Monday 1 December 2014

Catatan Perjalanan

Oh, Garuda…
    Pada 8 November 2014 Sekretaris Komisi Fatwa Dr. Asronum Niam Sholeh, MA melakukan perjalanan dinas dalam rangka audit halal dan pelatihan Sistem Jaminan Halal ke China. Berikut catatan ringan perjalanannya, agar bisa menjadi ajang refleksi untuk kita semua. 
 
    Tanggal 8 November malam hari, saya menempuh perjalanan Jakarta - Shanghai dengan pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 894. Penumpang penuh. Saat jam makan pagi tiba saya mendapatkan sajian terlebih dulu dengan special request MOML (Moslem Meal).


    Dalam hati saya bertanya-tanya, kenapa Garuda Indonesia yang penumpangnya mayoritas Muslim,  ikut-ikutan pola yang diterapkan oleh maskapai penerbangan lain seperti SQ, Qantas dan maskapai lain yg menyediakan menu "eksklusif" dengan tanda MOML. Perlakuan yang sama juga diterapkan pada penumpang vegetarian.

    Saya memahami hal ini dengan logika terbalik; di luar itu berarti tidak semua makanan  dijamin halal.  Cara ini, sepengetahuan saya, berbeda dengan yang dilakukan oleh Malaysian Airlines, Saudia, Qatar, dan maskapai sejenisnya yang secara umum menyajikan menu halal, dan pada kenyataannya dapat diterima oleh  semua penumpang. 

    Well..., kita tetap memberikan apresiasi atas usaha Garuda, meski nalarnya agak sulit diterima. Oh Garuda, mengapa maskapai penerbangan dari negeri mayoritas Muslim menggunakan cara pikir terbalik dalam memberikan pelayanan kepada penumpangnya? 

    Sesampai di Bandara Pudong Sanghai, saya meneruskan perjalanan menuju Langzhou dengan pesawat domestik "China Eastern" dengan waktu tempuh sekitar  3,5 jam. China, seperti kita tahu, sangat akrab dengan makanan berbahan daging babi (pork), sehingga diperlukan sikap yang ekstra hati-hati dalam memilih menu.  

    Saya pun bersiap-siap untuk "puasa" sepanjang hari karena --pikiran saya-- akan sulit cari menu halal yang  menenangkan hati. Dalam pesawat Airbus yang berisi kurang lebih 140 penumpang mayoritas pnduduk lokal, saya dikejutkan denga menu makanan yang dibagikan. Pramugari dengan  pakaian sangat sopan serta penampilan ramah membagikan dua boks makanan: satu snack dan roti, dan satunya lagi ditawarkan: chicken with rice atau noodle. 

    Saya sungguh terkejut, karena seluruh menu yang dibagikan kepada para penumpang, pada kemasannya tertulis dengan huruf besar: Islamic Food. Makanan tersebut, tentu saja bukan hanya untuk kami, tapi untuk seluruh penumpang. Orang China yg jadi penumpang pun menikmati makanan halal tersebut dengan lahap, tanpa protes dan bersikap resisten akan ada "Islamisasi" atau meneriakkan isu "sektarian"

    Malam berikutnya saya menginap di Gansu Int Hotel Langzhou, hotel bintang empat di Ibu Kota Provinsi Gansu yg dibeli oleh saudagar Muslim dr Linxia. Hotel ini menyediakan resto halal yang sangat eksklusif. Esok harinya, saya menuju kota Linxia, yang dikenal dengan Little Mecca-nya China. Lanskap  kota ini sangat terasa sebagai kota budaya berperadaban tinggi, dengan arsitektur kota berbasis masjid. (***)

Sumber : Halalmui.org, 10 November 2014

   

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.