Tuesday 22 July 2014

Pengalaman mudik Lebaran



                                                 
Lancar, acungan jempol untuk polisi

     Setiap kali menjelang Hari Raya Idul Fitri hampir semua lapisan masyarakat disibukkan oleh persiapan-persiapan menyongsong hari yang suci itu, termasuk di dalamnya adalah angkutan Lebaran.
     Pemerintah berusaha memberikan pelayanan dan fasilitas agar  orang-orang yang ingin mudik Lebaran bisa lancar dan selamat sampai tujuan. Antara lain dengan memanfaatkan bis-bis kota untuk menambah angkutan Lebaran, khususnya dari Jakarta ke Jateng. Pokoknya segala usaha dikerahkan agar angkutan Lebaran baik udara, laut dan darat bisa lancar.
                                                                 *******
     Sebagai penganut  “wajib mudik Lebaran” karena alasan-alasan yang khusus,  penulis menemui  banyak pengalaman  dalam perjalanan mudik Lebaran itu, baik dengan menumpang bis umum, maupun kendaraan sendiri.
     Setiap tahun selama 8 tahun berturut-turut pulang kampung dalam keramaian mudik Lebaran, baru Lebaran tahun lalu (1408H) yang cukup berkesan. Kesan yang menimbulkan keragu-raguan, apakah Lebaran tahun ini juga akan mengalami hal serupa?
     Pengalaman yang cukup membekas itu adalah  kemacetan yang berkepanjangan  di jalur Pantau utara Jawa, khususnya di daerah Celeng/Loh Bener. Sehingga untuk menempuh jarak  300 km diperlukan waktu tidak kurang dari 21 jam. Ini benar-benar pengalaman yang cukup berkesan, sebab kalau dirata-rata maka dalam setiap jamnya  kendaraan hanya menempuh jarak 14 km lebih sedikit. Padahal dalam keadaan normal jarak 300 km itu paling lama /ditempuh dengan santai hanya 7 jam.
     Bagi mereka yang jarak tempuhnya lebih panjang tentu akan mengalami keterlambatan yang cukup banyak juga.
     Kemacetan berkepanjangan itu bisa terjadi karena beberapa sebab, dan sebab utama adalah ketidakdisiplinan pengemudi. Saling menyalip dalam kepadatan arus lalu-lintas pasti menimbulkan kemacetan. Dalam urusan salip menyalip ini bukan monopoli kendaraan besar saja seperti bis antarkota, tetapi kendaraan-kendaraan  kecil seperti bis mini juga tidak mau ketinggalan. Masing-masing tidak mau mengalah.
     Sodok-menyodok itu mencapai puncaknya  jika pada jalur dua arah itu terjadi adu muka, antara dua rombongan kendaraan. Maka terjadilah kemacetan total, karena dua jalur kendaraan yang saling bertemu tidak lagi menemukan jalan untuk meloloskan diri. Kalau dalam perebutan jalan itu terjadi kecelakaan  maka kemacetan total pun tak bisa dihindari.
     Pada saat demikian keberadaan polisi sangat didambakan . Sulit mengatur  kemauan banyak  orang  yang semuanya ingin  menang dan merasa benar. Tampilnya polisi  pada situasi demikian  akan sangat melegakan para pemakai jalan, khususnya  mereka yang masih memegang disiplin lalu-lintas.
     Kejadian tahun lalu, yaitu kemacetan di sekitar Celeng berjam-jam juga diakibatkan ulah  para pengemudi yang tidak disiplin, ditambah petugas polisi yang sedikit jumlahnya.
     Kemacetan berjam-jam menyebabkan para pengemudi yang merasa lelah tidur-tiduran. Banyak di antara mereka ternyata tertidur dalam keadaan gelap, sebab semua kendaraan mematikan lampu dan mesinnya. Para penumpang dan pengemudi cukup gelisah, namun tiada berdaya. Kemacetan bukan hanya satu jalur, tetapi dua jalur sekaligus.
      Setelah satu jalur terbuka maka secara berangsur jalur lainnya juga terbuka. Kemacetan masih terjadi pada jalur lainnya yang berlawanan arah dengan jalur yang penulis tempuh. Ternyata  penyebab kemacetan di jalur Celeng itu adalah ulah beberapa pengemudi yang enak-enak tidur, tanpa mengindahkan kepentingan  kendaraan lain yang antri panjang di belakangnya. Beberapa kendaraan deretan paling depan supirnya tertidur. Karena keadaan yang gelap itu kendaraan-kendaraan yang berada di belakanag deretan para supir yang tertidur itu beranggapan  jalanan itu masih macet total. Kalau dalam keadaan begini ada patroli polisi, maka pekerjaan menunggu yang sia-sia itu tidak akan terjadi.
