Mau nanya telepon kok
dikasih musik…
Jika Anda pada suatu saat lupa atau tidak
mengetahui nomor telepon rekan atau instansi yang perlu Anda segera hubungi,
sedangkan buku telepon juga tidak ada, maka tidak usah bingung, putarlah nomor
108. Bila alamat rumah atau kantor cukup jelas Anda beritahukan kepada operator
telepon, maka tidak sampai satu menit Anda bisa memperoleh nomor telepon yang
Anda butuhkan.
Tidak hanya itu, Anda hanya ingat nama
pelanggan telepon di suatu lokasi di wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok
dan Cibinong bisa diketahui melalui nomor 108 (Penerangan local Jakarta dan
sekitarnya).
Kenapa begitu cepat para operator 108
melayanai Anda? Tidak lain karena kerja mereka dibantu oleh komputer. Mereka
tinggal memencet tombol dan keluarlah di layar komputer sejumlah nama dan
alamat serta nomor teleponnya. Mudah bukan?
Tetapi barangkali suatu saat Anda merasa
jengkel karena menurut anggapan Anda
operator 108 kurang cepat mengangkat telepon, atau dinilai kurang sopan
melayani Anda. Itu bisa saja terjadi. Maka makian dan umpatan bisa Anda
lontarkan begitu saja kepada si operator yang “malang” itu.
Lalu, apakah benar jika sudah begitu, siapa
yang harus disalahkan, operator ataukah Anda? ”Saya bahkan lupa Pak saking
seringnya menerima makian pelanggan,”ujar Bambang Hermanto (27 tahun), operator
108 ketika ditanya apakah ia pernah menerima umpatan dari pelanggan yang tidak puas.
Padahal menurut Bambang, seringkali
kesalahan ada pada penanya. Misalnya untuk mengetahui suatu nomor telepon,
penanya tidak memberikan data yang jelas atau nomor telepon instansi yang
ditanyakan sudah ganti nama, rumah atau
nama orang yang ditanyakan tidak terdaftar
karena kantor atau rumah tersebut telah dikontrakkan dan lain-lain.
Jikalau sudah demikian maka penanya yang
tidak mau mengerti penjelasan petugas operator 108 akan marah dan menilai
108 tidak melayani dengan baik.
Sebenarnya
menjadi opeator telepon 108 cukup menyenangkan, ujar Bambang Hermanto yang
telah 4 tahun melayani para penanya nomor telepon itu. Apalagi bila data yang ada cukup lengkap, cepat dan akurat.
Misalnya para pelanggan baru dan perubahan-perubahan alamat, nama instansi
pelanggan, bisa cepat dilaporkan untuk kemudahan pelayanan 108.
Contoh lain mengenai ketidaklengkapan data yang diberikan penanya, pelanggan ingin mengetahui nomor telepon Kedubes Malaysia, tetapi tidak
menyebutkan kantor kedubes yang di mana. Karena telepon kedubes tersebut sesuai
daftar ada empat tempat, yakni di Jalan Bangka, Jalan Imam Bonjol, Gedung Duta
Merlin dan satunya di Budi Kemuliaan.
Buku pintar
Sebaiknya para pemilik telepon menyediakan
alat tulis menulis di dekat pesawat
telepon, sehingga memudahkan dirinya dan
juga mempercepat pelayanan. Karena tidak jarang si operator harus menunggu lama
disebabkan pelanggan mengambil dulu alat tulis menulis untuk mencatat nomor
telepon yang ditanyakan, tutur Sumiyatun yang juga operator 108.
Bahkan menurut dia, pernah ia mendiktekan
nomor telepon yang ditanyakan empat kali berturut-turut masih belum jelas
juga. Padahal orang yang menunggu giliran menanyakan nomor cukup padat.
Pertanyaan seperti nomor telepon Aqua
berapa, Indo Mie , panitia anu, gedung X dan lain-lain juga membingungkan
operator, karena nama produk tertentu
itu tidak ada dalam daftar nomor telepon di komputer.”Kalau Aqua yang punya telepon perusahaannya yakni Golden
Missisipi, atau PT San Maru yang memproduksi Indo Mie,”ujarnya.
