Billing info, tagihan telepon berapa?
Dalam suatu ruangan di lantai tiga Gedung
Telekomunikasi Gambir Jakarta, sebanyak 20 pegawai Perumtel kebanyakan wanita,
sibuk melayani pertanyaan-pertanyaan pelanggan melalui pesawat telepon nomor
3811111.
Mereka adalah operator Billing Info
(Penerangan Penagihan) telepon dan telex
yang melayani pertanyaan para pelanggan Perumtel Witel IV Jakarta dan
sekitarnya, mengenai jumlah tagihan Perumtel yang harus dibayar pada bulan ini.
Masing-masing
operator yang dilengkapI dengan
seperangkat komputer, headphone dan mike tidak henti-hentinya melayani
para pelanggan yang ingin mengetahui berapa rekening yang harus mereka bayar.
Setiap operator melayani dua sirkit,
meskipun keduanya tidak bisa dilayani sekaligus.
Para penanya
tinggal menyebutkan nomor teleponnya dan
dalam waktu singkat akan diketahui berapa pelanggan tersebut harus
membayar rekening teleponnya itu. Kecepatan dan ketepatan angka-angka
yang bisa dengan segera diinformasikan
kepada pelanggan itu, berkat keterampilan operator dan kehebatan komputer.
Operator yang
menerima nomor dari pelanggan, langsung mencek pada papan komputer dengan
menggunakan kode-kode tertentu. Dalam sekejap layar komputer akan memaparkan data mengenai tagihan telepon tersebut. Bukan hanya itu, tagihan
pada bulan-bulan yang telah lalu pun bisa ditanyakan kepada operator Billing
Info, berikut rincian mengenai berapa tagihan untuk percakapan local, SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh)) maupun
percakapan internasional.
Menjadi operator
penerangan penagihan bukan pekerjaan
ringan. Selain terampil memainkan
jari-jari di atas tuts peralatan
canggih itu, kesigapan dalam menjawab pertanyaan pelanggan juga tidak kalah
pentingnya. Di samping menjaga sopan santun dan keramah-tamahan.
Ketegangan melayani
para pelanggan melalui telepon itu setiap saat bisa terjadi. Sebabnya bukan
hanya karena mereka lelah akibat rutinitas kerja yang mereka hadapi, tetapi
bisa juga akibat faktor lain. Seperti
pelanggan yang tidak sabaran, dan menumpahkan kemarahan kepada operator. “Kalau
sudah tegang saya terus istirahat, daripada nanti stress,”ujar Budi Pawestri
(29 tahun) seorang petugas penerangan penagihan menuturkan.
Barangkali karena
sifat pekerjaannya yang begitu padat, maka ditempuh kebijaksanaan, para
operator istirahat setengah jam setelah dua jam duduk dan terus menerus
mendengarkan dan melayani pembicaraan antara 150 sampai 200 pelanggan.
Ruang istirahat
juga disediakan, termasuk beberapa kasur, supaya mereka bisa membaringkan tubuh
setelah dua jam penuh dalam suasana yang menekan. Beberapa alat olahraga maupun
bacaan disediakan dalam ruang istirahat itu.
Kebanyakan
Budi mengakui,
pelanggan yang “galak” dan suka memaki-maki sekitar 20 persen. Terkadang ada
penelepon yang menanyakan rekening listrik, tagihan air minum dan karcis
Garuda. Namun banyak juga yang bersikap sopan, ramah dan tidak lupa mengucapkan
terima kasih yang tulus.”Kalau sudah begitu, saya merasa terkesan dan
senang,”tutur Budi Pawestri menggambarkan penghargaan yang diberikan banyak
pelanggan terhadap kerja operator bagian
penerabngan penagihan itu.”Bahkan ada yang mengajak makan, tentu saja saya
tolak dengan halus,”ujarnya menambahkan.
Ketegangan yang
selalu menyelimuti kerja para operator itu
mungkin yang mengakibatkan mereka juga cepat memakai kacamata baca. Hal
itu diakui oleh Kasubdin Penerangan Lokal Witel IV Ny. Poerwantini.
Para operator itu
mengakui, ikhwal kerja mereka sebagai operator, baik itu operator 108
(penerangan) maupun operator 3811111 (penerangan penagihan), memang cukup
berat. Maklum dua telinga harus tertekan mendengarkan pembicaraan berbagai
macam tipe manusia dengan intensitas yang cukup tinggi. Selain itu mereka harus sigap menjawab pertanyaan, sementara mata memandang ke layar komputer dan
jari-jari tangan pun tidak henti-hentinya
bergerak lincah
Nurmalawati, salah
seorang operator, nampak begitu sibuknya. Jari-jari tangan kirinya sibuk
menekan knop pada papan sambungan telepon yang masuk (sirkit). “Saya mau tanya
rekening telpon saya bu,”ujar seorang
pria bertanya.”Nomornya berapa pak?”tanya Nurmala. “Atas nama Bustomi!”sahut
pria itu.”Sebutkan nomornya saja pak,”pinta Nurmalawati. Namun rupanya pria itu
lupa mengingat nomor telepon yang akan
ditanya rekeningnya itu.”Di sini bisa tahu dari nomor telepon pak,”ujar operator
itu menjelaskan.