                                                                 *******
     Bagaimana keadaan  arus lalu-lintas di Celeng/Loh Bener pada saat-saat menjelang Lebaran tahun ini? Hampir semua kendaraan yang melewati jalan ini berjalan cukup lancar. Polda Jabar patut mendapat acungan jempol, karena arus lalu-lintas  dari Jakarta-Jabar-Jateng melewati jalur utara  itu relatif lancar, bila dibandingkan dengan tahun lalu.
     Operasi Ketupat di Jabar dan Operasi Kurma Candi di Jateng yang merupakan “operasi kemanusiaan” itu ternyata berhasil memperlancar arus lalu-lintas lewat Pantai Utara Jawa itu. Keterpaduan kerja aparat kepolisian  itu diwujudkan dengan  pengamanan sepanjang  jalur jalan Pantai Utara  itu dengan pagar betis, dan pengaturan  arus lalu-lintas yang lebih konkrit.
    Arus lalu-lintas dari  Jakarta (termasuk dari Sumatera) yang melewati jalur utara ini memang diatur sedemikian rupa untuk menghindarkan kemacetan. Misalnya, arus kendaraan dari Jalan Tol Jakarta-Cikampek diarahkan belok kiri dan berjalan satu arah melewati jalan lama. Sedangkan jalan baru Kalijati dikhususkan untuk kendaraan yang datang dari arah timur/menuju Jalan Tol Cikampek-Jakarta.
    Meskipun melambung beberapa kilometer namun tidak apa. Toh arus lalu-lintas menjadi lancar. Hari Kamis memang terjadi sedikit kemacetan setelah kendaraan keluar dari jalan tol. Sehingga untuk mencapai pertigaan Cikampek diperlukan waktu sekitar satu jam.
     Berbeda dengan tahun lalu, untuk kelancaran angkutan Lebaran tahun ini kendaraan-kendaraan kecil seperti mini bus, pikup, sedan sampai di Celeng/Loh Bener diharuskan melewati Indramayu-Karangampel terus ke Cirebon. Sedangkan bis-bis dan truk menuju Cirebon  lewat Jatibarang. Pembagian jalan bagi besar kecilnya kendaraan  ini ditambah kerja keras para petugas polisi membuahkan kelancaran arus lalu-lintas sampai ke Jateng.
     Keberadaan para polisi di jalan raya selain memberikan rasa aman kepada para pemakai jalan, juga menciptaklan disiplin lalu-lintas yang cukup tinggi. Banyak pengemudi bis yang merasa sungkan menyalip kendaraan yang ada di depannya, karena setiap kali ada kendaraan berusaha menyalip akan terbentur dengan lampu merah Pak Polsi yang berjaga di setiap blok.
     Jalur kendaraan kecil Loh Bener-Indramayu-Karangampel-Kapetakan-Cirebon sebenarnya lebih pendek sekitar 10 km dari jalur Loh Bener-Jatibarang-Palimanan-Cirebon yang jaraknya  65 km. Sedangkan lewat Loh Bener-Indramayu- Karangampel-Kapetakan-Cirebon 56 km. Sehingga menguntungkan kendaraan-kendaraan kecil.
     Inisiatif Polda Jabar Wilayah Cirebon bekerjasama dengan sponsor membagi- bagikan peta pengalihan arus lalu-lintas dalam pengamanan  Hari Raya Idul Fitri patut dicontoh. Karena dengan peta itu minimal mereka yang melewati jalur-jalur jalan utara itu  mendapatkan penerangan  dan peringatan,  sehingga berhati-hati di jalan yang selalu padat dengan arus kendaraan yang tidak habis-habisnya itu.
     Peringatan-peringatan simpatik dari polisi itu misalnya. “Keluarga menunggu di rumah, hati-hati di perjalanan”. “Untuk kelancaran lalu-lintas  perjalanan ikuti peta pengalihan arus”. Juga  peringatan-peringatan lain termasuk data kecelakaan lalu-lintas  di wilayah Cirebon.
     Kepada mereka yang bertugas mengamankan  arus angkutan Lebaran, termasuk juga arus balik nanti, Selamat Berlebaran, mohon maaf lahir batin .   (Mustofa AS/2.1)


Harian Umum “AB”
Jelang Lebaran 1409H/1988

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.