Nah, kalau sudah begitu, maka
“penemuan-penemuan baru” operator 108 langsung dibukukan dalam “Buku Pintar”.
Karena itu selain harus bisa melayani telepon dan terampil memainkan tombol terminal komputer,
para operator dituntut pula memiliki
banyak pengetahuan. Jika ada orang yang mencari nomor telepon Bakorstranas
maka tinggal dicari pada daftar
Kopkamtib, Badan Pertanahan Nasional tinggal dicari pada daftar Depdagri.
Demikian pula jawatan yang berubah menjadi direktorat, Wisma Harapan menjadi
Wisma Rajawali dan penemuan-penemuan baru lainnya. Atas kreasi para operator
daftar itu dimasukkan ke dalam Buku Pintar tadi.
Banyak pelanggan mengira operator 108 bisa
melayani segala macam pertanyaan,
pokoknya serba tahu, ujar Kepala Seksi Pelayanan I Ny.H.Dimroni. Padahal kami
hanya melayani pertanyaan nomor telepon saja, sambungnya.”Bayangkan ada yang
menanyakan saya ada di bandara harus naik apa Bu, kalau mau ke jurusan anu, yah kalau
saya tahu ya saya kasih tahu juga,”ujarnya.
Lalu, bagaimana kerja para operator telepon 108 bila dihubungkan
dengan berbagai keluhan para pelanggan
itu?
Jenuh
Di Gedung Telekomunikasi Gambir, Jalan
Medan Merdeka Selatan, tepatnya di lantai tiga gedung itu, sebuah ruangan
dikhususkan untuk ruang kerja operator telepon penerangan itu. Sebanyak 28
posisi, yang masing-masing posisi (terminal komputer dan tempat duduk operator)
memiliki dua sirkit penerima panggilan telepon, membentuk huruf U.
Masing-masing posisi dilayani oleh seorang operator dan setiap tujuh operator
diawasi oleh seorang supervisor. Fungsi pengawas di sini selain mengawasi kerja
para operator, juga mengatasi permasalahan yang tidak bisa ditangani operator.
Karena pengawas biasanya orang yang telah berpengalaman dalam bidang tersebut.
Cukup berat memang tugas operator telepon
ini. Karena duduk terus menerus selama dua jam, dan dalam jangka waktu itu
sibuk melayani panggilan yang datang silih berganti.”Kami atur mereka agar
dalam waktu dua jam, istirahat setengah jam,” ujar Ny. Poerwantini, Kepala Sub
Dinas Penerangan Lokal Witel IV Jakarta.
Pekerjaan sebagai operator telepon yang
duduk rutin itu bisa membuat mereka mengalami kejenuhan dan stress. Hal ini
diakui Poerwantini dan beberapa operator 108.”Meskipun posisi mereka sengaja
diatur berpindah-pindan dan diberi isitirahat setelah dua jam, namun banyak
pula yang mengalami stress,” tutur Kasubdin
Penerangan Lokal itu.”Apalagi jika tiap kali
si operator menerima kemarahan dari pelanggan,”tambahnya.
Karena itu untuk menjadi operator telepon
selain terampil dan memiliki cukup pengetahuan, juga harus memiliki kesabaran
plus. Tidak heran jika dua pertiga dari jumlah operator yang tugas siang hari
kebanyakan adalah wanita, mungkin wanita dinilai lebih sabar dari pria.
Pelayanan penerangan telepon itu dilakukan 24 jam dan pada malam hari hanya
dilayani oleh petugas pria.
Jika jam-jam sibuk, yaitu antara pukul
09:30-12:00 dan 13:30-15:30 WIB pelayanan
108 bisa menerima panggilan sedikitnya 7.600 kali per jam. Pantas saja kalau
ada yang mengalami stress, jika 28 orang melayani 56 sirkit menerima panggilan
sebanyak itu.
