Thursday 3 September 2015

Humanika:

  Pencopotan Buwas Mungkin Bentuk Amarah JK


Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso memberikan pernyataan kepada awak media di Gedung Bareskrim, Jakarta, Rabu (2/9). (Republika/Raisan Al Farisi)

     Jakarta -- Kabar Komjen Budi Waseso (Buwas) dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Bareskrim Polri masih simpang siur. Himpunan Masyarakat untuk Kemanusiaan dan Keadilan (Humanika) menilai pencopotan Buwas menduga isu pencopotan Buwas tak lepas dari sosok Wakil Presiden Jusuf Kalla.


    Sekjen Humanika Sya'roni mengatakan tak lama setelah kantor RJ Lino digeledah tim Bareskrim, JK langsung menunjukkan sikap "perlawanan" terhadap Buwas.

    "Ribut-ribut pelabuhan, JK marah. Waktu polisi geledah Kemendag komentar JK, ikuti proses hukum. Tapi giliran polisi geledah ruangan Lino, JK marah-marah. ‎Inilah mungkin buntut dicopotnya Buwas," kata Sya'roni di Jakarta, Kamis (3/9).

    Selain itu, Sya'roni juga mengaitkan kabar pencopotan Buwas dengan 'pembelaan' sejumlah menteri‎. Usai penggeledahan, Menteri Bappenas Sofyan Djalil yang dikenal sebagai 'orangnya' JK menyebut RJ Lino merupakan pejabat yang berprestasi‎.

    Menteri BUMN Rini Soemarno bahkan menelepon Kapolri Jenderal Badrodin Haiti. Sofyan Djalil sendiri mengakui RJ Lino diangkat oleh dirinya pada tahun 2008 lalu. ‎

    "Kenapa mereka merasa terusik. Jadi, wajar kalau ada kesan di publik pelabuhan menjadi pendaringan mereka," ujar Sya'roni.

     Sya'roni menambahkan, pencopotan Buwas bisa menjadi bentuk presiden buruk bagi penegakan hukum.


IPW Sudah Endus Manuver Penjatuhan Budi Waseso

Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso memberikan pernyataan kepada awak media di Gedung Bareskrim, Jakarta, Rabu (2/9). (Republika/Raisan Al Farisi)

Jakarta-- Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Budi Waseso (Buwas) harus menjadikan isu pencopotan dirinya sebagai momentum untuk menahan para tersangka korupsi. Buwas harus segera menyerahkan berita acara pemeriksaan (BAP) ke pihak Kejaksaan.

Dalam pandangan Indonesian Police Watch (IPW), isu pencopotan ini hanyalah manuver dari para koruptor.

"Manuver ini harus diperangi Buwas jika tidak ingin jadi korban kebrutalan para koruptor," ucap Ketua Presidium IPW Neta S Pane saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (2/9).

Dia mengimbau elit pemerintahan dan penguasa agar tidak dipengaruhi dan diperalat para koruptor untuk membantai aparatur penegak hukum yang sudah bekerja konsisten seperti Buwas.

"Sejak Buwas melakukan gebrakan dalam menangani kasus KPK, Migas, dan Pelindo, IPW sudah mendapat berbagai informasi bahwa akan muncul intervensi untuk menjatuhkan Buwas dengan berbagai cara," ujar Neta.

IPW mendukung langkah Buwas dan memeriksa pejabat negara yangg terlibat.

"Buwas jangan takut karena rakyat berada di belakangnya," kata dia.

Sebelum isu ini berhembus, Buwas telah melakukan beberapa pengeledahan fenomenal diantaranya di di kantor direktur utama Pelindo II, Pertamina Foundation, dan kantor Migas.
ICW Setuju Bila Budi Waseso Dicopot, Ini Alasannya
Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Febri Hendri (kiri) bersama peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Miko Ginting (kanan) memberikan pemaparannya saat melakukan diskusi bersama media di Kantor ICW, Jakarta, Rabu (2/9). 


    Jakarta-- Isu pencopotan Kabareskrim Polri Komjen Budi Waseso (Buwas) menyita perhatian beberapa pihak. Indonesian Corruption Watch menyambut baik kabar akan dimutasinya Buwas.

    Koordinator Investigasi ICW Febri Hendri menilai pergantian tersebut merupakan langkah yang tepat. Menurut dia, selama ini Buwas telah melakukan kriminalisasi kepada aktivis antikorupsi dan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

    "Kami setuju, itu sudah tepat. Buwas sudah banyak melakukan kriminalisasi aktivis antikorupsi dan Pimpinan KPK," kata Febri di Jakarta, Kamis (3/9).

    Febri juga mengungkapkan bila selama Buwas menjabat sebagai Kabareskrim telah menyebabkan rendahnya serapan APBN. Sebab, lanjut Febri, penegakan hukum yang dilakukan semata hanya mencari kesalahan.

    "Serapan anggaran rendah karena penegakan hukum untuk kasus korupsi mencari kesalahan, bukan niat jahat," ujar Febri.

    Febri menambahkan, manuver penegakan hukum Buwas juga telah membuat pejabat takut untuk melakukan inovasi.

Pengamat Kaitkan Isu Pencopotan Kabareskrim Terkait Telepon RJ Lino

    Jakarta -- Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan menyerukan agar aparat kepolisian  tidak malah membuat gaduh ketika melakukan proses penyidikan. Nyatanya, sejak kemarin malam, kegaduhan justru berasal dari Istana Negara.

    Direktur Eksekutif Jokowi Watch Tigor Doris S menyatakan, pemicu kegaduhan bermula ketika Dirut PT Pelindo II RJ Lino melakukan komunikasi personal dengan Kepala Bappenas Sofyan Djalil. Percakapan itu diperdengarkan kepada media. Bahkan, RJ Lino merasa tersinggung lantaran kantornya digeledah Bareskrim Polri dan sempat mengancam Presiden Jokowi untuk mundur dari jabatannya.

    "Itu mengarah ke gaduh politik. Perilaku menelepon dan mempertontonkan komunikasi antara RJ Lino dan Djalil adalah bentuk awal kegaduhan dari dalam Istana. Itu suatu ketidakpantasan," kata Tigor di Jakarta, Rabu (2/9).

    Pascaancaman RJ Lino yang disaksikan media, pihaknya memperkirakan proses penggantian Kepala Staf Presiden yang akhirnya dijabat Teten Masduki mulai menjadi target incaran pihak-pihak yang terkait dengan sepak terjang RJ Lino selama ini. Ditambah dengan adanya seruan dari LBP, maka dugaan itu menjadi terjawab.

    "Kemarin malam adalah masa krusial yang pertama yang bisa terkategori sangat keras di era kinerja Presiden Joko Widodo. Suasana yang sangat genting tadi malam terlihat dari proses pengusungan calon pengganti LBP sebagai pentolan KSP yang diajukan berbagai unsur lingkar dekat Jokowi," katanya.

    Dia melanjutkan, sampai-sampai muncul isu maksud pernyataan kegaduhan yang dilontarkan Luhut Panjaitan itu harus dengan dicopotnya Kabareskrim Polri Komjen Budi Waseso yang kerap cepat melakukan penyidikan kasus dugaan tindak pidana korupsi. "Terakhir kasus RJ Lino itu sendiri, selain kasus Yayasan Pertamina. Isu itu sejak pagi hari sudah diketahui publik," papar Tigor.
Republika Online, Kamis, 19 Zulqaidah 1436 / 03 September 2015

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.