Bukan Sekadar Wisata
Udara cerah pada Minggu, 30 Desember 2012.
Di area Food and Beverage Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, tampak sekelompok
pria dan wanita terdiri dari anak-anak,
remaja, dewasa dan lansia memenuhi
tempat duduk di Restoran Depot Saribanon Citarasa Nusantara. Mereka adalah
anggota Grup Milis Halal-Baik-Enak (HBE) dan keluarganya yang tengah berwisata
kuliner halal, dan berniat makan di restoran milik artis Tika Panggabean itu.
Rombongan wisatawan yang terdiri dari 23
orang pencinta halal itu tengah menyimak tanya-jawab pemimpin rombongan,
Rachmat Os. Halawa, dengan penanggung jawab resto yang bertugas saat itu,
Ardini. Wawancara tersebut seputar kehalalan
makanan yang disajikan resto tersebut.
Penanggung jawab resto itu menyebutkan
bahwa makanan yang disajikan resto itu halal dan sudah memiliki sertifikat
halal. Namun demikian ia tidak bisa menunjukkan sertifikat halal dimaksud. Ia
mengatakan bahwa sertifikat tersebut ada di kantor pusat resto itu di Rempoa.
“Kalau memang sudah punya sertifikat halal
harusnya dipajang di resto ini,”kata Keke ZS, yang juga memandu wisata kuliner
halal tersebut. Dengan demikian para
konsumen mengetahui bahwa resto ini telah terjamin kehalalannya, yang berarti
telah menempuh proses sertifikasi halal. “Jika sudah memiliki sertifikat halal
makan bahan-bahan yang dibeli pun harus
yang sudah bersertifikat halal,”tambahnya.
Menurut Ardini, bahan-bahan yang digunakan
seluruhnya dari dalam negeri, juga tidak menggunakan angciu untuk masakan resto
tersebut. Sedangkan mengenai komposisi bumbu-bumbu untuk masakan resto ia menyatakan tidak tahu, karena semuanya
didatangkan dari kantor pusat.
Baik Rachmat Os Halawa maupun Keke ZS
pada kesempatan itu juga memberikan penyuluhan dan pencerahan seputar
makanan halal dan menyarankan agar pihak pemilik resto tersebut mengurus sertifikat halal, bukan mengklaim
restorannya halal tapi tidak didukung dengan bukti-bukti sertifikat halal dari
Majelis Ulama Indonesia.
Keke ZS atas nama rombongan pun mengisi
formulir yang berisi saran kepada pemilik restoran agar memperhatikan kehalanan
makanan dan mendorong pemilik resto itu untuk melakukan sertifikasi halal.
Keke juga mengingatkan adanya sanksi hukum terhadap pihak resto yang mengaku halal namun
ternyata apa yang disajikan untuk konsumen tidak halal. “Ada peraturan
pemerintah, yakni PP Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, jangan berani mengatakan halal padahal yang disajikan tidak halal,”ujarnya
menegaskan.
Akhirnya rombongan tidak jadi makan di
tempat itu karena tidak bisa mendapatkan kepastian halal dari resto itu.
Para
wisatawan itu kemudian singgah di Restoran Sate Khas Senayan untuk makan siang
di tempat itu. Namun sebelumnya seperti di Resto Saribanon, Rachmat Os.Halawa
pun mewawancarai penanggung jawab restoran saat itu, Fuad. Dalam dialog yang disimak pula oleh anggota
rombongan, Fuad menjelaskan bahwa resto tersebut belum memiliki sertifikat
halal. “Tapi dijamin Pak di sini 100 persen halal,”ujarnya. Namun dia ternyata tidak bisa merinci kehalalan
tersebut ketika diajukan sejumlah pertanyaan. Misalnya saja dia tidak tahu asal
daging yang dijual di tempat itu, juga
cara penyembelihan hewan tersebut apakah menggunakan cara Islam atau
bukan.”Kalau Anda tidak tahu bilang saja tidak tahu jangan menjamin 100 persen
halal yang berarti Anda membohongi konsumen,”kata Rachmat seraya menjelaskan
bahwa berbohong itu berdosa , apalagi jika dilakukan kepada setiap konsumen.
Di tengah dialog tersebut ada seorang
peserta nyeletuk,”Ini anak Pak Keke menemukan minuman bir Bintang di daftar menu,”ujarnya. Kontan para peserta wisata itu pun geleng-geleng kepala. Juga
ditemukan permen jelly yang kemungkinan memakai bahan gelatin babi. “Nah
berarti pernyataan 100 persen itu tidak benar,”ujar anggota rombongan lainnya.
Rachmat selain bertanya tentang kehalalan restoran itu juga
memberikan penjelasan seputar makanan
halal, sertifikasi halal dan juga Grup Milis HBE.” Kami akan bantu jika
restoran ini sudah bersertifikat halal, dan kami akan datang lebih banyak lagi.
Kami juga akan bantu promosi restoran ini melalui anggota HBE yang jumlahnya
sekitar 4.000 orang,”tutur Rachmat Os Halawa.
