Indonesia maju selangkah lagi di bidang
telekomunikasi dengan dioperasikannya
Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) South
East Asia- Middle East-Western Europa
2 (SEA-ME-WE2) pada 18 Oktober 1994. Dengan
demikian Indonesia memasuki jaringan
global serat optik, karena SKKL SEA-ME-WE 2 ini terhubung dengan SKKL serat optik Asia
Pasific Cable di Singapura. Indonesia melalui PT Indosat memiliki andil
dalam pembangunan sistem komunikasi yang
banyak memiliki keunggulan ini.
Keikutsertaan BUMN penyelenggara
telekomunikasi internasional dalam SKKL SEA-ME-WE2 ini dimulai sejak rencana pembangunan tahun 1988.
Kemudian bersama 53 penyelenggara telekomunikasi dari 41 negara, Indosat menandatangani perjanjian pembangunan
dan pemeliharaan SKKL serat optik yang membentang dari Singapura sampai ke
Marseilles, Perancis pada 2 Oktober 1991 di Singapura. Dalam perkembangannya
jumlah negara yang menanam modalnya
menjadi 47 negara. Sedangkan pembangunannya selesai sesuai dengan rencana yaitu
pada bulan Juni 1994.
Secara keseluruhan SKKL ini sudah
beroperasi sejak Juli 1994, sedangkan
ruas Jakarta- Singapura yang lebih dulu dibangun sudah beroperasi sejak Juli
1993.
Biaya pembangunan SKKL ini sekitar 700 juta
dolar Amerika, 4 persen (28 juta dolar AS) di antaranya dari PT Indosat.
SKKL yang menerapkan teknologi digital ini
sepanjang 18.190 km, jaringan serat optik
pertama di Samudera Hindia ini mulai dari
Singapura melalui Selat Sunda, melalui
percabangan di Lautan Hindia dan Laut Tengah, menghubungkan negara-negara
Asia-Afrika.
Timur Tengah dan Eropa Barat dengan titik
pendaratan 14 terminal di 13 negara. Yakni Singapura, Indonesia, Sri Lanka,
India, Djibouti, Arab Saudi, Turki, , Siprus, Mesir, Tunisia, Aljazair, Italia
dan Perancis.
Menurut Direktur Pembangunan PT Indosat
Safwan Natanagara ketika peresmian
pengoperasian SKKL SEA-ME-WE kedua itu, SKKL SEA-ME-WE2 merupakan
kelanjutan SKKL SEA-ME-WE pertama yang
dioperasikan sejak tahun 1986 dengan teknologi
analog berupa kabel koaksial.
Indonesia, kata Safwan Natanagara, pertama
kali membangun SKKL tahun 1980 yaitu SKKL ASEAN-Indonesia-Singapura. Pada tahun
1983 dilanjutkan dengan SKKL
Medan-Penang dengan terminal kabel
lautnya di Pantai Cermin, Sumatera Utara. Menyusul kemudian pada tahun 1986 dengan dioperasikannya SKKL SEA-ME-WE
pertama dan SKKL Australia-Indonesia-Singapura.
Saat ini Indosat juga berperan serta dalam pembangunan SKKL serat optik lainnya,
seperti SKKL Trans Pacific Cabhle-5, SKKL Malaysia-Thailand Cable, serta SKKL
Asia Pasific Cable Network yang kelak akan memiliki kemampuan menyalurkan 60.000 percakapan telepon sekaligus. Jaringan
SKKL ini membentang dari Jakarta ke
Seoul, Korea Selatan.
Di depan mata
SKKL serat optik SEA-ME-WE2 mampu
menyalurkan 15.000 percakapan telepon secara bersamaan dengan kecepatan yang tinggi mencapai 565 Mega bite
per detik. Sedangkan SEA-ME-WE pertama yang merupakan jaringan koaksial dengan
teknologi analog dapat mentransmisikan
1.300 call pada saat yang
bersamaan. Bila dibandingkan dengan SKKL
analog, SKKL serat optik ini memiliki
beberapa keunggulan komparatif antara
lain tahan terhadap gangguan
interferensi, dimungkinkan percabangan di tengah laut untuk penyaluran
ke negara yang diinginkan. Memiliki kapasitas transmisi yang lebih besar, dan
keunggulannya yang terutama adalah dapat
menyalurkan suara, data, dan video atau televisi sekaligus.
Manfaat bagi pelanggan telekomunikasi dengan adanya fasilitas komunikasi itu adalah mereka dapat
menikmati pelayanan dengan kualitas lebih baik dan andal. Jaringan komunikasi
SEA-ME-WE2 merupakan perwujudan kerja sama dan komitmen 60 administrasi telekomunikasi dari 47 negara
yang menanam investasi pembangunan sistem ini.
Dengan
diresmikannya jaringan kabel serat optik SEA-ME-WE2 ini Indonesia berhasil melengkapi
satu fasilitas transmisi baru yang sangat andal, kata Dirjen Postel Djakaria
Purawidjaja ketika meresmikan SKKL SEA-ME-WE2 itu di Gedung Indosat Jakarta.
Selain peresmian di Indosat, Dirjen Postel
didampingi Direktur Pembangunan Indosat
juga ikut dalam joint ceremony yang
dilakukan serentak oleh empat negara melalui video conference yang disalurkan melalui jaringan kabel laut serat optik SEA-ME-WE2. Selain Djakaria Purawidjaja, dari
Singapura Koh Boon Hwee (Chairman of
Singapore Telecom Group), dari India BK Syngal, dari Perancis dilakukan Charles Rozmaryn (CEO France Telecom).
Menurut Djakaria Purawidjaja, SEA-ME-WE2
merupakan sarana yang dapat
digunakan untuk mentransmisikan layanan jasa ISDN (Integrated Services
Digital Network- Jaringan Digital untuk Layanan Terpadu) seperti yang
dilakukan pada peresmian itu, video conference yang penyiarannnya
(suara dan gambar) secara terpadu dari empat negara, merupakan salah satu
aplikasi dari jasa ISDN.
“Artinya bagi kita jasa ISDN seperti sudah
di depan mata,”kata Dirjen Postel. Namun, barangkali untuk menyuguhkan secara
utuh kita masih memerlukan waktu
panjang, tambahnya.
Dukungan teknologi untuk mengimplementasikan
layanan jasa ISDN sesungguhnyqa sangat kompleks, kata Djakaria Purawidjaja,
meskipun produk atau sistem informasi yang dihasilkan ternyata sungguh sangat mudah dipakai atau
cenderung sangat user friendly.
Indonesia menurut rencana akan melakukan uji coba pelayanan ISDN pada
tahun depan.
Menurut Dirjen Postel, dalam era
globalisasi ini teknologi telekomunikasi dan informasi sudah sedemikian pesat
kemajuannya. Sehingga bukan lagi hanya sebagai infrastruktur untuk mendukung
aspek-aspek pembangunan dan pengembangan
suatu bangsa, namun telah menjadi bagian integral dari pembangunan
perekonomian Indonesia. (3.15)
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.