Almaty – Berusaha mencari tempat hidup yang lebih nyaman untuk
ibadah mereka, semakin banyak Muslim Uighur meninggalkan Xinjiang untuk tinggal
di Kazakhstan, negara yang mayoritas penduduknya juga beragama Islam.
“Muslim
Uighur cinta agama mereka dan ingin mempraktekkan agama mereka secara bebas,”
Imam Ali Knanat, imam Masjid Nabi Muhammad yang terkenal dengan kubah birunya
di utara kota industri Almaty, mengatakan kepada Bloomberg Business Week
pada hari Selasa, 6 Januari, demikian lansir onislam.net.
“Di
China, ini (ibadah) secara ketat dikontrol, jadi kita melihat banyak orang
Uighur datang ke sini selama bulan Ramadhan untuk shalat, berpuasa, untuk
belajar lebih banyak pengetahuan tentang Islam,” kata Ali, yang telah memimpin
masjid selama tiga tahun ini.
Setiap
tahun selama bulan Ramadhan, pengurus masjid sibuk menerima kedatangan muslim
asal Xinjiang yang ingin beribadah dengan tenang. Jarak sejauh 380 km tidak
menyurutkan langkah muslim Xinjiang untuk datang ke Kazakhstan.
Di
Almaty, Muslim Uighur telah mengembangkan hubungan yang dekat dengan komunitas
Muslim lainnya.“Uighur
memiliki posisi cukup seimbang dengan kelompok etnis lainnya di
Kazakhstan,” kata Konstantin Syroezhkin, kepala penelitian di Institut Studi
Strategis yang disponsori pemerintah.“Mereka
tidak dibatasi di sini,” kata Syroezhkin.
“Ada
sekitar 260.000 warga Uighur yang tinggal di negara ini dan mereka sepenuhnya
berasimilasi dalam masyarakat Kazakh. Kazakhstan tidak mendukung kebijakan
separatisme etnis. ”
Masyarakat
Uighur di Almaty, bekas ibu kota Kazakhstan, tinggal cukup nyaman. Di antara
mereka ada yang membuka usaha restoran dan menjadi pengurus masjid.“Selama
kerusuhan 2009, orang Uighur di sini menangis karena kita semua memiliki
saudara di Xinjiang,” kata Ali yang pindah ke Almaty dari Xinjiang di akhir
1960-an.
“Kami
tidak tahu siapa yang bertanggung jawab atas konflik ini dan siapa yang
bersalah, tapi kami merasa mereka karena semua Uighur adalah keluarga.”
Sekitar
1,5 persen penduduk Kazakhstan adalah Uighur, sebuah kelompok masyarakat bahasa
berbahasa Turki, dan banyak tinggal di daerah Almaty.
“Kami
orang Uighur adalah saudara-saudara. Kami sangat peduli tentang apa yang
terjadi di Xinjiang,” kata Ali.
“Pemberontakan Uighur di Xinjiang telah tumbuh karena
pemerintah China menghukum mereka karena agama mereka.”
Sumber:muslimdaily.net,
Kamis, 8 Januari 2015
Rahmadi
- kontributor, karyawan swasta, penerjemah freelance
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.