Sementara itu menjawab pertanyaan Prima
Wontanada, juga pemandu kegiatan tersebut, Fuad mengatakan koki dan bahan-
bahan makanan untuk resto tersebut
didatangkan dari kantor pusat.
Di tempat ini Keke ZS pun mewakili
rombongan menuliskan saran-saran, advokasi dan dorongan yang ditujukan kepada pihak manajemen resto
tersebut agar memperhatikan kenyamanan konsumennya dengan makanan halal.
Rombongan wisatawan kuliner halal pun batal
makan di tempat itu karena tidak ada jaminan bahwa resto tersebut halal. Sama
halnya dengan kedua restoran
sebelumnya, resto Steak 21 yang selanjutnya dipilih rombongan
untuk makan siang pun ternyata
tidak dapat membuktikan
kehalalannya. Walaupun di buku menu tercantum tulisan Halal dan penanggung
jawab resto yang mengaku bernama Lia itu
menyatakan telah memiliki sertifikat halal, ternyata hal itu hanyalah
klaim tak berdasar. Karena pihak resto tidak bisa menunjukkan sertifikat halal
dimaksud. Menurut Lia, sertifikat halal itu ada di kantor.
Di sini terungkap pula mengenai pengggunaan
kuas untuk masakan daging panggang yang diduga kuat dari bulu babi, karena itu
Keke ZS meminta agar pihak resto mengganti kuas tersebut dengan kuas ijuk atau
kuas nilon. Dia juga meminta agar Lia tidak membohongi konsumen, karena
tindakan itu berdosa,”bilang saja nggak tahu,”saran Keke.
Tentang
produsen yang mengklaim makanan halal padahal sebenarnya haram, Rachmat
menegaskan bahwa sanksi hukumnya adalah denda Rp 50 juta dan izin usahanya
dicabut, hal itu juga merupakan
pembohongan terhadap publik.
Dia juga menyarankan agar resto tersebut
mengurus sertifikat halal.” Nanti kami bantu setelah resto ini bersertifikat
halal menyebarluaskannya di media sosial, dan kami akan datang lagi dengan
rombongan yang lebih banyak,”ujar Rachmat sambil menambahkan bahwa anggota milis HBE akan
memantau resto tersebut.
Para wisatawan kuliner halal itu, meski
perut sudah keroncongan, meninggalkan
Steak 21 karena tidak menemukan jaminan halal di resto itu. Dan, di Restoran
Loteria lah rombongan makan siang. Resto telah memiliki sertifikat
halal dan merupakan resto terakhir yang
dikunjungi para wisatawan hari itu.
Bukan Sekadar Wisata
Dari Wisata Kuliner Halal Grup Milis HBE yang diadakan pertama kalinya
ini terungkap bahwa dari empat resto
tiga di antaranya diragukan kehalalannya. Menurut Rachmat Os Halawa,
berdasarkan pengalamannya berwisata kuliner halal hampir semua resto yang belum
memiliki sertifikat halal mengaku sudah memiliki sertifikat halal namun barang
tersebut disimpan di kantor pusat.
Dia menganjurkan agar setiap Muslim berani
dan tega menanyakan sertifikat halal kepada pihak restoran sebelum
makan.”Produsen tidak care karena kita kebanyakan tidak care untuk menanyakan
kehalalan produk,”ujarnya.
Diungkapkannya, tidak mudah melakukan hal
itu.”Saya bertahun-tahun melakukan itu dan sering dicibir, tapi kita harus
berani menuntut hak, bertanya dengan cara yang sepersuasif
mungkin,”tuturnya. Menurut dia, hal itu
harus dilakukan terus menerus supaya para produsen menjadi sadar halal.
Melihat fakta banyaknya restoran yang diragukan kehalalannya, Keke ZS malah menganjurkan agar kalangan umat Muslim
yang akan mengunjungi mal membawa
makanan sendiri dari rumah yang sudah jelas halal.”Banyak yang ngaku halal tapi
tidak tahu apa itu halal, kita harus lebih hati-hati ke depan,”katanya.
Setelah berdiskusi yang dipimpin Rachmat,
para wisatawan menyatakan persetujuannya
melaksanakan kegiatan ini secara rutin setiap bulan.
Peserta yang mendaftar Wisata Kuliner Halal
Grup Milis HBE kali ini berjumlah 60 orang tetapi yang ikut hanya 23
orang.”Yang lainnya berhalangan ikut, mudah-mudahan nanti yang kedua bisa lebih
banyak,”kata Fisy Amalia, aktivis Milis HBE yang ikut memandu kegiatan peduli
halal itu.
Berdakwah bisa dilakukan kapan saja
dan di mana saja, termasuk ketika kita
akan makan di restoran, seperti yang dilakukan oleh Grup Milis HBE. Semoga
aksi memperjuangkan halalan thoyyiban
ini bisa berlanjut. Aamiin!
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.