Lancar, acungan jempol
untuk polisi
Setiap kali menjelang Hari Raya Idul Fitri
hampir semua lapisan masyarakat disibukkan oleh persiapan-persiapan menyongsong
hari yang suci itu, termasuk di dalamnya adalah angkutan Lebaran.
Pemerintah berusaha memberikan pelayanan
dan fasilitas agar orang-orang yang
ingin mudik Lebaran bisa lancar dan selamat sampai tujuan. Antara lain dengan
memanfaatkan bis-bis kota untuk menambah angkutan Lebaran, khususnya dari
Jakarta ke Jateng. Pokoknya segala usaha dikerahkan agar angkutan Lebaran baik
udara, laut dan darat bisa lancar.
*******
Sebagai penganut “wajib mudik Lebaran” karena alasan-alasan
yang khusus, penulis menemui banyak pengalaman dalam perjalanan mudik Lebaran itu, baik
dengan menumpang bis umum, maupun kendaraan sendiri.
Setiap tahun selama 8 tahun berturut-turut
pulang kampung dalam keramaian mudik Lebaran, baru Lebaran tahun lalu (1408H)
yang cukup berkesan. Kesan yang menimbulkan keragu-raguan, apakah Lebaran tahun
ini juga akan mengalami hal serupa?
Pengalaman yang cukup membekas itu
adalah kemacetan yang
berkepanjangan di jalur Pantau utara
Jawa, khususnya di daerah Celeng/Loh Bener. Sehingga untuk menempuh jarak 300 km diperlukan waktu tidak kurang dari 21
jam. Ini benar-benar pengalaman yang cukup berkesan, sebab kalau dirata-rata
maka dalam setiap jamnya kendaraan hanya
menempuh jarak 14 km lebih sedikit. Padahal dalam keadaan normal jarak 300 km
itu paling lama /ditempuh dengan santai hanya 7 jam.
Bagi mereka yang jarak tempuhnya lebih
panjang tentu akan mengalami keterlambatan yang cukup banyak juga.
Kemacetan berkepanjangan itu bisa terjadi
karena beberapa sebab, dan sebab utama adalah ketidakdisiplinan pengemudi.
Saling menyalip dalam kepadatan arus lalu-lintas pasti menimbulkan kemacetan.
Dalam urusan salip menyalip ini bukan monopoli kendaraan besar saja seperti bis
antarkota, tetapi kendaraan-kendaraan
kecil seperti bis mini juga tidak mau ketinggalan. Masing-masing tidak
mau mengalah.
Sodok-menyodok itu mencapai puncaknya jika pada jalur dua arah itu terjadi adu
muka, antara dua rombongan kendaraan. Maka terjadilah kemacetan total, karena
dua jalur kendaraan yang saling bertemu tidak lagi menemukan jalan untuk
meloloskan diri. Kalau dalam perebutan jalan itu terjadi kecelakaan maka kemacetan total pun tak bisa dihindari.
Pada saat demikian keberadaan polisi sangat
didambakan . Sulit mengatur kemauan
banyak orang yang semuanya ingin menang dan merasa benar. Tampilnya
polisi pada situasi demikian akan sangat melegakan para pemakai jalan,
khususnya mereka yang masih memegang
disiplin lalu-lintas.
Kejadian tahun lalu, yaitu kemacetan di
sekitar Celeng berjam-jam juga diakibatkan ulah
para pengemudi yang tidak disiplin, ditambah petugas polisi yang sedikit
jumlahnya.
Kemacetan berjam-jam menyebabkan para
pengemudi yang merasa lelah tidur-tiduran. Banyak di antara mereka ternyata
tertidur dalam keadaan gelap, sebab semua kendaraan mematikan lampu dan
mesinnya. Para penumpang dan pengemudi cukup gelisah, namun tiada berdaya.
Kemacetan bukan hanya satu jalur, tetapi dua jalur sekaligus.
Setelah satu jalur terbuka maka secara
berangsur jalur lainnya juga terbuka. Kemacetan masih terjadi pada jalur
lainnya yang berlawanan arah dengan jalur yang penulis tempuh. Ternyata penyebab kemacetan di jalur Celeng itu adalah
ulah beberapa pengemudi yang enak-enak tidur, tanpa mengindahkan
kepentingan kendaraan lain yang antri
panjang di belakangnya. Beberapa kendaraan deretan paling depan supirnya
tertidur. Karena keadaan yang gelap itu kendaraan-kendaraan yang berada di
belakanag deretan para supir yang tertidur itu beranggapan jalanan itu masih macet total. Kalau dalam
keadaan begini ada patroli polisi, maka pekerjaan menunggu yang sia-sia itu
tidak akan terjadi.
