Saturday 11 July 2015



Yayasan Jalan Terang akan bangun sebuah museum Islam


Masagung, Ketua Yayasan Jalan Terang, tengah memegang duplikat pedang Dzulfakar yang nantinya akan merupakan salah satu koleksi museum Islam. (Foto:Idayu/ag)




Jakarta, (AB)-
    Suatu tiruan kompleks bangunan  sebesar Masjidil Haram di Mekah dengan bentuk yang sama akan didirikan  di Indonesia oleh Yayasan Jalan Terang yang dipimpin H. Masagung.

    Proyek mengharumkan nama Islam ini menurut  H.Masagung yang ditemui “AB” di  kantornya Sabtu lalu, meliputi pembangunan masjid, sarana pendidikan, rumah sakit  dan panti yatim piatu serta perpustakaan dan museum.  Kesemuanya ini nantinya berada dalam satu kompleks yang dibangun di  Desa Kadumangu antara Citeureup-Jagorawi-Bogor di atas tanah seluas kurang lebih 20.000m2. Proyek ini diperkirakan  akan menelan biaya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk membangun Masjid Istiqlal.
    Ruangan-ruangan perpustakaan dan museum nantinya  akan menempati bangunan yang disebut  Safa-Marwa, bangunan Kabah diganti dengan masjid jami yang dikelilingi bangunan madrasah, rumah sakit dll.
     Untuk tahap sekarang ini sedang dipersiapkan Perpustakaan dan Musem Islam. Di rumahnya di Jalan Kwitang pengusaha pendiri  Yayasan Idayu dan PT Gunung Agung itu saat ini terkumpul sekitar 700 koleksi kaligrafi aneka bentuk dan macam, buku-buku tentang Islam, Al-Quran dari dalam dan luar negeri aneka bentuk tulisan tangan maupun cetakan.
    Demikian pula benda lain yang ada kaitannya dengan sejarah dan kebudayaan Islam hasil karya seni para seniman terutama seniman Indonesia,  ditempatkan dalam beberapa  ruangan di rumah H. Masagung.
    Dari sejumlah koleksi tersebut al. terdapat kaligrafi Al-Qur’an tulisan tangan yang ditulis KH Syamsu Thayyiba tahun 1771M, Kitab Masrilul Muhtady dan Ikhmanul Nubtadi.
    Kitab berbahasa Jawa dan Arab dan tulisan tangan mengenai tauhid, fiqih, tasauf, primbon Jawa dalam hal gempa bumi, weton (tanggal lahir), gerhana, memindah rumah dll. Juga tulisan  lontar Baginda Ali yang ditulis tahun 1844 M oleh PKH Kasim Suradilaga di Cirebon, Kumpulan Ilmu Tauhid karya PKH Kesuma Brataningrat Cirebon pada tahun 1900 M.
    Lukisan Buroq yang digambarkan wanita cantik berbadan kuda, lukisan Syeh Abdul Kadir Djaelani dan berbagai kaligrafi yang dibentuk dengan rangkaian  kalimat ayat-ayat suci Al-Qur’an.
    Kesemuanya ini menurut H Masagung nantinya akan diseleksi oleh para ahli, mana yang bernilai untuk disimpan dalam museum dan perpustakaan proyek mengharumkan nama Islam itu. Ahli lukisan kaligrafi dan ahli tentang sejarah Islam yang akan menyeleksi benda-benda tersebut kini sudah ada orangnya.
    Sebilah pedang besar berlapis emas dan perak juga salah satu koleksi  persiapan museum Islam tersebut. Pedang itu kata Masagung, merupakan duplikasi pedang Dzulfakar yakni sebagus-bagusnya pedang yang ada saat ini. Konon pedang bermata dua itu merupakan  pegangan Nabi Muhammad SAW, dibeli dari London dan terbatas jumlahnya.
Karena Allah
Persiapan Museum Islam dengan lokasi benda-benda peninggalan masa lalu dan kaligrafi yang indah itu  sempat membuat terharu Prof Osman Raliby yang kebetulan melihat koleksi tersebut. Guru besar ahli dalam masalah-masalah   Islam itu kagum akan keindahan kaligrafi dan ide tentang mengharumkan  nama Islam itu. Demikian pula sastrawan HB Yasin.
    Masagung ketika ditanya berapa biaya  yang akan diperlukan nanti untuk membangun proyek yang besar itu, ia hanya mengatakan biayanya lebih besar  dari biaya  untuk membangun Masjid Istiqlal.
    Dikatakannya, imaji ini dilaksanakan  tanpa persiapan dana  dan pengetahuan, namun karena Allah  segalanya bisa terjadi.”Kun fayakun,”ujarnya.
    Dengan keyakinan itu Masagung berucap, kalau dana akan mencari kami, kedudukan akan mencari kami, bisnis juga mencari kami.”Tapi itu harus melalui perjuangan yang besar dengan niat, tekad dan perbuatan yang baik,”ujarnya.
    Di ruangan kerja Masagung yang dulu bernama Tjio Wie Tay terdapat foto-foto dirinya  al. dengan Bung Karno, dengan Dewi Sukarno, dengan Pak Harto, dengan Imelda Marcos dan banyak lagi.
   Ia juga mengemukakan apa bila nanti ada  hambatan dalam pelaksanaan idenya itu maka akan dipakai “ilmu sabar” saja.
    Dubes-dubes Negara Islam seperti Mesir, Turki, Iran dan lain-lainnya juga kagum dengan kaligrafi dan koleksi benda-benda peninggalan Islam itu, kata Masagung.
Mengharumkan nama Indonesia
    Segala puji bagi Allah dan sepantasnya masyarakat mendukung ide ini, ujar Masagung. Insya Allah ide ini datangnya  dari Indonesia dari seorang yang “ummi” (buta huruf).
    Dengan adanya proyek mengharumkan nama Islam ini ia berharap akan mengangkat nama Indonesia ke dunia internasional, nama Islam Indonesia, nama Wali Sanga, mengharumkan nama seniman kaligrafi Indonesia. Juga  nama Bung Karno dan Bung Hatta yang mengusulkan ide-ide ini..”Pak Wangsa (Sekretaris Bung Hatta) pun tahu, waktu itu jaman Raja Saud,”kata Masagung mengenang.
    Keharuman nama Wali Sanga nanti karena mereka sangat berjasa  dalam penyebaran agama Islam.  Dan atas jasa-jasa  Wali Sanga itu pintu-pintu di masjid jami dalam kompleks mengharumkan nama Islam itu dibuat dengan jumlah sembilan pintu seperti jumlah Wali Allah yang terkenal itu.
   Pada akhirnya Masagung mengimbau kepada masyarakat yang memiliki benda-benda peninggalan kebudayaan  Islam untuk disumbangkan  kepada Museum Islam lewat Yayasan Jalan Terang yang dipimpinnya. (33/ag)-




Harian Umum AB
11 Oktober 1982

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.