Wednesday 1 July 2015

Bianglala



Ada dubes kok ngurusi karcis Garuda

    KISAH ini dituturkan di buku “Soesilo Soedarman:Prajurit-Diplomat-Nayaka” yang diluncurkan bersamaan dengan buku “R. Mohamad Dalam Revolusi 1945 Surabaya” di Hotel Indonesia, Selasa malam.


    Kejadian itu diungkapkan kembali pada acara itu oleh DR Dipo Alam, Kepala Biro Industri dan Pertambangan Bappenas, yang semasa Soesilo Soedarman menjadi Dubes RI berkuasa penuh untuk Amerika Serikat, sebagai anggota Permias (Persatuan Mahasiswa Indonesia di AS).

    Sebagai Dubes AS, pada saat itu Soesilo Soedarman mengetahjui banyak mahasiswa  tidak menggunakan Garuda Indonesia dengan alasan harga tiketnya mahal. Ia kemudian memanggil perwakilan Garuda Indonesia untuk bersama-sama minta kepada Continental Air menurunkan tarifnya hingga 30 persen, juga para travel biro diundang makan. Tentu saja mereka senang karena baru pertama kali mereka diajak makan  bersama Dubes.

    Dari pertemuan itu diungkapkan bahwa harga tiket Garuda yang 900 dolar AS untuk Jakarta-Los Angeles bisa diturunkan menjadi 850 dolar AS. Karena 40 dolar AS untuk tavel biro per tiketnya. Sang Dubes pun mengusulkan agat travel biro mengambil 20 dolar saja, sehingga harganya menjadi 830 dolar AS.

    Dirut Garuda RAJ Lumenta yang langsung ditelepon Dubes RI di AS, pada saat itu terheran-heran.”Ada dubes kok ngurusi karcis Gasruda.”

    Dari hasil diplomasi itu tiket Garuda menjadi 800 dolar AS pp dan pada tahun itu  hampir semua mahasiswa Indonesia menggunakan Garuda, sehingga pesawat Garuda yang tadinya satu kali seminggu bisa meningkat menjadi 4 kali dalam seminggu.

    Dipo Alam mengatakan, banyak hal yang bisa diteladani dari sosok Soesilo Soedarman sebagai pemimpin, pendidik, bapak dan juga pejabat. “Nilai buku ini seolah-olah album keluarga, banyak foto menarik,”katanya sambil menambahkan dalam situasi sekarang ini nilai-nilai kekeluargaan justru sangat penting.

    Soesilo Soedarman pula yang mendorong mahasiswa Permias mengadakan kongres yang selama 20 tahun tidak  dilakukan. Dengan kongres itu  maka  mahasiswa Indonesia di AS yang terpecah-pecah  bisa utuh kembali. Soesilo juga yang mengambil prakarsa untuk mengadakan solat Jumat di di KBRI Washington, yang hingga kini masih berlanjut.

    Soesilo Soedarman yang dilahirkan di Desa Nusajati 10 Nopember 1928 menikah dengan  Widaningsri dan memperoleh 5 anak yang kini sudah berkeluarga. Kakek dari enam cucu itu kini menjabat sebagai Menko Polkam.

    Dr Dorodjatun Koentjoro Jakti, pakar ekonomi UI, mengagumi Soesilo Soedarman dan menilainya sebagai orang yang  cepat mengenal lapangan  dan memiliki keteguhan, kegigihan dan memiliki daya dorong positif yang sangat kuat.

    Letjen TNI Pur Harsudiono Hartas yang pernah digembleng dan dibina Soesilo Soedarman sewaktu taruna maupun di jajaran kavaleri AD selalu mengingat nilai-nilai kejuangan yang ditanamkan Soesilo Soedarman, antara lain agar tetap membela keadilan suci dan kebenararan murni.

    Pada acara yang dihadiri sejumlah menteri Kabinet Pembangunan VI dan Pangab Jenderal TNI Feisal Tanjung itu diserahkan pula buku”R. Mohamad Dalam Revolusi 1945 Surabaya” oleh penulisnya drs Moehkardi kepada Letjen TNI Pur. Himawan Sutanto. Buku itu kemudian diserahkan kepada DR Ruslan Abdulgani, teman almarhum R. Mohamad yang juga ayah Himawan Sutanto atau mertua Soesilo Soedarman. Buku Soesilo Soedarman: Prajurit-Diplomat-Nayaka” disusun oleh Solichin Salam, penulis yang banyak menyusun biografi orang-orang penting.*(3.15/1.5)



Harian Umum Angkatan Bersenjata
Kamis, 3 Februari 1994

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.