Wednesday 22 October 2014

Garuda kembali mengukir sejarah




Jaringan penerbangan diperluas ke Selandia Baru

    TEPUK TANGAN riuh  bergema dalam ruangan pesawat  DC-10 Garuda Indonesia yang mendarat dengan empuk di Bandara Auckland, Selandia Baru,  5 Nopember 1988 pukul 10.30 waktu setempat. Pesawat dengan nomor penerbangan GA-866 itu dikemudikan  Kapten Frans Sumolang, Direktur Operasi Garuda Indonesia.
     “Hampir semua dari kami menitikkan air mata seolah tidak percaya yang mendarat itu pesawat Garuda Indonesia,”ujar Elllen, warga negara Indonesia di Auckland yang ikut menyambut penerbangan perdana  Garuda Indonesia Jakarta-Selandia Baru itu. Ellen dan kawan-kawannya menyatakan terharu dan bangga melihat lambang Garuda  berkibar di Bandara Auckland sejajar dengan perusahaan-perusahaan  penerbangan internasional lainnya.
TARIAN MAORI. Rombongan penerbangan perdana Garuda Indonesia Jakarta-Bali-Auckland disambut dengan tari-tarian Maori di bandara internasional Auckland 5 Nopermber 1988. Nampak para penari Maori menampilkan tarian sebagai ucapan selamat datang kepada rombongan Garuda Indonesia. (Foto: Garuda Indonesia/2.3)
   Rombongan yang ikut dalam penerbangan perdana Garuda Indonesia ke Negeri Kiwi itu rata-rata nampak cerah, meskipun telah menempuh sekitar 8 jam penerbangan dari Denpasar, Bali. Mereka terdiri dari para pengelola biro perjalanan, perhot

Garuda Indonesia pada hari itu kembali mengukir sejarah penerbangan nasional dengan memperluas jalur penerbangannnya  ke negara paling dekat dengan daratan Antartika di Kutub Selatan itu. Tentu saja banyak pihak menyambut gembira penerbangan langsung Jakarta-Bali- New Zealand itu. Karenanya diharapkan  upaya tersebut bisa meningkatkan  jumlah wisatawan mancanegara khususnya Selandia Baru masuk ke Indonesia dan juga ekspor nonmigas ke negara tersebut.

    Misi Garuda Indonesia sebagai pembawa bendera  nasional adalah  meningkatkan  ekspor nonmigas dan  turut mengembangkan kepariwisataan nasional. Seperti dituturkan Direktur Niaga Garuda Indonesia Sunarjo, ketika meresmikan penerbangan perdana  itu di Bandara Soekarno-Hatta Jumat 4 Nopember lalu.
    Untuk mewujudkan misi tersebut Garuda Indonesia tidak segan-segan bekerja sama  dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan penerbangan internasional milik negara lain, kata Direktur Niaga Garuda.
    Kerja sama dengan biro-biro perjalanan telah lama dilakukan  Garuda Indonesia, juga dilaksanakan dalam rangka pengembangan kepariwisataan nasional.

    Penerbangan  Jakarta-Selandia Baru menurut Sunarjo telah lama diprogramkan, namun baru terealisir tahun ini, setelah melalui proses yang cukup lama. Meskipun saat ini baru sekali seminggu, namun pada April 1989 frekuensi penerbangan ke Negeri Kiwi itu  menjadi dua kali seminggu.

    Dubes New Zealand untuk Indonesia Gordon Parkinson, yang hadir pada acara itu, maupun Fred Gerbic Sekjen Dephub Selandia Baru, dalam keterangan terpisah mengakui perundingan antara Garuda Indonesia  dengan pihak Air New Zealand cukup lama.

    Menurut Fred Gerbic, perundingan dilakukan sejak 1984 dan baru ditandatangani Mei 1988. Masalahnya banyak perusahaan penerbangan  mengajukan permohonan  untuk bekerja sama. Antara lain, Thailand, Argentina, Vanuatu, Fiji.
    Perusahaan penerbangan  Air New Zealand menurut Fred Gerbic pada suatu jamuan makan di  Wellington, dalam waktu tidak lama  akan terbang menjalani rute Auckland-Bali-Jakarta. Pemerintah Selandia Baru memprogramkan dalam rangka perjanjian antarpemerintah, untuk meningkatkan penerbangan New Zealand dengan negara-negara  Pasifik guna meningkatklan  arus wisatawan dan perdagangan, termasuk dengan Indonesia.

