Jaringan penerbangan diperluas ke Selandia Baru
TEPUK TANGAN
riuh bergema dalam ruangan pesawat DC-10 Garuda Indonesia yang mendarat dengan
empuk di Bandara Auckland, Selandia Baru,
5 Nopember 1988 pukul 10.30 waktu setempat. Pesawat dengan nomor
penerbangan GA-866 itu dikemudikan
Kapten Frans Sumolang, Direktur Operasi Garuda Indonesia.
Rombongan yang ikut
dalam penerbangan perdana Garuda Indonesia ke Negeri Kiwi itu rata-rata nampak
cerah, meskipun telah menempuh sekitar 8 jam penerbangan dari Denpasar, Bali.
Mereka terdiri dari para pengelola biro perjalanan, perhot
Garuda Indonesia pada hari itu kembali mengukir sejarah penerbangan nasional dengan memperluas jalur penerbangannnya ke negara paling dekat dengan daratan Antartika di Kutub Selatan itu. Tentu saja banyak pihak menyambut gembira penerbangan langsung Jakarta-Bali- New Zealand itu. Karenanya diharapkan upaya tersebut bisa meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara khususnya Selandia Baru masuk ke Indonesia dan juga ekspor nonmigas ke negara tersebut.
Misi Garuda
Indonesia sebagai pembawa bendera
nasional adalah meningkatkan ekspor nonmigas dan turut mengembangkan kepariwisataan nasional.
Seperti dituturkan Direktur Niaga Garuda Indonesia Sunarjo, ketika meresmikan penerbangan
perdana itu di Bandara Soekarno-Hatta
Jumat 4 Nopember lalu.
Untuk mewujudkan
misi tersebut Garuda Indonesia tidak segan-segan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan
penerbangan internasional milik negara lain, kata Direktur Niaga Garuda.
Kerja sama dengan
biro-biro perjalanan telah lama dilakukan
Garuda Indonesia, juga dilaksanakan dalam rangka pengembangan
kepariwisataan nasional.
Penerbangan
Jakarta-Selandia Baru menurut Sunarjo telah lama diprogramkan, namun
baru terealisir tahun ini, setelah melalui proses yang cukup lama. Meskipun
saat ini baru sekali seminggu, namun pada April 1989 frekuensi penerbangan ke
Negeri Kiwi itu menjadi dua kali
seminggu.
Dubes New Zealand
untuk Indonesia Gordon Parkinson, yang hadir pada acara itu, maupun Fred Gerbic
Sekjen Dephub Selandia Baru, dalam keterangan terpisah mengakui perundingan
antara Garuda Indonesia dengan pihak Air
New Zealand cukup lama.
Menurut Fred
Gerbic, perundingan dilakukan sejak 1984 dan baru ditandatangani Mei 1988.
Masalahnya banyak perusahaan penerbangan
mengajukan permohonan untuk
bekerja sama. Antara lain, Thailand, Argentina, Vanuatu, Fiji.
Perusahaan penerbangan Air New Zealand menurut Fred Gerbic pada
suatu jamuan makan di Wellington, dalam
waktu tidak lama akan terbang menjalani
rute Auckland-Bali-Jakarta. Pemerintah Selandia Baru memprogramkan dalam rangka
perjanjian antarpemerintah, untuk meningkatkan penerbangan New Zealand dengan negara-negara Pasifik guna meningkatklan arus wisatawan dan perdagangan, termasuk
dengan Indonesia.
Dubes Indonesia
untuk New Zealand Darwoto bahkan menyatakan rasa optimismenya penerbangan Garuda Indonesia ke Selandia Baru
dan sebaliknya memiliki prospek yang
baik. Meskipun diakuinya saingan
perusahaan penerbangan lain cukup ketat.
Sebagai contoh ia
mengemukakan mengenai frekuensi
penerbangan SIA sebanyak 4 kali seminggu, bahkan akan meningkatkan lagi menjadi
7 kali seminggu. Thai International sekali seminggu. ”Namun dilihat dari
kebiasaan warga Selandia Baru yang senang melakukan perjalanan target Garuda
Indonesia mengangkut wisatawan ke Indo nesia pada tahun depan bisa tercapai,”ujar
Darwoto.
