Demam
telpon mobil landa Surabaya
KALANGAN menengah ke atas di Surabaya dan
sekitarnya kini dilanda demam STKB (Sambungan Telepon Kendaraan
Bermotor-telepon mobil). Maklum, ibu kota Propinsi Jawa Timur itu akhir-akhir
ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat mencapai 14 persen,
sehingga berpengaruh terhadap kebutuhan akan fasiltas telekomunikasi. Jawa
Timur sendiri pertumbuhan ekonominya sekitar 11 persen.
![]() |
Ngationo |
Kepesatan pertumbuhan ekonomi di Jatim
maupun Surabaya terlihat dari banyaknya industri-industri baru, kantor-kantor
bank baru dan arus perdagangan yang menintgkat. Maka mucul pula daerah-daerah
strategis sebagai pusat-pusat bisnis, ada yang disebut segitiga emas, ada pula
segi empat emas. Misalnya saja daerah di
sekitar Jalan Basuki Rachmat, Pangsar Sudirman, Pemuda, Embong Malang, Blauran
dan lain-lain.
Di daerah-daerah pusat bisnis itu
bermunculan aneka macam gedung. Ada yang disebut Surabaya Tower, BPD Tower dan lain-lainnya
yang juga memerlukan sambungan
telekomunikasi.
“Kami sudah siapkan jaringan telekomunikasi
untuk pusat-pusat bisnis tersebut, sehingga pada waktunya nanti bisa disambung,”ujar
Kepala Kantor Daerah Telekomunikasi (Kandapon) Surabaya Selatan Ngationo ketika
berbincang--bincang mengenai pembangunan telekomunikasi dengan Angkatan Bersenjata di Surabaya minggu
lalu.
Tentang banyaknya calon pelanggan yang
menunggu giliran memperoleh sambungan telepon sekitar 44.000 Ngationo
mengatakan pihaknya akan melakukan pendaftaran ulang. Namun hanya terbatas pada
daerah-daerah yang akan dipasarkan. Apalagi dengan tarif pemasangan baru
telepon Rp 1 juta sekarang ini, bisa saja calon pelanggan yang sudah mendaftar
dulu mengundurkan diri, tambahnya.
Di Kandapon Surabaya Selatan terdapat 6 STO
(Sentral Telepon Otomat). Khusus STO Tandes daftar tunggunya telah habis,
kecuali untuk wilayah Kalianak dan Darmo Regency yang jaraknya cukup jauh belum
terjangkau. “Dari 6.000 yang tercatat dalam daftar tunggu di Tandes, turun
menjadi 4.000, dan sekarang sudah dilayani sebanyak 5.400 dari kapasitas 7,000
sst,”kata Ngationo menjelaskan. Untuk wilayah-wilayah lainnya di Surabaya
Selatan menurut Ka Kandapon Surabaya Selatan sudah disiapkan untuk pemasaran
terbuka.”Siapa saja yang ajukan permohonan kita cek, kemudian kita
layani,”tambahnya.
Mengenai STO Rungkut yang berkapasitas
10.000 sst dan pernah terbakar ia mengatakan sekarang sudah pulih. Meskipun
tingkat keberhasilan panggilannya agak
turun.
Telepon
mobil
PEMBANGUNAN jaringan telekomunikasi telepon
mobil setelah Batam, kini menyusul Semarang, Surabaya dan Denpasar.
“Begitu banyak peminat STKB di sini, sampai sekarang sudah 5.000 pendaftar,”ujar
Kepala Kandapon Surabaya Utara I Ketut Mastra. Di Surabaya, menurut rencana
akan dibangun 6000 ss, meliputi area Surabaya-Sidoarjo- sampai Malang.
Menurut
Mastra, diharapkan untuk kota Surabaya STKB bisa dioperasikan pada 15 Desember
1990. Namun kemudian baru bisa beroperasi pada akhir Desember 1990.
Sedangkan untuk Surabaya-Sidoarjo-Malang
sesuai jadwal pengoperasiannya STKB dijadwalkan 28 Maret 1991.
Ka
Kandapon Surabaya Utara berharap pengoperasian STKB tersebut bisa sesuai dengan
jadwal. Meskipun sampai saat ini urutan jadwal mengalami hambatan, yaitu
mestinya akhir Oktober 1990 sudah dimulai pembangunan tower, namun sampai akhir
minggu lalu tanda-tanda pembangunan tower tersebut belum nampak. “Kami dari
Witel VII sifatnya hanya memantau dan mendesak pelaksanaan pembangunan tsb yang
dilakukan oleh swasta,”ujar I Ketut Mastra.
Mastra mengatakan, tenaga pengawas lapangan
untuk keperluan tersebut juga sudah disiapkan. Mengenai harga STKB merek
Motorolla itu ia belum bisa memastikannya.”Yang saya dengar ya Rp3,5 juta,
tetapi bisa juga lebih,”katanya. Ia menilai STKB sekarang ini cukup baik
Berbeda dengan STKB lama, yang hanya transmisinya saja. Sedangkan teleponnya
mengambil dari sentral telepon biasa, STKB masa kini merupakan sentral telepon berikut transmisinya. Di
Surabaya Utara saat ini terdapat 300 pelanggan STKB. “STKB lama pulsanya lebih
murah, namun jangkauannya tidak jauh,”ujar Ka KIandapon Surabaya Utara.
