Wednesday 10 February 2016

.Saatnya Mengoreksi Ungkapan,



 “Apalah Arti Sebuah Nama”
 
Balita muslim (mybabyzone)

    Di tengah-tengah masyarakat, kita sering mendengar ungkapan, “Apalah arti sebuah nama” yang menunjukkan bahwa nama itu tidak terlalu penting bagi seseorang. Padahal, dalam agama Islam, nama itu sangat terkait dengan kepribadian pemilik nama.


    Hal ini pernah disampaikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam menyebutkan beberapa kabilah Arab,

أَسْلَمُ سَالَمَهَا اللهُ، وَغِفَارُ غَفَرَ اللهُ لَهَا، وَعُصَيَّةُ عَصَتِ اللهَ وَرَسُولَهُ
    “Aslam semoga Allah mendamaikan hidupnya, ghifar semoga Allah mengampuninya dan ushaiyyah telah durhaka terhadap Allah dan rasul-Nya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
    Demikian juga dengan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika melihat Sahl bin Amr datang pada hari perjanjian Hudaibiyah, beliau memujinya,
سَهُلَ أَمْرَكُمْ
    “Semoga urusan kalian menjadi mudah (Sahl).” (HR. Al-Bukhari)

    Terkadang Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengambil makna dari mimpinya atau pun makna dari sesuatu yang beliau alami ketika terjaga. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bermimpi bahwa beliau dan para shahabat lainnya berada di perkampungan Uqbah bin Rafi.

    Lalu mereka menghidangkan kepada beliau ruthab (kurma yang ranum dan segar) yang berasal dari Ruthab kepunyaan ibnu Thab.

    Kemudian beliau memberitakan takwil mimpi tersebut bahwa mereka akan mendapat derajat yang tinggi di dunia dan ganjaran yang baik di akhirat kelak. Sedang agama yang telah dipilihkan Allah untuk mereka telah arthab wa thab (ranum dan matang). Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim.

    Silakan Anda perhatikan bagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menamakan dirinya dengan dua nama yang sesuai dengan makna, berasal dari pecahan kata dasar yang sama, yaitu Muhammad dan Ahmad.

    Kata ‘Muhammad’ mengandung sifat yang terpuji, sedangkan ‘Ahmad’ mengandung sifat yang lebih mulia dan lebih utama dibandingkan sifat manusia lainnya. Dengan demikian kaitan antara nama dan orangnya seperti kaitan antara ruh dan jasad.

    Contoh lain adalah kun-yah (julukan) Abu Jahal (bapak bodoh) yang diberikan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada Abul Hakam bin Hisyam. Sebuah kun-yah yang sesuai dengan orangnya dan ia adalah makhluk yang paling berhak mendapatkan kun-yah ini.

Balita muslim (twimg)


    Begitu juga halnya dengan kun-yah (julukan) Abu Lahab (bapak api yang bergejolak) yang diberikan Allah kepada Abdul Uzza karena ia akan ditempatkan di dalam neraka yang memiliki lidah api.

    Kun-yah ini sangat layak dan pantas diberikan kepada dirinya. Demikian yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Kitab Zadul Ma’ad.

    Dalam kitab Tuhfah Ibnul Qayyim juga menyebutkan, barangsiapa yang mengamati sunnah maka ia akan temukan bahwa nama-nama yang ada sesuai dengan orangnya, seakan-akan nama-nama tersebut diambil dari karakter orangnya.

    Apabila anda ingin melihat bagaimana pengaruh nama terhadap orangnya, maka coba perhatikan hadits riwayat Said bin Al-Musayyib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata, “Aku pernah menghadap Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bertanya kepadaku,
مَا اسْمُكَ؟
“Siapa namamu?”
    Ia menjawab, “Namaku huzn (sedih atau kasar).”
    Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kembali bersabda,
أَنْتَ سَهْلٌ
“Seharusnya namamu adalah nama Sahl (mudah).

    Ia berkata, “Aku tidak akan pernah mengganti nama yang telah diberikan oleh ayahku.”
    Said bin Al-Musayyib mengatakan, “Sejak saat itu sifat kasar senantiasa ada dalam keluarga kami.” (HR. Al-Bukhari).

    Dalam riwayat Abu Dawud disebutkan, kakek Said menyanggah pernyataan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan mengatakan, “Nama Sahl (mudah) hanya akan diinjak-injak orang lain dan senantiasa mendapatkan cobaan.”

    Di antara ungkapan yang beredar di tengah-tengah masyarakat adalah bahwa julukan itu turun dari langit. Sehingga, tidak ada satu nama pun yang mengandung makna yang keras dan buruk kecuali nama tersebut sesuai dengan orangnya, demikian juga sebaliknya.
    Ungkapan lain yang beredar seperti “Nama berpengaruh terhadap orangnya.”

Dalam sebuah syair arab dikatakan,
     Tidaklah kamu perhatikan kepada orang yang memiliki suatu julukan,
    Kecuali nama dan julukan tersebut sesuai dengan orangnya.
    Jadi benarlah bahwa nama, julukan, dan gelar mempunyai pengaruh terhadap orangnya, entah dalam kebaikan, keburukan, ringan, berat, lembut dan kasar.

    Oleh karena itu, wahai kaum muslimin, pilihlah nama yang terbaik untuk dirimu dan anak-anakmu. Pilihlah nama yang memiliki lafazh dan arti yang baik, sehingga baik pula yang mereka dapatkan.

    Dikutip dari buku Eksiklopedi Anak karya Abu Abdullah Ahmad bin Ahmad Al-Isawi.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Sumber:BersamaDakwah, Jumat, 5 Februari 2016

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.