    Dubes Indonesia untuk New Zealand Darwoto bahkan menyatakan rasa optimismenya  penerbangan Garuda Indonesia ke Selandia Baru dan sebaliknya memiliki prospek  yang baik. Meskipun diakuinya  saingan perusahaan penerbangan lain  cukup ketat.

    Sebagai contoh ia mengemukakan mengenai  frekuensi penerbangan SIA sebanyak 4 kali seminggu, bahkan akan meningkatkan lagi menjadi 7 kali seminggu. Thai International sekali seminggu. ”Namun dilihat dari kebiasaan warga Selandia Baru yang senang melakukan perjalanan target Garuda Indonesia mengangkut wisatawan ke Indo nesia pada tahun depan bisa tercapai,”ujar Darwoto.

    Dari catatan, sebanyak 7.000 wisatawan dari Selandia Baru telah berkunjung ke Indonesia, namun baru Bali yang mereka kenal. Sebenarnya banyak dari mereka yang ingin mengenal kebudayaan Indonesia, ujar Dubes Indonesia untuk New Zealand dalam kesempatan pertemuan dengan  para wartawan  di Wellington.

    Mengenai perdagangan antarkedua negara Darwoto mengakui akhir-akhir ini mengalami penurunan meskipun 4 tahun sebelumnya cukup positif.  Hambatan utama menurut dia adalah masalah biaya/pengangkutan yang cukup jauh, dan pasaran di Negeri  Kiwi yang relatif kecil.

    Penjajakan mengenai hubungan perdagangan  sudah beberapa kali dilakukan oleh  New Zealand Business Association, namun belum diketahui pasaran barang-barang apa yang bisa laku, karena pola konsumsi di sana mengalami perubahahn.
    Ekspor utama Selandia Baru ke Jepang, Amerika, Australia dan Cina. Namun secara politis mereka tentu melihat pentingnya ASEAN dengan segala potensinya.”Ini barangkali yang menyebabkan mereka berubah orientasinya tidak ke Eropa lagi , tapi  ke negara-negara  di Pasifik,”kata maantan Wakil Dubes Indonesia  di Jepang dan Thailand itu.

    Mengenai upaya agar Indonesia dikenal dan didatangi wisatawan negeri penghasil wol itu, Darwoto menyatakan pihak Kedutaan Besar Indonesia seringkali menampilkan berbagai acara untuk mempromosikan Indonesia, termasuk melalui jalur para pegawai kedubes dan masyarakat Indonesia di New Zealand.”Memang itu bukan pekerjaan mudah dan memerlukan waktu yang lama,”ujarnya menambahkan.

Tantangan
    Kalangan biro perjalanan, perhotelan, memanfaatkan benar-benar acara-acara  yang diselenggarakan Garuda Indonesia dalam usaha mengenalkan Indonesia itu.

    Melalui  “minimart” yang diselenggarakan di Auckland maupun di Wellington, mereka berusaha mengenalkan obyek-obyek wisata di Indonesia dengan  aneka ragam budayanya itu. Mulai dari Bali, Ujung Pandang, Tana Toraja, Sumatera Utara, Jakarta  dan sekitarnya.

    Berbagai cenderamata  mereka hadiahkan kepada  para pengunjung yang umumnya belum mengenal betul  Indonesia itu. Rata-rata mereka hanya mengenal Bali saja.
     Di antara mereka bahkan ada yang bertanya Medan itu pulau di sebelah mana atau apa di Jakarta ada pantai yang bisa dipergunakan untuk rekreasi dan lain-lain pertanyaan yang bagi kita mengundang senyum.
“Barangkali secara bertahap mereka mengenal Bali dulu, baru daerah-daerah lain,”ujar seorang pengelola hotel dari Jakarta.

    Dibukanya penerbangan Garuda Indonesia  ke Selandia Baru menurut Zainal Arifin dari Hotel Horison, ibarat raksasa yang baru bangun dari tidurnya dan peristiwa itu merupakan tantangan  yang harus dijawab.”Kalau jembatan sudah dibuka, bisa apa tidak agar orang yang berada di seberang jembatan itu mau ke tempat kita,”ujarnya bersemangat. Karena itu menurut Zainal, jembatan itu harus dibuat kuat.”Kami menghargai usaha-usaha yang telah dilakukan     Garuda,”tandasnya.

    Bagus Sudibya dari Nusa Dua Tours and Travel menyarankan  agar para pengusaha biro perjalanan  melakukan pembenahan  untuk bisa menyedot wisatawan dari Selandia Baru yang  selama ini diageni biro-biro perjalanan dari Australia.

