Petualang
Oleh: Mustofa AS
ANDA pasti sewot ketika mobil Anda disalip dari kiri secara tiba-tiba. Atau
Anda akan marah bila mobil di belakang Anda membunyikan klakson berulang-ulang
ketika Anda sedang menunggu lampu lalulintas yang menyala merah. Itulah dua
kejadian yang sering kita alami sehari-hari di jalan-jalan raya di Indonesia.
Dan, merupakan bagian kecil dari sekian banyak jenis pelanggaran di bidang
perlalulintasan.
Jika Anda suatu saat dihadapkan pada
situasi yang membuat Anda sewot di
jalanan, maka sebaiknya Anda ingat motto sing
waras ngalah, sehingga Insya Allah Anda akan selamat. Sebab, seperti
digambarkan di atas, sopir-sopir yang ugal-ugalan bisa diidentikkan dengan
orang yang tidak waras, tidak rasional.
Sekarang ini memang banyak orang yang
tidak rasional, dan tidak waras alias gila. Mungkin karena banyaknya tekanan,
termasuk tekanan ekonomi, politik, kebebasan, dan juga tekanan batin. Maka,
banyak orang menjadi gila, dalam arti sebenarnya maupun kiasan.
Dalam arti kiasan ataupun sebenarnya, saat
ini banyak orang gila kekuasaan dan kehormatan. Akibat kegilaan semacam itu,
maka apa pun upaya akan dilakukan untuk
mencapai ambisi tersebut, tentu dengan alasan rasional yang dicari-cari.
Tetapi, ada kegilaan yang berlarut-larut yang dibuat untuk tujuan tertentu,
misalnya uang. Apa pun masalah yang
diungkapkan, tujuan akhirnya adalah uang atau biasa disebut UUD (Ujung-Ujungnya
Duit). Tetapi, kegilaan-kegilaan itu berakibat buruk terhadap bangsa dan negara
kita. Misalnya kerusuhan yang sampai
kini berlarut-larut itu, tidak lepas dari kegilaan manusia.
Adalah tidak rasional (gila) mereka yang
mengusulkan agar TNI dan PPRM ditarik dari Aceh. Sementara aparat keamanan
itu sangat dibutuhkan untuk melindungi
rakyat dari serangan gerombolan yang tidak bertanggung jawab. Orang-orang
semacam itu hanya asal ngomong. Atau
ada tujuan lain di balik pernyataan itu selain UUD tadi? Ataukah kegilaan
mereka terhadap media massa, karena orang-orang
ini sudah seperti kalangan selebritis yang segala tingkah dan polahnya
dipublikasikan. Termasuk hal yang tidak rasional tadi. Kegilaan macam apa lagi?
Lihat juga sejumlah tingkah polah pemimpin partai gurem. Komisi
Pemilihan Umum (KPU) seakan-akan sebagai ajang ketidakpuasan mereka dalam
perolehan suara. Para pemimpin partai itu habis-habisan membuat berbagai ulah
sebagai kompensasi kegagalannya meraih kursi pada Pemilu yang lalu. Mereka
manja, tidak peduli kepada keadaan bangsa yang sedang morat-marit menghadapi
berbagai masalah. Mereka tak peduli pada
Aceh yang prihatin, Timtim yang ramai terus, Ambon yang rusuh, dan terakhir
Batam yang bergolak. Maka di sini diperlukan motto sing waras ngalah.
Seorang pemimpin sebenarnya harus memiliki jiwa besar, menghormati pendapat orang lain
dan juga berjiwa ksatria, mengakui kekurangan dan kelemahan, juga kekalahan. Wong sudah kalah kok ya masih ngotot! Lha itu namanya bukan pemimpin, tetapi kepala batu. Memang setiap
orang berhak berbicara, tetapi kebebasan ngomong
itu janganlah disalahgunakan untuk membingungkan masyarakat.
Kegilaan kekuasaan yang dimiliki pemimpin
parpol yang berlagak sebagai kampiun demokrasi, sudah waktunya diakhiri. Supaya
mereka yang bingung tidak semakin bingung, yang sedang menderita tidak semakin
terpuruk, dan mereka yang rusuh tidak semakin kacau. Wahai Anda yang merasa
sebagai pemimpin, marilah kita merenung sejenak, benarkah Anda itu pemimpin atau hanya petualang?
Harian
Umum ABRI
Sabtu, 31 Juli 1999
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.