyai aset/aktiva atau hasil penjualannya per tahun tidak melebihi Rp 300 juta. Produknya diperlukan atau digunakan oleh PT Garuda Indonesia atau Garuda Indonesia Group.

    Dalam hal ini PT Garuda Indonesia dapat memberikan jaminan kepada pengusaha ekonomi lemah dan koperasi untuk mendapatkan kredit perbankan maksimal sejumlah dana  pembinaan yang dialokasikan untuk masing-masing pengusaha  dan koperasi yang bersangkutan.

    Wujud pembinaan secara fungsional, antara lain mengadakan pembelian  langsung hasil produk anak angkat untuk digunakan bapak angkat, memberikan kemudahan dalam pelayanan pengangkutan hasil produk mitra usaha, memberi bantuan pemasaran, seperti pameran, membuat brosur, memberi informasi pasar. Juga memberikan  biaya pendidikan, latihan dan penelitian. Sedangkan waktu pembinaan  dilakukan secara berencana, bertahap, sistematis dan intensif dalam satu tahun atau paling lama 5 tahun, di mana para pengrajin atau koperasi mampu mengembangkan usahanya.

    Dana yang disediakan Garuda untuk program keterkaitan sampai dengan tahun 1992 sebesar Rp 1.128.568, 105 dengan perincian , dana tahun 1989 dan 1990 masing-masing sebesar Rp 500 juta, jasa giro sampai dengan 30 Nopember ’92 sebanyak Rp 127.631.505, cicilan pinjaman sampai dengan 30 Nopember ’92 sebesar Rp 901.170 dan jasa pinjaman  sampai dengan 30 Nopember  ’92 sebanyak 35.430.

    Realisasi bantuan dana yang telah digunakan  untuk membantu pengusaha  golongan ekonomi lemah dan koperasi sebesar Rp 746.725.000 dengan perincian, bantuan pinjaman Rp 743.225.000 dan bantuan hibah Rp 3.500.000. Hibah tersebut untuk membantu  mitra usaha  dalam mengikuti pameran dan pendidikan/pelatihan ketrampilan.

    Mitra usaha yang telah mendapatkan bantuan dana sebanyak 18 mitra usaha. Mereka antara lain pengusaha tasbih dan rosario dari Baucau Timtim memperoleh bantuan dana  sebesar Rp1,8 juta, pengusaha anyaman pandan/lontar dari Liquisa Timtim sebesar Rp 200 ribu, dan hibah Rp 500.000. CV Tenun Jaya  Dili Timtim mendapat pinjaman sebesar Rp 248.600.000, souvenir Bungong  Jaroe Banda Aceh Rp 1,5 juta. Hibah untuk Kopik Bandung yang memproduksi keramik sebesar Rp 3 juta,  pinjaman untuk Koprinka Perak Ujung Pandang Rp 30 juta,  KUD Sumosor II Remboiken Manado yang bergerak di bidang keramik dan waserba Rp 50 juta. Pinjaman untuk  FA Fatlaba Pondok Labu Jakarta yang memproduksi tas dan koper sebesar Rp 75 juta.

    Pinjaman yang akan segera dilaksanakan  untuk perusahaan tenun ATBM Mustaqien Ujung Pandang sebesar Rp 125 juta, Ranbers yang memproduksi alat musik kolintang di Manado Rp 19 juta, Marthas Ulos Benhil Jakarta,  pakaian adat cenderamata Rp 150 juta. Sehingga total pinjaman dan hibah tahun 1992 sebesar Rp1.040.725.000.

    Sampai dengan Desember 1992, dana pembinaan yang terpakai sebesar Rp 1.040.725.000, sehingga masih ada saldo sebesar Rp 87.843.105 atau (Rp 1.128.568.105 - Rp 1.040.725.000). Sisa dana tersebut akan dipindahkan ke tahun 1993 atau merupakan saldo awal tahun 1993 yang akan digunakan untuk membantu pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi di  periode tahun 1993.

   Selain itu Garuda Indonesia juga memanfaatkan produk industri kecil untuk keperluan haji dan promosi periode tahun 1990 sampai dengan tahun  1993 berjumlah Rp 15.253 juta.

Program 1993
    Tahun 1993 Garuda Indsonesia menganggarkan dana untuk program keterkaitan sebesar Rp 5.742.843.105 dengan perincian saldo akhir tahun ’92 sebesar Rp 87.843.105, dana tahun 1991 sebesar Rp 1.800.000.000 dan dana tahun  1992 sebesar Rp 3.855.000.000.

    Rencana kegiatan di antaranya mencari mitra usaha baru untuk dibina dengan sasaran prioritas Kalimantan dan NTT. Sedangkan target rekrutmen sebanyak mungkin mitra usaha binaan baru dan minimal 30 mitra usaha, terdiri dari 15 koperasi/KUD dan 15 pengusaha golongan ekonomi lemah.

   Menurut keterangan, periode tahun 1993 telah masuk calon mitra usaha  dari Kalimantan, NTT, Sulut, Sulsel, DI Aceh, Jabar dan DKI Jakarta sebanyak 146 calon dengan jumlah permintaan bantuan sebesar Rp 2,8 milyar. *(mustofa.as/3.2)-


Harian Umum Angkatan Bersenjata
Selasa, 26 Januari  1993

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.