Oh, Garuda…
Pada 8 November 2014 Sekretaris
Komisi Fatwa Dr. Asronum Niam Sholeh, MA melakukan perjalanan dinas dalam
rangka audit halal dan pelatihan Sistem Jaminan Halal ke China. Berikut catatan
ringan perjalanannya, agar bisa menjadi ajang refleksi untuk kita semua.
Tanggal 8 November malam hari, saya menempuh perjalanan Jakarta -
Shanghai dengan pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 894. Penumpang
penuh. Saat jam makan pagi tiba saya mendapatkan sajian terlebih dulu dengan special request MOML (Moslem Meal).
Dalam hati saya bertanya-tanya, kenapa Garuda Indonesia yang
penumpangnya mayoritas Muslim, ikut-ikutan pola yang diterapkan oleh
maskapai penerbangan lain seperti SQ, Qantas dan maskapai lain yg menyediakan
menu "eksklusif" dengan tanda MOML. Perlakuan yang sama juga
diterapkan pada penumpang vegetarian.
Saya memahami hal ini dengan logika terbalik; di luar itu berarti tidak
semua makanan dijamin halal. Cara ini, sepengetahuan saya, berbeda
dengan yang dilakukan oleh Malaysian Airlines, Saudia, Qatar, dan maskapai
sejenisnya yang secara umum menyajikan menu halal, dan pada kenyataannya dapat
diterima oleh semua penumpang.
Well..., kita tetap memberikan apresiasi atas usaha Garuda,
meski nalarnya agak sulit diterima. Oh Garuda, mengapa maskapai penerbangan
dari negeri mayoritas Muslim menggunakan cara pikir terbalik dalam memberikan
pelayanan kepada penumpangnya?
Sesampai di Bandara Pudong Sanghai, saya meneruskan perjalanan menuju
Langzhou dengan pesawat domestik "China Eastern" dengan waktu tempuh
sekitar 3,5 jam. China, seperti kita tahu, sangat akrab dengan makanan
berbahan daging babi (pork), sehingga
diperlukan sikap yang ekstra hati-hati dalam memilih menu.
Saya pun bersiap-siap untuk "puasa" sepanjang hari karena
--pikiran saya-- akan sulit cari menu halal yang menenangkan hati. Dalam
pesawat Airbus yang berisi kurang lebih 140 penumpang mayoritas pnduduk lokal,
saya dikejutkan denga menu makanan yang dibagikan. Pramugari dengan
pakaian sangat sopan serta penampilan ramah membagikan dua boks makanan:
satu snack dan roti, dan satunya lagi ditawarkan: chicken with rice atau
noodle.
Saya sungguh terkejut, karena seluruh menu yang dibagikan kepada para
penumpang, pada kemasannya tertulis dengan huruf besar: Islamic Food. Makanan tersebut, tentu saja bukan hanya untuk kami,
tapi untuk seluruh penumpang. Orang China yg jadi penumpang pun menikmati
makanan halal tersebut dengan lahap, tanpa protes dan bersikap resisten akan ada
"Islamisasi" atau meneriakkan isu "sektarian"
Malam berikutnya saya menginap di Gansu Int Hotel Langzhou, hotel
bintang empat di Ibu Kota Provinsi Gansu yg dibeli oleh saudagar Muslim dr
Linxia. Hotel ini menyediakan resto halal yang sangat eksklusif. Esok harinya,
saya menuju kota Linxia, yang dikenal dengan Little Mecca-nya China. Lanskap
kota ini sangat terasa sebagai kota budaya berperadaban tinggi, dengan
arsitektur kota berbasis masjid. (***)
Sumber : Halalmui.org, 10 November
2014
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.