Dari catatan,
sebanyak 7.000 wisatawan dari Selandia Baru telah berkunjung ke Indonesia,
namun baru Bali yang mereka kenal. Sebenarnya banyak dari mereka yang ingin
mengenal kebudayaan Indonesia, ujar Dubes Indonesia untuk New Zealand dalam
kesempatan pertemuan dengan para
wartawan di Wellington.
Mengenai
perdagangan antarkedua negara Darwoto mengakui akhir-akhir ini mengalami
penurunan meskipun 4 tahun sebelumnya cukup positif. Hambatan utama menurut dia adalah masalah
biaya/pengangkutan yang cukup jauh, dan pasaran di Negeri Kiwi yang relatif kecil.
Penjajakan mengenai
hubungan perdagangan sudah beberapa kali
dilakukan oleh New Zealand Business
Association, namun belum diketahui pasaran barang-barang apa yang bisa laku, karena
pola konsumsi di sana mengalami perubahahn.
Ekspor utama
Selandia Baru ke Jepang, Amerika, Australia dan Cina. Namun secara politis
mereka tentu melihat pentingnya ASEAN dengan segala potensinya.”Ini barangkali
yang menyebabkan mereka berubah orientasinya tidak ke Eropa lagi , tapi ke negara-negara di Pasifik,”kata maantan Wakil Dubes
Indonesia di Jepang dan Thailand itu.
Mengenai upaya agar Indonesia dikenal dan
didatangi wisatawan negeri penghasil wol itu, Darwoto menyatakan pihak Kedutaan
Besar Indonesia seringkali menampilkan berbagai acara untuk mempromosikan
Indonesia, termasuk melalui jalur para pegawai kedubes dan masyarakat Indonesia
di New Zealand.”Memang itu bukan pekerjaan mudah dan memerlukan waktu yang
lama,”ujarnya menambahkan.
Tantangan
Kalangan biro perjalanan, perhotelan,
memanfaatkan benar-benar acara-acara
yang diselenggarakan Garuda Indonesia dalam usaha mengenalkan Indonesia
itu.
Melalui
“minimart” yang diselenggarakan di Auckland maupun di Wellington, mereka
berusaha mengenalkan obyek-obyek wisata di Indonesia dengan aneka ragam budayanya itu. Mulai dari Bali,
Ujung Pandang, Tana Toraja, Sumatera Utara, Jakarta dan sekitarnya.
Berbagai cenderamata mereka hadiahkan kepada para pengunjung yang umumnya belum mengenal
betul Indonesia itu. Rata-rata mereka
hanya mengenal Bali saja.
Di antara mereka bahkan ada yang bertanya
Medan itu pulau di sebelah mana atau apa di Jakarta ada pantai yang bisa
dipergunakan untuk rekreasi dan lain-lain pertanyaan yang bagi kita mengundang
senyum.
“Barangkali secara bertahap
mereka mengenal Bali dulu, baru daerah-daerah lain,”ujar seorang pengelola
hotel dari Jakarta.
Dibukanya penerbangan Garuda Indonesia ke Selandia Baru menurut Zainal Arifin dari
Hotel Horison, ibarat raksasa yang baru bangun dari tidurnya dan peristiwa itu
merupakan tantangan yang harus
dijawab.”Kalau jembatan sudah dibuka, bisa apa tidak agar orang yang berada di
seberang jembatan itu mau ke tempat kita,”ujarnya bersemangat. Karena itu
menurut Zainal, jembatan itu harus dibuat kuat.”Kami menghargai usaha-usaha
yang telah dilakukan Garuda,”tandasnya.
Bagus Sudibya dari Nusa Dua Tours and
Travel menyarankan agar para pengusaha
biro perjalanan melakukan pembenahan untuk bisa menyedot wisatawan dari Selandia
Baru yang selama ini diageni biro-biro
perjalanan dari Australia.
