Dari
masalah pribadi, penyelewengan kekuasaan sampai masalah kedinasan diungkapkan
SURAT kaleng jelas
berbeda dengan surat kabar, surat gadai,
surat nikah dan surat-surat lainnya. Barangkali yang mendekati atau serupa
dengan surat kaleng hanyalah surat berantai saja. Itu, surat yang isinya
menakut-nakuti orang yang menerimanya. “Anda bisa ketabrak mobil jika Anda
tidak memperbanyak surat ini dan mengirimkannya kepada banyak orang,” demikian
kira-kira ancaman yang ditulis dalam surat berantai itu.
Entah mengapa, surat yang tidak disertai
identitas jelas si pengirim itu dinamakan surat kaleng, yang jelas surat kaleng
banyak dialamatkan ke DPRD DKI Jakarta. “Banyak sekali tetapi namanya juga
surat kaleng jadi tidak tahu persis berapa jumlah surat-surat tersebut yang
masuk ke Dewan,”ujar seoramg sumber di DPRD DKI Jakarta.
Surat yang biasanya tidak beralamat dan
beridentitas pengirim bermacam-macam masalah. Penempatan personel di suatu
jabatan tertentu di lingkungan Pemda DKI
dengan jalan menyuap merupakan salah satu masalah yang diungkapkan oleh
surat-surat kaleng yang masuk ke DPRD DKI Jakarta selama 5 tahun terakhir ini.
Masalah suka dan tidak suka dalam pengangkatan seorang pejabat, manipulasi
kekuasaaan dan surat-surat di unit-unit Pemda DKI serta berbagai penyelewenagan
para oknum pejabat banyak ditulis dalam surat kaleng..
Biasanya surat-surat kaleng itu
disertai pula dengan bukti-bukti
penyelewengan, misalnya foto copy surat-surat, bahkan ada pula foto keluarga
atau foto oknum yang disorot oleh si penulis surat kaleng, ujar sumber itu mengungkapkan.
“Jumlahnya tidak terhitung, yah mendekati
seratus,”ujar Ketua DPRD DKI Jakarta Soedarsono di kamar kerjanya Sabtu,
menjawab pertanyaan mengenai jumlah surat kaleng yang diterimanya selama ia
menjabat sbg Ketua DPRD DKI Jakarta.
Dikatakannya, jika surat kaleng itu dikirim
ke kantornya, langsung diteruskan ke komisi-komisi tanpa disposisi ,maupun
petunjuk. Kadang-kadang surat-surat kaleng dikirim ke rumahnya.”Kalau isinya
serius saya baca,” ujarnya sambil menambahkan jika isinya tidak masuk akal dan meragukan maka ia buang.
Suatu saat Ketua DPRD DKI menerima surat
kaleng. Ia serius membaca isi surat tersebut dan langsung menugaskan stafnya untuk
mengecek alamat yang tertera di surat tersebut. Ternyata alamat maupun
identitas sama sekali tidak benar. Sebaliknya, Soedarsono menuturkan, pernah
stafnya mengecek sebuah alamat yang
tertera dalam surat yang diterimanya,
ternyata benar. Seorang pelajar putri yang mengririmj surat itu dari Depok akhirnya diundang Soedarsono untuk mencurahkan permasalahannya secara
jelas. Meskipun pelajar itu tinggal di
Depok, Jabar, tetqapi karena ia telah
berkirim surat kepada Ketua DPRD DKI
maka ia terima pengaduan pelajar tersebut.”Masalahnya jelas dan sudah
selesai,”ujar Spoedarsono menjelaskan bahwa yang diadukan adalah masalah
pribadi.
Tentang surat kaleng Soedarsono
berpendapat, sekalipun ada mengandung kebenaran surat kaleng cukup bikin repot,
karena seolah-olah si penerima disuruh menyelidiki sesuatu yang tidak tahu
harus dimulai dari mana.
Sedangkan mengenai isi surat-sureat kaleng
yang pernah dibaca Ketua DPRD DKI itu,
Soedarsono mengatakan isinya bermacam-macam masalah yang kadang-kadang ditulis
secara aneh.”Isinya dari masalah pribadi pejabat sampai masalah
kedinasan,”ujarnya. Pengungkapannya juga bervariasi, ada yang terasa aneh
bahkan ada surat kaleng yang ditulis dengan bahasa asing, tambahnya.