Pada saat lain
Nurmalawati menerima pertanyaan jumlah
tagihan sederetan nomor telepon, tiba-tiba sirkit lainnya menyala. Maka
dengan sopan meminta agar pelanggan yang
sedang dilayani itu menunggu sebentar. Sirkit lain langsung dibuka dan
terjadilah sambungan percakapan baru. Pelanggan
ini langsung diminta menunggu sebentar. Opereator itu langsung berbicara lagi
dengan pelanggan yang dilayani duluan dan menyelesaikan jawaban yang harus
diberikan. Pelayanan tersebut terus
menerus, seolah-olah tidak terputus-putus. Baru beberapa detik kosong, maka
masuk lagi panggilan melalui dua sirkit
yang ada pada masing-masing operator.
Beberapa wartawan
yang mencoba mendengarkan percakapan antara
operator dengan pelanggan yang
menanyakan rekening itu, sempat geleng-geleng kepala. Karena begitu padatnya sambungan yang masuk itu. Beberapa watawan
mengaku pusing meskipun baru beberapa saat memakai headphone petugas penerangan
penagihan itu.
Mereka yang
menanyakan jumlah tagihan rekening telepon tidak terbatas pada perorangan,
tetapi juga perusahaan yang kadang-kadang memiliki sampai lebih dari 100 nomor
telepon.””Zus, jumlah Rp 223.218,00 apa sudah termasuk pajak?”tanya suara pria
setelah diberitahu jumlah yang harus dibayarnya
bulan April ini.”Sudah termasuk pak,”jawab Nurmalawati.
“Nomornya
kebanyakan pak!”ujar operator yang sejak ’85 melayani para pelanggan itu.
Rupanya si penanya menyebutkan delapan angka, padahal semestinya hanya tujuh
angka.
Bertambah
Ada lagi seorang pria yang menanyakan
tempat pembayaran rekening teleponnya dan dijawab operator bahwa pelanggan itu
harus membayar di Bank BNI di Jalan Roa Malaka.
“Tetapi nomornya di sana tidak ada bu,”ujar pelanggan itu.”Memang belum ada pak
karena pembayaran dibuka mulai tanggal 13,”jawab sang operator, dan si penanya
rupanya cukup mengerti jawaban tersebut.
Mengamati kerja
para operator penerangan penagihan telepon rasanya kita bisa merasakan betapa
berat dan tidak gampang bertugas melayani masyarakat. Bayangkan, kalau saja
339.000 pelanggan telepon di Jakarta bertanya semua melalui pelayanan Billing
Info itu, bagaimana repotnya mereka yang jumlahnya hanya 20 orang itu.
Saat ini saja
setiap operator Billing Info rata-rata menerima 100 panggilan per jam. Mereka
bekerja lebih dari yang mereka bisa lakukan.
Karena, menurut Ny.Poerwantini, idealnya seorang operator penerangan
penagihan hanya menjawab 63
panggilan/percakapan per jam.”Sehari kami menerima panggilan antara 10.000 sampai 11.000 pada hari sibuk,”ujar
Kasi Penerangan Penagihan Ny.C.Suitella. Tanggal-tanggal sibuk antara 5 sampai
20 setiap bulan.
Lalu apakah jumlah
mereka cukup memadai bila dibandingkan dengan jumlah yang harus mereka layani? Menurut
Ny Poerwantini semestinya jumlah operator juga ditambah, mengikuti perkembangan
pertambahan jumlah pelanggan. Karena itu menurut rencana pelayanan penerangan penagihan akan dilakukan
dua shift.
Kebutuhan akan
informaasi, khususnya informasi mengenai jumlah tagihan telepon bagi para
pelanggan Perumtel, nampaknya akan semakin meningkat. Soalnya saat ini masih
banyak pelanggan yang belum mengetahui
adanya pelayanan penerangan penagihan. Jenis-jenis pelayanan Perumtel yang sudah populer saat ini
adalah bagian pengaduan (117) dan
penerangan local (108).
Selain penambahan
jumlah personil operator, agar beban mereka yang bertugas saat ini terkurangi,
juga perhatian lain, seperti makanan ekstra senilai Rp 300/orang itu sebaiknya ditambah. Sebab kerja yang terus menerus
mengerahkan konsentrasi cepat membuat lelah dan lapar.
Masyarakat,
khsususnya pelanggan telepon juga diharapkan bisa memahami kerja para operator
itu. Sikap galak terhadap mereka akan menambah ketegangan dan beban kerja para
operator itu. Sebaliknya sikap lemah lembut pasti akan disambut dengan
keramahtamahan seperti dituturkan seorang operator wanita, Budi Pawestri. (Mustofa AS/2.1)
Harian Umum “AB”
12 April 1989
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.