Friday 21 November 2014

Teropong



                         Petualang
                                                              
                                                               Oleh: Mustofa AS

     ANDA pasti sewot ketika mobil Anda disalip dari kiri secara tiba-tiba. Atau Anda akan marah bila mobil di belakang Anda membunyikan klakson berulang-ulang ketika Anda sedang menunggu lampu lalulintas yang menyala merah. Itulah dua kejadian yang sering kita alami sehari-hari di jalan-jalan raya di Indonesia. Dan, merupakan bagian kecil dari sekian banyak jenis pelanggaran di bidang perlalulintasan.


     Jika Anda suatu saat dihadapkan pada situasi yang membuat Anda sewot di jalanan, maka sebaiknya Anda ingat motto sing waras ngalah, sehingga Insya Allah Anda akan selamat. Sebab, seperti digambarkan di atas, sopir-sopir yang ugal-ugalan bisa diidentikkan dengan orang yang tidak waras, tidak rasional.

     Sekarang ini memang banyak orang yang tidak rasional, dan tidak waras alias gila. Mungkin karena banyaknya tekanan, termasuk tekanan ekonomi, politik, kebebasan, dan juga tekanan batin. Maka, banyak orang menjadi gila, dalam arti sebenarnya maupun kiasan.

     Dalam arti kiasan ataupun sebenarnya, saat ini banyak orang gila kekuasaan dan kehormatan. Akibat kegilaan semacam itu, maka apa pun upaya akan dilakukan  untuk mencapai ambisi tersebut, tentu dengan alasan rasional yang dicari-cari. Tetapi, ada kegilaan yang berlarut-larut yang dibuat untuk tujuan tertentu, misalnya uang.  Apa pun masalah yang diungkapkan, tujuan akhirnya adalah uang atau biasa disebut UUD (Ujung-Ujungnya Duit). Tetapi, kegilaan-kegilaan itu berakibat buruk terhadap bangsa dan negara kita. Misalnya kerusuhan  yang sampai kini berlarut-larut itu, tidak lepas dari kegilaan manusia.

     Adalah tidak rasional (gila) mereka yang mengusulkan agar TNI dan PPRM ditarik dari Aceh. Sementara aparat keamanan itu  sangat dibutuhkan untuk melindungi rakyat dari serangan gerombolan yang tidak bertanggung jawab. Orang-orang semacam itu hanya asal ngomong. Atau ada tujuan lain di balik pernyataan itu selain UUD tadi? Ataukah kegilaan mereka terhadap media massa, karena orang-orang  ini sudah seperti kalangan selebritis yang segala tingkah dan polahnya dipublikasikan. Termasuk hal yang tidak rasional tadi. Kegilaan macam apa lagi?

     Lihat juga sejumlah  tingkah polah pemimpin partai gurem. Komisi Pemilihan Umum (KPU) seakan-akan sebagai ajang ketidakpuasan mereka dalam perolehan suara. Para pemimpin partai itu habis-habisan membuat berbagai ulah sebagai kompensasi kegagalannya meraih kursi pada Pemilu yang lalu. Mereka manja, tidak peduli kepada keadaan bangsa yang sedang morat-marit menghadapi berbagai masalah.  Mereka tak peduli pada Aceh yang prihatin, Timtim yang ramai terus, Ambon yang rusuh, dan terakhir Batam yang bergolak. Maka di sini diperlukan motto sing waras ngalah. 

     Seorang pemimpin  sebenarnya harus memiliki  jiwa besar, menghormati pendapat orang lain dan juga berjiwa ksatria, mengakui kekurangan dan kelemahan, juga kekalahan. Wong sudah kalah kok ya masih ngotot! Lha itu namanya bukan pemimpin, tetapi kepala batu. Memang setiap orang berhak berbicara, tetapi kebebasan ngomong itu janganlah disalahgunakan untuk membingungkan masyarakat.

     Kegilaan kekuasaan yang dimiliki pemimpin parpol yang berlagak sebagai kampiun demokrasi, sudah waktunya diakhiri. Supaya mereka yang bingung tidak semakin bingung, yang sedang menderita tidak semakin terpuruk, dan mereka yang rusuh tidak semakin kacau. Wahai Anda yang merasa sebagai pemimpin, marilah kita merenung sejenak, benarkah Anda itu pemimpin atau hanya petualang?


Harian Umum ABRI
Sabtu, 31 Juli 1999

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.