Monday 22 June 2015

Jasa ISDN sudah seperti di depan mata



    Indonesia maju selangkah lagi di bidang telekomunikasi dengan dioperasikannya  Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) South East Asia- Middle East-Western Europa 2 (SEA-ME-WE2) pada 18 Oktober 1994.  Dengan demikian Indonesia memasuki  jaringan global serat optik, karena SKKL SEA-ME-WE 2 ini terhubung dengan  SKKL serat optik  Asia Pasific Cable di Singapura. Indonesia melalui PT Indosat memiliki andil dalam pembangunan sistem  komunikasi yang banyak memiliki keunggulan ini.


    Keikutsertaan BUMN penyelenggara telekomunikasi internasional dalam SKKL SEA-ME-WE2 ini dimulai  sejak rencana pembangunan tahun 1988. Kemudian bersama 53 penyelenggara telekomunikasi dari 41 negara,  Indosat menandatangani perjanjian pembangunan dan pemeliharaan SKKL serat optik yang membentang dari Singapura sampai ke Marseilles, Perancis pada 2 Oktober 1991 di Singapura. Dalam perkembangannya jumlah negara yang  menanam modalnya menjadi 47 negara. Sedangkan pembangunannya selesai sesuai dengan rencana yaitu pada bulan Juni 1994. 

    Secara keseluruhan SKKL ini sudah beroperasi sejak Juli  1994, sedangkan ruas Jakarta- Singapura yang lebih dulu dibangun sudah beroperasi sejak Juli 1993.
    Biaya pembangunan SKKL ini sekitar 700 juta dolar Amerika, 4 persen (28 juta dolar AS) di antaranya dari PT Indosat.

    SKKL yang menerapkan teknologi digital ini sepanjang 18.190 km, jaringan  serat optik pertama  di Samudera Hindia ini mulai dari Singapura melalui Selat Sunda,  melalui percabangan di Lautan Hindia dan Laut Tengah, menghubungkan negara-negara Asia-Afrika.

    Timur Tengah dan Eropa Barat dengan titik pendaratan 14 terminal di 13 negara. Yakni Singapura, Indonesia, Sri Lanka, India, Djibouti, Arab Saudi, Turki, , Siprus, Mesir, Tunisia, Aljazair, Italia dan Perancis.

    Menurut Direktur Pembangunan PT Indosat Safwan Natanagara ketika peresmian  pengoperasian SKKL SEA-ME-WE kedua itu, SKKL SEA-ME-WE2 merupakan kelanjutan SKKL SEA-ME-WE pertama  yang dioperasikan sejak  tahun 1986 dengan teknologi analog berupa kabel koaksial.

    Indonesia, kata Safwan Natanagara, pertama kali membangun SKKL tahun 1980 yaitu SKKL ASEAN-Indonesia-Singapura. Pada tahun 1983 dilanjutkan dengan  SKKL Medan-Penang dengan  terminal kabel lautnya di Pantai Cermin, Sumatera Utara. Menyusul kemudian pada tahun  1986 dengan dioperasikannya SKKL SEA-ME-WE pertama dan SKKL Australia-Indonesia-Singapura.

    Saat ini Indosat juga berperan serta  dalam pembangunan SKKL serat optik lainnya, seperti SKKL Trans Pacific Cabhle-5, SKKL Malaysia-Thailand Cable, serta SKKL Asia Pasific Cable Network yang kelak akan memiliki kemampuan menyalurkan  60.000 percakapan telepon sekaligus. Jaringan SKKL  ini membentang dari Jakarta ke Seoul, Korea Selatan.

Di depan mata
    SKKL serat optik SEA-ME-WE2 mampu menyalurkan 15.000 percakapan telepon secara bersamaan dengan  kecepatan yang tinggi mencapai 565 Mega bite per detik. Sedangkan SEA-ME-WE pertama yang merupakan jaringan koaksial dengan teknologi analog dapat mentransmisikan  1.300 call pada saat yang bersamaan. Bila dibandingkan dengan  SKKL analog, SKKL serat optik ini  memiliki beberapa  keunggulan komparatif antara lain tahan terhadap gangguan  interferensi, dimungkinkan percabangan di tengah laut untuk penyaluran ke negara yang diinginkan. Memiliki kapasitas transmisi yang lebih besar, dan keunggulannya yang  terutama adalah dapat menyalurkan suara, data, dan video atau televisi sekaligus.

    Manfaat bagi pelanggan  telekomunikasi dengan adanya  fasilitas komunikasi itu adalah mereka dapat menikmati pelayanan dengan kualitas lebih baik dan andal. Jaringan komunikasi SEA-ME-WE2 merupakan perwujudan kerja sama dan komitmen  60 administrasi telekomunikasi dari 47 negara yang menanam investasi pembangunan sistem ini.

     Dengan diresmikannya jaringan  kabel serat optik  SEA-ME-WE2 ini Indonesia berhasil melengkapi satu fasilitas transmisi baru yang sangat andal, kata Dirjen Postel Djakaria Purawidjaja ketika meresmikan SKKL SEA-ME-WE2 itu di Gedung Indosat Jakarta.

    Selain peresmian di Indosat, Dirjen Postel didampingi Direktur Pembangunan  Indosat juga ikut dalam joint ceremony yang dilakukan serentak oleh empat negara melalui video conference yang disalurkan melalui jaringan  kabel laut serat optik  SEA-ME-WE2. Selain Djakaria Purawidjaja, dari Singapura  Koh Boon Hwee (Chairman of Singapore Telecom Group), dari India BK Syngal, dari Perancis dilakukan  Charles Rozmaryn (CEO France Telecom).

    Menurut Djakaria Purawidjaja, SEA-ME-WE2 merupakan  sarana yang dapat digunakan  untuk mentransmisikan  layanan jasa ISDN (Integrated Services Digital Network- Jaringan Digital untuk Layanan Terpadu) seperti yang dilakukan  pada peresmian itu, video conference yang penyiarannnya (suara dan gambar) secara terpadu dari empat negara, merupakan salah satu aplikasi dari jasa ISDN.

    “Artinya bagi kita jasa ISDN seperti sudah di depan mata,”kata Dirjen Postel. Namun, barangkali untuk menyuguhkan secara utuh kita masih memerlukan  waktu panjang, tambahnya.

    Dukungan teknologi untuk mengimplementasikan layanan jasa ISDN sesungguhnyqa sangat kompleks, kata Djakaria Purawidjaja, meskipun produk atau sistem informasi yang dihasilkan  ternyata sungguh sangat mudah dipakai atau cenderung sangat user friendly.

    Indonesia menurut rencana  akan melakukan uji coba pelayanan ISDN pada tahun depan.

    Menurut Dirjen Postel, dalam era globalisasi ini teknologi telekomunikasi dan informasi sudah sedemikian pesat kemajuannya. Sehingga bukan lagi hanya sebagai infrastruktur untuk mendukung aspek-aspek pembangunan dan pengembangan  suatu bangsa, namun telah menjadi bagian integral dari pembangunan perekonomian Indonesia. (3.15)

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.