Ada
dubes kok ngurusi karcis Garuda
KISAH ini dituturkan di buku “Soesilo
Soedarman:Prajurit-Diplomat-Nayaka” yang diluncurkan bersamaan dengan buku “R.
Mohamad Dalam Revolusi 1945 Surabaya” di Hotel Indonesia, Selasa malam.
Kejadian itu diungkapkan kembali pada acara
itu oleh DR Dipo Alam, Kepala Biro Industri dan Pertambangan Bappenas, yang
semasa Soesilo Soedarman menjadi Dubes RI berkuasa penuh untuk Amerika Serikat,
sebagai anggota Permias (Persatuan Mahasiswa Indonesia di AS).
Sebagai Dubes AS, pada saat itu Soesilo
Soedarman mengetahjui banyak mahasiswa
tidak menggunakan Garuda Indonesia dengan alasan harga tiketnya mahal.
Ia kemudian memanggil perwakilan Garuda Indonesia untuk bersama-sama minta
kepada Continental Air menurunkan tarifnya hingga 30 persen, juga para travel
biro diundang makan. Tentu saja mereka senang karena baru pertama kali mereka
diajak makan bersama Dubes.
Dari pertemuan itu diungkapkan bahwa harga
tiket Garuda yang 900 dolar AS untuk Jakarta-Los Angeles bisa diturunkan
menjadi 850 dolar AS. Karena 40 dolar AS untuk tavel biro per tiketnya. Sang
Dubes pun mengusulkan agat travel biro mengambil 20 dolar saja, sehingga
harganya menjadi 830 dolar AS.
Dirut Garuda RAJ Lumenta yang langsung
ditelepon Dubes RI di AS, pada saat itu terheran-heran.”Ada dubes kok ngurusi
karcis Gasruda.”
Dari hasil diplomasi itu tiket Garuda
menjadi 800 dolar AS pp dan pada tahun itu
hampir semua mahasiswa Indonesia menggunakan Garuda, sehingga pesawat
Garuda yang tadinya satu kali seminggu bisa meningkat menjadi 4 kali dalam
seminggu.
Dipo Alam mengatakan, banyak hal yang bisa
diteladani dari sosok Soesilo Soedarman sebagai pemimpin, pendidik, bapak dan
juga pejabat. “Nilai buku ini seolah-olah album keluarga, banyak foto
menarik,”katanya sambil menambahkan dalam situasi sekarang ini nilai-nilai
kekeluargaan justru sangat penting.
Soesilo Soedarman pula yang mendorong
mahasiswa Permias mengadakan kongres yang selama 20 tahun tidak dilakukan. Dengan kongres itu maka
mahasiswa Indonesia di AS yang terpecah-pecah bisa utuh kembali. Soesilo juga yang
mengambil prakarsa untuk mengadakan solat Jumat di di KBRI Washington, yang
hingga kini masih berlanjut.
Soesilo Soedarman yang dilahirkan di Desa
Nusajati 10 Nopember 1928 menikah dengan
Widaningsri dan memperoleh 5 anak yang kini sudah berkeluarga. Kakek
dari enam cucu itu kini menjabat sebagai Menko Polkam.
Dr Dorodjatun Koentjoro Jakti, pakar
ekonomi UI, mengagumi Soesilo Soedarman dan menilainya sebagai orang yang cepat mengenal lapangan dan memiliki keteguhan, kegigihan dan
memiliki daya dorong positif yang sangat kuat.
Letjen TNI Pur Harsudiono Hartas yang
pernah digembleng dan dibina Soesilo Soedarman sewaktu taruna maupun di jajaran
kavaleri AD selalu mengingat nilai-nilai kejuangan yang ditanamkan Soesilo
Soedarman, antara lain agar tetap membela keadilan suci dan kebenararan murni.
Pada acara yang dihadiri sejumlah menteri
Kabinet Pembangunan VI dan Pangab Jenderal TNI Feisal Tanjung itu diserahkan
pula buku”R. Mohamad Dalam Revolusi 1945 Surabaya” oleh penulisnya drs Moehkardi
kepada Letjen TNI Pur. Himawan Sutanto. Buku itu kemudian diserahkan kepada DR
Ruslan Abdulgani, teman almarhum R. Mohamad yang juga ayah Himawan Sutanto atau
mertua Soesilo Soedarman. Buku Soesilo Soedarman: Prajurit-Diplomat-Nayaka”
disusun oleh Solichin Salam, penulis yang banyak menyusun biografi orang-orang
penting.*(3.15/1.5)
Harian
Umum Angkatan Bersenjata
Kamis, 3 Februari 1994
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.