Mereka yang berminat tergadap telepon mobil
antar lain para pejabat dari instansi-instansi pemerintah, para direktur
perusahaan.”Semuanya langganan kunci, sehingga sulit memilihnya. Misalnya
jabatan direktur seberapa besar perusahaannya kita tidak tahu,”kata Mastra sambil
menyatakan harapannya jangan sampai
peminatnya melebihi 6.000 ss.
Sehari
kring!
Mengenai peningkatan pelayanan kepada
masyarakat Kepala Kandapon Surabaya Utara kini menerapkan pemasangan baru
telepon “:sehari kring!”, artinya calon pelanggan yang telah menyelesaikan persyaratan administrasi
langsung bisa memperoleh sambungan telepon keesokan harinya. Barangkali upaya terobosan dalam pelayanan PSB (Pemasangan
Sambungan Baru) telepon di Surabaya Utara ini bisa dicontoh kota-kota lain.
Menurut Mastra, pelayanan cepat itu
dilakukan supaya orang yang telah
membayar PSB telepon tidak menunggu lama.”Kami harus yakin apa yang kami jual
itu memang sudah siap kami jual,”tuturnya. Seperti para penjual mobil, semuanya
telah dicek dan siap. Demikian pula untuk sambungan telepon baru disiapkan
jaringan dari sentral ke rumah-rumah.
![]() |
I Ketut Mastra |
“Jangan disuruh bayar dulu sebelum
salurannya benar-benar siap,” tambahnya menjelaskan resep pelayanan calon pelanggan baru Perumtel
itu.
Selama
ini pelayanan pasang baru telepon dilakukan lebih dari seminggu, karena saluran ke
rumah-rumah biasanya dipasang baru kemudian setelah calon pelanggan
menyelesaikan urusan administrasinya.
Wilayah pelayanan Kandapon Surabaya
Utara nampaknya cukup potensial.
Pendapatan Kandapon ini untuk tahun 1990 ditargetkan Rp 31 miliar.
“Rata-rata pendapatan di sini setiap bulan Rp 3 miliar, bulan
November dan Desember biasanya ada kenaikan,”kata Mastra optimistis target
tersebut dapat tercapai.
Diakuinya, untuk pembangunan/ penanaman
kabel telepon di wilayahnya cukup sulit. Mengingat daerah
tersebut kebanyakan padat kendaraan dan jalan-jalannya sempit, ditambah
jalan-jalan protokol bisa terganggu jika ada galian kabel Perumtel. Kabel-kabel
yang berusia tua juga banyak dan sudah diinstruksikan untuk diganti. Namun
kesulitan dalam penggalian, karena daerah-daerah yang padat tersebut.
Madura
Pulau Madura, yang akan dibangun kawasan
industri, juga tidak luput dari perhatian Perumtel dalam penyediaan fasilitas
telekomunikasi. Pelayanan telekomunikasi di sana kini ditangani Kandapon
Pamekasan dengan cabang-cabangnya di
Sumenep, Kamal dan Sampang, Bangkalan dan Kamal.
Dalam Pelita V pembangunan sentral telepon
di Madura meliputi lokasi-lokasi Kamal, sebanyak 388 satuan sambungan (selesai
Agustus 1990), Bangkalan sebanyak 1.000 sst (selesai dan beroperasi 6 Agustus
1990). Sedangkan Sampang sebanyak 500
sst akan selesai dan beroperasi Juni tahun depan. Pamekasan pembanguann Sentral
Telepon Digital Indonesia (STDI) sebanyak 1000 sst selesai Desember 1991.
Pembangunan jaringan kabel di Madura,
menurut Kepala Witel VII Soeroto
Hadisoemarto, di Kamal sebanyak 700 sst akan selesai pada tahun 1991. Bangkalan
sebanyak 3000 sst selesai Oktober 1989,
Pamekasan sebanyak 3.150 sst selesai
pada tahun depan.
Juga pembangunan transmisi remote area meliputi Surabaya area,
yakni Surabaya-Gresik-Bangkalan berkapaisitas 4 sistem 120 kanal. Surabaya-Kanal kapasitas 4 sistem 120 kanal
masing-masing sudah dioperasikan. Untuk Pamekasan area, yakni Pamekasan-Gunung
Sandangan-Sampang, kapasitas 4 sistem 120 kanal. Pamekasan-Gunung
Gilang-Sumenep kapasitas 4 sistem 120 kanal. Juga Pamekasan-Gunung Sandangan-Surabaya
berkapasitas sama.
Untuk rural area Surabaya-Kamal
berkapasitas 8 kanal kini siap untuk dioperasikan. Sedangkan pembangunan SKKL
(Sistem Komunikasi Kabel Laut) menurut Soeroto Hadisoemarto, dalam program
pembangunan SKKL Surabaya-Banjarmasin, Pulau Madura ditetapkan dilalui rute
SKKL. Khususnya untuk hubungan transmisi terrestrial digital microwave antara
Surabaya-Bumianyar, melalui repeater-repeater
di Bukit Baru Koceng dan Bukit Bangsere.
Di Wilayah Usaha Telekomunikasi (Witel) VII
Jatim kini rterdapat 13 Kandapon (Kantor Daerah Telegraf dan Telepon) dan 3
Kandapon. Dengan jumlah pelanggan sebanyak 126.775 pelanggan terdiri atas
112.060 pelanggan telepon otomat dan
14.715 pelanggan telepon manual (engkol).
Daftar tunggu di Witel VII sampai September
1990 sebanyak 83.724. Sedangkan telepon umum tersebar di Jatim 1.189, di antaranya
26 telepon umum kartu.
**(3.15/2.2)
Harian Umum Angkatan
Bersenjata
Jumat,
23 Nopembver 1990
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.