    Menurut Bagus, dampak dari penerbangan langsung itu adalah adanya peningkatan jumlah penumpang Garuda dan juga arus wisatawan mancanegara. Sehingga untuk Bali bisa seimbang, artinya Bali akan terisi terus sepanjang tahun, karena ada saling mengisi  antara wisatawan dari Selandia Baru, Eropa, Australia. Karena musim liburan mereka yang berbeda waktunya.

    Mereka akan datang kepada kita karena butuh hotel, potongan harga dan lain-lainnya, ujarnya mengenai dampak penerbangan  Garuda Indonesia terhadap biro-biro perjalanan di Selandia Baru.

    Bukan tidak mungkin wisatawan dari Selandia Baru itu mengunjungi Medan, Sumbar, Aceh dan tempat-tempat lain di Sumatera. Karena jalur penerbangan Garuda ke tempat-tempat itu dari Bali maupun Jakarta telah ada. Penerbangan  Garuda dari Selandia Baru ke Bali dan Jakarta pp akan berdampak ke DTW-DTW lainnya di Indonesia, sebab Garuda tidak hanya mempromosikan  Bali  saja, ujar drs Mohammad Rasyid, pimpinan Hotel Dharma Deli, Medan.“Siapa tahu wisatawan Selandia Baru sesampainya  di Bali juga ingin ke Medan,”tambahnya sambil berseri-seri.

    Lain lagi pendapat Banuarto Dasuki, General Manager Hotel Indonesia.”Mereka memang hanya mengenal Bali,”ujarnya. Peluang Jakarta sebagai DTW menurut Banuarto tergantung peluang bisnis yang ada  antara Jakarta-Selandia Baru.

    Harapan dia, dengan penerbangan langsung  Garuda Indonesia ke Selandia Baru, Jakareta juga dikunjungi mereka. Karena menurut pimpinan HI itu, Bali sulit juga menampung wisatawan jika kamar-kamar di sana penuh semua.

Murah
     Kepala Perwakilan Garuda Indonesia untuk Selandia Baru Hery Setiawan merasa yakin DTW-DTW lain di luar Bali akan dikunjungi wisatawan dari Selandia Baru.”Karena itu kantor Garuda Indonesia di sini  bisa dititipi bahan-bahan promosi mengenai Indonesia,”ujarnya mengimbau  para pengelola biro perjalanan dan  perhotelan.
    Boyke Jayadi dari Setia Tours and Travel bahkan  sangat optimis mengenai hal itu, karena menurut dia  di Indonesia serba murah. Baik barang-barang kebutuhan  maupun ongkos  untuk mengadakan perjalanan melihat-lihat berbagai obyek pariwisata.

    Ia menyatakan telah melakukan city tour dan melihat beberapa,objek wisata di Selandia Baru, namun bila dibandingkan dengan  Indonesia, di negerinya itu sungguh murah.

SEJAJAR. Sejak 5 Nopember 1988, saat mendaratnya pesawat DC-10 Garuda Indonesia GA-866 di bandara Auckland, Selandia Baru, bendera Garuda Indonesia berkibar di bandara tersebut, sejajar dengan  bendera-bendera perusahaan  penerbangan internasional lainnya, seperti nampak dalam gambar. (Foto:Garuda Indonesia/2.3)
   Berbagai upaya  yang telah dilakukan  Garuda Indonesia agar jalur penerbangan baru ke Selandia Baru bisa berkembang. Selain promosi terbatas dari biro-biro perjalanan  dan perhotelan yang diundang khusus untuk itu. Garuda menyelenggarakan pula  Malam Indonesia di Auckland maupun Wellington, ibu kota New Zealand, dengan menampilkan  tarian dari berbagai daerah tujuan wisata di Indonesia.

    Acara tersebut mendapat sambutan  hangat dari orang-orang Indonesia yang berada di Selandia Baru sebagai pelepas rindu, juga dari pejabat-pejabat maupun agen-agen  biro perjalanan di sana.

    Harapan kita denqan adanya jalur penerbangan  Jakarta-Denpasar-Auckland pp yang dijalani Garuda Indonesia, wisatawan-wisatawan New Zealand bisa mengenal DTW-DTW lain di Indonesia di luar Bali. Demikian pula arus perdagangan antar dua negara bisa meningkat karena sarana transportasi langsung dari kedua negara kini telah tersedia. Garuda Indonesia menjadi tumpuan harapan itu semua. Selamat! (Mustofa AS/2.1)




Harian Umum AB
23 November 1988

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar, terima kasih.