Tetap
diteliti
Ketua Komisi “A” DPRD DKI Jakarta, Helmy R,
yang antara lain membidangi masalah hukum
dan pemerintahan, dalam tanggapan terpisah mengakui, surat-surat kaleng yang
diterimanya tidak didiamkan tetapi
diteliti.
Penelitian ini, menurut Helmy, untuk
menentukan penilaian dan klasifikasinya terhadap sumber dan isi surat. Kalau
surat kaleng menurut Helmy R jelas dari segi sumber tidak ada nilainya karena
tanpa identitas jelas.. Sedangkan isinya diteliti melalui yang bersangkutan
dengan masalah yang dikemukakan dalam surat tersebut. Di antara surat-surat
kaleng itu isinya ada yang benar meskipun tidak seluruhnya, kata Ketua Komisi
yang membidangi ketertiban itu.
Penelitian DPRD DKI terhadap surat-surat
kaleng sasaran pokoknya adalah memberikan bahan masukan kepada Gubernur
mengenai hal-hal tertentu misalnya informasi terjadinya penyelewengan di suatu
unit.”Yang penting Dewan bisa menyelamatkan uang yang seharusnya masuk ke Kas Daerah,”kata Helmy menerangkan.
Soedarsono maupun Helmy R minta agar warga
DKI yang ingin mengadukan suatu masalah
menulis surat secara jelas dengan identitas yang jelas pula, karena DPRD
DKI Jakarta menjamin kerahasiaan
isi pengirim surat tersebut.”Apalagi
yang bersangkutan bisa datang sendiri secara langsung, itu lebih baik
karena kami melakukan wawancara,” ujar
Soedarsono.
Menurut Ketua Komisi “A”DPRD DKI maupun
Ketua DPRD DKI, Dewan memiliki hak penyelidikan, namun hal ini belum bisa
dilakukan karena hak tersebut akan diatur dengan Undang-undang yang sampai
sekarang belum ada. Kecuali hak penyelidikan, hak-hak lainnya seperti hak
bujet, hak mengajukan pertanyaan, hak mengadakan perubahan, hak prakarsa dan
lain-lainnya diatur dengan pedoman yang dikeuarkan Mendagri.
Helmy juga mengakui telah menerima surat
kaleng mengenai manipulasi pajak oleh beberapa oknum pejabat DKI seminggu
sebelum berita itu dimuat surat kabar. Nama pelapornya jelas, namun alamatnya
tidak disebut dalam surat tersebut.
Ketua DPRD DKI Soedarsono yang juga
menerima surat serupa menyatakan belum yakin pengaduan masalah Dispenda DKI itu
berlatar belakang positif yang dapat dipertanggungjawanbkan.”Si pengadu
nampaknya nama samaran dan menyembunyikan alamatnya, hanya disebutkan, alamat
diketahui Opstibpus,”ungkapnya.”Berarti mungkin benar mungkin juga tidak,”tambahnya.
Menurut Soedarsono,ia telah mengecek ke
Opstibpus mengenai masalah itu, namun belum mendapatkan jawaban mengenai
kebenarannya. “Kalau memang benar terjadi manipulasi di Dispenda agar dituntut
pelaku-pelakunya, namun jika tidak benar si pengadu mesti bertanggung jawab,”katanya
tegas.
Surat kaleng mungkin bisa membebaskan seseorang
dari sesuatu masalah atau pikiran yang ruwet, karena dengan menulis surat
semacam itu beban yang menekannya jadi berkurang.. Sebaliknya, surat kaleng
bisa juga digunakan untuk tujuan-tujuan negatif seperti melakukan fitnah dan
lain-lainnya. Ketakutan akan berbagai akibat mungkin mendorong seseorang untuk
menulis surat kaleng, jika kebenaran yang ditulisnya. Namun terlepas dari
masalah tersebut di dunia ini ada dua hal yang menyertai segala sepak terjang
manusia yaitu baik dan buruk, termasuk di dalamnya isi surat kaleng yang
merupakan hasil kerja manusia.(Mustofa
AS/sp)-+
Harian
Umum “AB”
-------------------------
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.