Friday 12 December 2014

Wisata Kuliner Halal Grup Milis HBE



Bukan  Sekadar Wisata           

Oleh: Mustofa Achmad S- PusatHalal.com

    Udara cerah pada Minggu, 30 Desember 2012. Di area Food and Beverage Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, tampak sekelompok pria dan wanita  terdiri dari anak-anak, remaja, dewasa  dan lansia memenuhi tempat duduk di Restoran Depot Saribanon Citarasa Nusantara. Mereka adalah anggota Grup Milis Halal-Baik-Enak (HBE) dan keluarganya yang tengah berwisata kuliner halal, dan berniat makan di restoran milik artis Tika Panggabean itu.

    Rombongan wisatawan yang terdiri dari 23 orang pencinta halal itu tengah menyimak tanya-jawab pemimpin rombongan, Rachmat Os. Halawa, dengan penanggung jawab resto yang bertugas saat itu, Ardini.  Wawancara tersebut seputar kehalalan makanan yang disajikan resto tersebut.

    Penanggung jawab resto itu menyebutkan bahwa makanan yang disajikan resto itu halal dan sudah memiliki sertifikat halal. Namun demikian ia tidak bisa menunjukkan sertifikat halal dimaksud. Ia mengatakan bahwa sertifikat tersebut ada di kantor pusat resto itu di Rempoa.

    “Kalau memang sudah punya sertifikat halal harusnya dipajang di resto ini,”kata Keke ZS, yang juga memandu wisata kuliner halal  tersebut. Dengan demikian para konsumen mengetahui bahwa resto ini telah terjamin kehalalannya, yang berarti telah menempuh proses sertifikasi halal. “Jika sudah memiliki sertifikat halal makan  bahan-bahan yang dibeli pun harus yang sudah bersertifikat halal,”tambahnya.

    Menurut Ardini, bahan-bahan yang digunakan seluruhnya dari dalam negeri, juga tidak menggunakan angciu untuk masakan resto tersebut. Sedangkan mengenai komposisi bumbu-bumbu untuk masakan resto  ia menyatakan tidak tahu, karena semuanya didatangkan dari kantor pusat.

    Baik Rachmat Os Halawa maupun  Keke ZS  pada kesempatan itu juga memberikan penyuluhan dan pencerahan seputar makanan halal dan menyarankan agar pihak pemilik resto tersebut  mengurus sertifikat halal, bukan mengklaim restorannya halal tapi tidak didukung dengan bukti-bukti sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia.

    Keke ZS atas nama rombongan pun mengisi formulir yang berisi saran kepada pemilik restoran agar memperhatikan kehalanan makanan dan mendorong pemilik resto itu untuk melakukan sertifikasi halal.

    Keke juga mengingatkan  adanya sanksi hukum  terhadap pihak resto yang mengaku halal namun ternyata apa yang disajikan untuk konsumen tidak halal. “Ada peraturan pemerintah, yakni PP Nomor 69 tahun 1999 tentang  Label dan Iklan Pangan,  jangan berani mengatakan halal  padahal yang disajikan tidak halal,”ujarnya menegaskan.

    Akhirnya rombongan tidak jadi makan di tempat itu karena tidak bisa mendapatkan kepastian halal dari resto itu.

     Para wisatawan itu kemudian singgah di Restoran Sate Khas Senayan untuk makan siang di tempat itu. Namun sebelumnya seperti di Resto Saribanon, Rachmat Os.Halawa pun mewawancarai penanggung jawab restoran saat itu, Fuad.  Dalam dialog yang disimak pula oleh anggota rombongan, Fuad menjelaskan bahwa resto tersebut belum memiliki sertifikat halal. “Tapi dijamin Pak di sini 100 persen halal,”ujarnya. Namun dia  ternyata tidak bisa merinci kehalalan tersebut ketika diajukan sejumlah pertanyaan. Misalnya saja dia tidak tahu asal daging  yang dijual di tempat itu, juga cara penyembelihan hewan tersebut apakah menggunakan cara Islam atau bukan.”Kalau Anda tidak tahu bilang saja tidak tahu jangan menjamin 100 persen halal yang berarti Anda membohongi konsumen,”kata Rachmat seraya menjelaskan bahwa berbohong itu berdosa , apalagi jika dilakukan kepada setiap konsumen.

    Di tengah dialog tersebut ada seorang peserta nyeletuk,”Ini anak Pak Keke menemukan minuman bir Bintang di  daftar menu,”ujarnya. Kontan para peserta  wisata itu pun geleng-geleng kepala. Juga ditemukan permen jelly yang kemungkinan memakai bahan gelatin babi. “Nah berarti pernyataan 100 persen itu tidak benar,”ujar anggota rombongan lainnya.

    Rachmat selain  bertanya tentang kehalalan restoran itu juga memberikan penjelasan seputar  makanan halal, sertifikasi halal dan juga Grup Milis HBE.” Kami akan bantu jika restoran ini sudah bersertifikat halal, dan kami akan datang lebih banyak lagi. Kami juga akan bantu promosi restoran ini melalui anggota HBE yang jumlahnya sekitar 4.000 orang,”tutur Rachmat Os Halawa.