*******
Bagaimana keadaan arus lalu-lintas di Celeng/Loh Bener pada
saat-saat menjelang Lebaran tahun ini? Hampir semua kendaraan yang melewati
jalan ini berjalan cukup lancar. Polda Jabar patut mendapat acungan jempol,
karena arus lalu-lintas dari
Jakarta-Jabar-Jateng melewati jalur utara
itu relatif lancar, bila dibandingkan dengan tahun lalu.
Operasi Ketupat di Jabar dan Operasi Kurma
Candi di Jateng yang merupakan “operasi kemanusiaan” itu ternyata berhasil
memperlancar arus lalu-lintas lewat Pantai Utara Jawa itu. Keterpaduan kerja
aparat kepolisian itu diwujudkan
dengan pengamanan sepanjang jalur jalan Pantai Utara itu dengan pagar betis, dan pengaturan arus lalu-lintas yang lebih konkrit.
Arus lalu-lintas dari Jakarta (termasuk dari Sumatera) yang
melewati jalur utara ini memang diatur sedemikian rupa untuk menghindarkan
kemacetan. Misalnya, arus kendaraan dari Jalan Tol Jakarta-Cikampek diarahkan
belok kiri dan berjalan satu arah melewati jalan lama. Sedangkan jalan baru
Kalijati dikhususkan untuk kendaraan yang datang dari arah timur/menuju Jalan
Tol Cikampek-Jakarta.
Meskipun melambung beberapa kilometer namun
tidak apa. Toh arus lalu-lintas menjadi lancar. Hari Kamis memang terjadi
sedikit kemacetan setelah kendaraan keluar dari jalan tol. Sehingga untuk
mencapai pertigaan Cikampek diperlukan waktu sekitar satu jam.
Berbeda dengan tahun lalu, untuk
kelancaran angkutan Lebaran tahun ini kendaraan-kendaraan kecil seperti mini
bus, pikup, sedan sampai di Celeng/Loh Bener diharuskan melewati Indramayu-Karangampel
terus ke Cirebon. Sedangkan bis-bis dan truk menuju Cirebon lewat Jatibarang. Pembagian jalan bagi besar
kecilnya kendaraan ini ditambah kerja
keras para petugas polisi membuahkan kelancaran arus lalu-lintas sampai ke
Jateng.
Keberadaan para polisi di jalan raya
selain memberikan rasa aman kepada para pemakai jalan, juga menciptaklan
disiplin lalu-lintas yang cukup tinggi. Banyak pengemudi bis yang merasa
sungkan menyalip kendaraan yang ada di depannya, karena setiap kali ada kendaraan
berusaha menyalip akan terbentur dengan lampu merah Pak Polsi yang berjaga di setiap
blok.
Jalur kendaraan kecil Loh
Bener-Indramayu-Karangampel-Kapetakan-Cirebon sebenarnya lebih pendek sekitar 10
km dari jalur Loh Bener-Jatibarang-Palimanan-Cirebon yang jaraknya 65 km. Sedangkan lewat Loh Bener-Indramayu-
Karangampel-Kapetakan-Cirebon 56 km. Sehingga menguntungkan kendaraan-kendaraan
kecil.
Inisiatif Polda Jabar Wilayah Cirebon
bekerjasama dengan sponsor membagi- bagikan peta pengalihan arus lalu-lintas
dalam pengamanan Hari Raya Idul Fitri
patut dicontoh. Karena dengan peta itu minimal mereka yang melewati jalur-jalur
jalan utara itu mendapatkan
penerangan dan peringatan, sehingga berhati-hati di jalan yang selalu
padat dengan arus kendaraan yang tidak habis-habisnya itu.
Peringatan-peringatan simpatik dari polisi
itu misalnya. “Keluarga menunggu di rumah, hati-hati di perjalanan”. “Untuk
kelancaran lalu-lintas perjalanan ikuti
peta pengalihan arus”. Juga
peringatan-peringatan lain termasuk data kecelakaan lalu-lintas di wilayah Cirebon.
Kepada mereka yang bertugas
mengamankan arus angkutan Lebaran,
termasuk juga arus balik nanti, Selamat Berlebaran, mohon maaf lahir batin
. (Mustofa
AS/2.1)
Harian Umum “AB”
Jelang Lebaran 1409H/1988
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.