Terkadang ada penanya yang tidak mau
mengerti dan menganggap operator terlalu lama menjawab panggilan. Padahal
seorang operator harus melayani dua sirkit. Jika sirkit yang satu tengah
dilayani dan bersamaan itu sirkit yang lain terisi, maka mau tidak mau si
operator harus menyelesaikan dulu pelayanan yang terdahulu.”Namun kalau operator yang berpengalaman dia akan melayani penelepon yang kemudian dan
menyatakan agar si penelepon itu menunggu sebentar,”ujar Ny.Poerwantini.
Nah, dalam menunggui itu, si operator
menyelesaikan pelayanan yang terdahulu barulah giliran berikutnya.
Selama menunggu beberapa detik itu memang
tidak ada terdengar bunyi apa-apa, karena bunyi musik pengisi waktu menunggu
itu telah dicabut. Sebab ada pelanggan yang justru marah-marah karena mendengar
musik itu.,”Mau nanya telepon kok dikasih musik,”tutur Ny Poerwantini
menirukan penanya lewat 108 itu.
Mengenai perangkat penerangan 108 itu
menurut dia jumlahnya sebaiknya ditambah, karena 28 posisi itu diadakan sejak
tahun 1982. Padahal jumlah langganan
telepon di Jakarta kini sekitar 328.000.
Para petugas operator 108 itu dibagi dengan
tiga shift dan diatur sedemikian
rupa, supaya mereka tidak jenuh.Di tempat istirahat juga disediakan bahan
bacaan, untuk membunuh rasa kebosanan.”Kami di sini sifatnya ngemong,”ujar Poerwantini ketika ditanya
bagaimana mengatasi anak buahnya yang mengalami stress dan sebagainya. Ia
membawahi 152 orang pegawai termasuk bagian tata usaha.
Makin berat
Dirut Perumtel Cacuk Sudarijanto ketika
mendampingi Menparpostel Soesilo Soedarman meninjau kerja para operator telepon
di Kandatel Bandar Lampung seminggu yang lalu mengakui kerja operator cukup
berat. Karena seharian telinga mereka tertutup dan hanya mendengar suara-suara
panggilan dan kadang-kadang diselinggi
dengan makian atau umpatan.”Perlu
dipikirkan suatu ruang istirahat khusus bagi mereka supaya bisa lepas dari rasa
jenuh,”ujarnya.
Barangkali rasa jenuh itulah yang
menyebabkan ada di antara mereka dinilai kurang sopan dalam melayani
pelanggan/penanya. Apalagi si operator
sudah berkali-kali kena maki dari seberang sana.”Yah itu hanya karena nila
setitik maka rusak susu sebelanga,”kata Ny.H.Dimroni berperibahasa.
Kritik bagi kami biasa, namun kami tetap
berusaha untuk meningkatkan pelayanan,
ujar seorang operator 108.
Pelayanan 108 bukan hanya untuk Jakarta dan
sekitarnya tetapi juga untuk luar Witel IV. Mereka yang akan menanyakan nomor
telepon di wilayah DKI, Tangerang, Bekasi, Depok dan Cibinong bisa menelepon
melalui 021 370001.”Setiap hari kami menerima rata-rata 150 panggilan dari luar kota Jakarta,”ujar Ny H Dimroni.
Kami akan melayani sampai selesai selama
pembicaraan tidak ngelantur, kata
Kasi Pelayanan itu ketika ditanya batas waktu yang diberikan operator dalam
melayanai para penanya lewat 108.
Meskipun sudah ada buku telepon, tetapi
semakin hari nampaknya “langganan” 108
semakin bertambah. Mungkin ada hubungannya dengan sifat kebanyakan dari kita yang enggan membalik-balik buku, termasuk
untuk mencari nomor telepon pada buku tebal itu. Jika pelayanan 108 ini makin
populer, tentu kerja para operator akan lebih sibuk lagi. (Mustofa AS/2.1)
Harian
Umum “AB”
29 Maret 1989
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.