    Sementara itu menjawab pertanyaan Prima Wontanada, juga pemandu kegiatan tersebut, Fuad mengatakan koki dan bahan- bahan makanan untuk resto tersebut  didatangkan dari kantor pusat. 

    Di tempat ini Keke ZS pun mewakili rombongan menuliskan saran-saran, advokasi dan dorongan  yang ditujukan kepada pihak manajemen resto tersebut agar memperhatikan kenyamanan konsumennya dengan makanan halal.

    Rombongan wisatawan kuliner halal pun batal makan di tempat itu karena tidak ada jaminan bahwa resto tersebut halal. Sama halnya dengan kedua restoran  sebelumnya,  resto  Steak 21 yang selanjutnya dipilih rombongan untuk makan siang pun ternyata  tidak  dapat membuktikan kehalalannya. Walaupun di buku menu tercantum tulisan Halal dan penanggung jawab resto yang mengaku bernama Lia itu  menyatakan telah memiliki sertifikat halal, ternyata hal itu hanyalah klaim tak berdasar. Karena pihak resto tidak bisa menunjukkan sertifikat halal dimaksud. Menurut Lia, sertifikat halal itu ada di kantor.

    Di sini terungkap pula mengenai pengggunaan kuas untuk masakan daging panggang yang diduga kuat dari bulu babi, karena itu Keke ZS meminta agar pihak resto mengganti kuas tersebut dengan kuas ijuk atau kuas nilon. Dia juga meminta agar Lia tidak membohongi konsumen, karena tindakan itu berdosa,”bilang saja nggak tahu,”saran Keke.

    Tentang  produsen yang mengklaim makanan halal padahal sebenarnya haram, Rachmat menegaskan bahwa sanksi hukumnya adalah denda Rp 50 juta dan izin usahanya dicabut,  hal itu juga merupakan pembohongan terhadap publik.

    Dia juga menyarankan agar resto tersebut mengurus sertifikat halal.” Nanti kami bantu setelah resto ini bersertifikat halal menyebarluaskannya di media sosial, dan kami akan datang lagi dengan rombongan yang lebih banyak,”ujar Rachmat sambil  menambahkan bahwa anggota milis HBE akan memantau resto tersebut.

    Para wisatawan kuliner halal itu, meski perut sudah keroncongan,  meninggalkan Steak 21 karena tidak menemukan jaminan halal di resto itu. Dan,   di Restoran  Loteria lah rombongan makan siang. Resto telah memiliki sertifikat halal  dan merupakan resto terakhir yang dikunjungi para wisatawan hari itu.

Bukan Sekadar Wisata

    Dari Wisata Kuliner Halal  Grup Milis HBE yang diadakan pertama kalinya ini  terungkap bahwa dari empat resto tiga di antaranya diragukan kehalalannya. Menurut Rachmat Os Halawa, berdasarkan pengalamannya berwisata kuliner halal hampir semua resto yang belum memiliki sertifikat halal mengaku sudah memiliki sertifikat halal namun barang tersebut  disimpan di kantor pusat.

    Dia menganjurkan agar setiap Muslim berani dan tega menanyakan sertifikat halal kepada pihak restoran sebelum makan.”Produsen tidak care karena kita kebanyakan tidak care untuk menanyakan kehalalan produk,”ujarnya.

    Diungkapkannya, tidak mudah melakukan hal itu.”Saya bertahun-tahun melakukan itu dan sering dicibir, tapi kita harus berani menuntut hak, bertanya dengan cara yang sepersuasif mungkin,”tuturnya.  Menurut dia, hal itu harus dilakukan terus menerus supaya para produsen menjadi sadar halal.

    Melihat fakta banyaknya  restoran yang diragukan  kehalalannya, Keke ZS  malah menganjurkan agar kalangan umat Muslim yang akan mengunjungi  mal membawa makanan sendiri dari rumah yang sudah jelas halal.”Banyak yang ngaku halal tapi tidak tahu apa itu halal, kita harus lebih hati-hati ke depan,”katanya.

    Setelah berdiskusi yang dipimpin Rachmat, para wisatawan menyatakan persetujuannya  melaksanakan kegiatan ini secara rutin setiap bulan.

    Peserta yang mendaftar Wisata Kuliner Halal Grup Milis HBE kali ini berjumlah 60 orang tetapi yang ikut hanya 23 orang.”Yang lainnya berhalangan ikut, mudah-mudahan nanti yang kedua bisa lebih banyak,”kata Fisy Amalia, aktivis Milis HBE yang ikut memandu kegiatan peduli halal itu.

    Berdakwah bisa dilakukan kapan saja dan  di mana saja, termasuk ketika kita akan makan di restoran, seperti yang dilakukan oleh Grup Milis HBE. Semoga aksi  memperjuangkan halalan thoyyiban ini bisa berlanjut. Aamiin!
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            
                                                                                                                                                                                                

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.