Menurut Bagus, dampak dari penerbangan
langsung itu adalah adanya peningkatan jumlah penumpang Garuda dan juga arus
wisatawan mancanegara. Sehingga untuk Bali bisa seimbang, artinya Bali akan
terisi terus sepanjang tahun, karena ada saling mengisi antara wisatawan dari Selandia Baru, Eropa,
Australia. Karena musim liburan mereka yang berbeda waktunya.
Mereka akan datang kepada kita karena butuh
hotel, potongan harga dan lain-lainnya, ujarnya mengenai dampak
penerbangan Garuda Indonesia terhadap
biro-biro perjalanan di Selandia Baru.
Bukan tidak mungkin wisatawan dari Selandia
Baru itu mengunjungi Medan, Sumbar, Aceh dan tempat-tempat lain di Sumatera.
Karena jalur penerbangan Garuda ke tempat-tempat itu dari Bali maupun Jakarta
telah ada. Penerbangan Garuda dari
Selandia Baru ke Bali dan Jakarta pp akan berdampak ke DTW-DTW lainnya di
Indonesia, sebab Garuda tidak hanya mempromosikan Bali saja,
ujar drs Mohammad Rasyid, pimpinan Hotel Dharma Deli, Medan.“Siapa tahu wisatawan Selandia Baru
sesampainya di Bali juga ingin ke
Medan,”tambahnya sambil berseri-seri.
Lain lagi pendapat Banuarto Dasuki, General
Manager Hotel Indonesia.”Mereka memang hanya mengenal Bali,”ujarnya. Peluang
Jakarta sebagai DTW menurut Banuarto tergantung peluang bisnis yang ada antara Jakarta-Selandia Baru.
Harapan dia, dengan penerbangan
langsung Garuda Indonesia ke Selandia
Baru, Jakareta juga dikunjungi mereka. Karena menurut pimpinan HI itu, Bali
sulit juga menampung wisatawan jika kamar-kamar di sana penuh semua.
Murah
Kepala Perwakilan Garuda Indonesia untuk
Selandia Baru Hery Setiawan merasa yakin DTW-DTW lain di luar Bali akan
dikunjungi wisatawan dari Selandia Baru.”Karena itu kantor Garuda Indonesia di
sini bisa dititipi bahan-bahan promosi
mengenai Indonesia,”ujarnya mengimbau
para pengelola biro perjalanan dan
perhotelan.
Boyke Jayadi dari Setia Tours and Travel
bahkan sangat optimis mengenai hal itu,
karena menurut dia di Indonesia serba
murah. Baik barang-barang kebutuhan
maupun ongkos untuk mengadakan
perjalanan melihat-lihat berbagai obyek pariwisata.
Ia menyatakan telah melakukan city tour dan
melihat beberapa,objek wisata di Selandia Baru, namun bila dibandingkan
dengan Indonesia, di negerinya itu
sungguh murah.
Berbagai upaya yang telah dilakukan Garuda Indonesia agar jalur penerbangan baru
ke Selandia Baru bisa berkembang. Selain promosi terbatas dari biro-biro
perjalanan dan perhotelan yang diundang
khusus untuk itu. Garuda menyelenggarakan pula
Malam Indonesia di Auckland maupun Wellington, ibu kota New Zealand,
dengan menampilkan tarian dari berbagai
daerah tujuan wisata di Indonesia.
Acara tersebut mendapat sambutan hangat dari orang-orang Indonesia yang berada
di Selandia Baru sebagai pelepas rindu, juga dari pejabat-pejabat maupun
agen-agen biro perjalanan di sana.
Harapan kita denqan adanya jalur
penerbangan Jakarta-Denpasar-Auckland pp
yang dijalani Garuda Indonesia, wisatawan-wisatawan New Zealand bisa mengenal
DTW-DTW lain di Indonesia di luar Bali. Demikian pula arus perdagangan antar
dua negara bisa meningkat karena sarana transportasi langsung dari kedua negara
kini telah tersedia. Garuda Indonesia menjadi tumpuan harapan itu semua.
Selamat! (Mustofa AS/2.1)
Harian Umum AB
23
November 1988
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.