Seminar Sehari Gerakan Fundamental yang Menodai Agama dan Mengancam Keutuhan
NKRI di Pesantren AFKN, Bekasi, Jawa Barat, Ahad (4/5).Republika/Damanhuri
Zuhri
Salatiga-- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, pondok pesantren telah dicatat dalam sejarah sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah berkontribusi besar bagi perjuangan kemerdekaan dan bahkan mengisi kemerdekaan Indonesia. Pesantren berperan penting sebagai jantung pendidikan Islam dalam menjaga ke-Indonesiaan hingga sekarang.
Menurut Lukman, Islam dulu diajarkan para pendahulu, seperti Walisongo bukan dengan kekerasan. Apalagi seperti yang dilakukan para penganut paham radikal Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Karena Islam yang dilembangkan ini merupakan Islam yang 'rahmatan lil alamin' yang menjunjung tinggi toleransi dan Islam yang bisa hidup di tengah- tengah keragaman.
Oleh karena itu, ia sepakat dengan perluasan penyebaran paham Islam yang moderat guna membantu menangkal masuknya paham-paham Islam yang radikal. Makanya Pemerintah lebih menitik-beratkan kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan, tokoh agama serta berbagai elemen bangsa dan negara lainnya.
Yakni kerjasama dalam menyebarkan paham Islam yang moderat, rahmatan lil alamin dan menjunjung tinggi toleransi. "Islam yang bisa hidup di tengah keragaman suku bangsa dan budaya bangsa ini," tegasnya.
Sementara itu, Rektor UIN Walisongo, Prof Muhibbin Noor menegaskan ISIS telah melakukan cara-cara kekerasan dan memahami nilai Islam dengan keliru. Dalam Alquran (QS: An Nahl ayat:125), kata dia, ada seruan untuk berdakwah dengan hikmat, seperti melalui kata-kata yang baik atau berdiskusi, bukan dilakukan dengan cara-cara kekerasan.
Alquran, lanjutnya, juga menyerukan umat untuk menegakkan kebenaran dan mencegah sesuatu yang munkar kepada mereka yang memiliki kewenangan, seperti para penegak hukum, polisi, hakim dan lainnya. "Artinya sipil yang tidak memiliki kewenangan memaksa, tidak bisa menggunakan ayat itu sebagai dasar untuk melakukan tindakan kekerasan dalam berdakwah," tegas Muhibbin.
Kagum
Salatiga-- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, pondok pesantren telah dicatat dalam sejarah sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah berkontribusi besar bagi perjuangan kemerdekaan dan bahkan mengisi kemerdekaan Indonesia. Pesantren berperan penting sebagai jantung pendidikan Islam dalam menjaga ke-Indonesiaan hingga sekarang.
“Tidak ada pondok pesantren yang anti-NKRI,
yang mengharamkan hormat bendera dan melarang menyanyikan Indonesia Raya,”
demikian ditegaskan Menag LHS saat bersilaturahim dengan keluarga
besar Pondok Pesantren (Ponpes) Agro Nuur el-Falah, Pulutan, Salatiga, seperti
dilansir Kemenag,go.id, Senin (06/04) petang.
Menurutnya, kontribusi
dan semua hal tentang peran hebat dan keberkahan pesantren ini tidak berjalan
dengan sendirinya, tetapi berkat perjuangan keras, keikhlasan, dan
kecintaan para ulama terdahulu. Para ulama, kiai, dan ustadz telah
berkontribusi luar biasa kepada bangsa. Karena kerja keras dan keikhlasan
mereka, ponpes mampu menjaga Islam ahlussunnah
wal jama’ah yang rahmatan lil alamin,
toleran dan mampu hidup di tengah keragaman.
Menag melihat, apa yang
dilakukan para ulama tersebut sejalan dengan misi Kemenag yang terus berupaya
memperkuat kualitas pemahaman dan pendidikan keagamaan dan kerukunan antarumat
beragama. “Apa yang dilakukan para ulama kita, yang mengajar dan mendidik
dengan dasar cinta dan keikhlasan, senantiasa mendatangkan keberkahan,”
ujar Menag.
Di hadapan para santri
dan wali santri, Menag mengingatkan bahwa tugas utama dan pertama para
santri, adalah belajar, belajar, dan belajar. “Tugas santri adalah belajar,
belajar dan belajar. Bersyukurlah, karena antum
semua mendapat kekhususan dari Allah Swt. Tidak semua anak mempunyai kesempatan
untuk mondok,” kata Menag.
Menag menambahkan, pondok pesantren hampir selama 24 jam
penuh mengajarkan nilai-nilai kebajikan. Apa yang kita dengar, kita lihat, dan
kita rasakan, lanjut Menag, hakikatnya semua mengandung unsur pendidikan dan
kebajikan. “Manfaatkan waktu yang ada di pondok untuk belajar,” tutur Menag
seraya menceritakan pengalaman saat mondok.“Saya menyesal karena pas mondok
kurang serius belajar, karenanya banyak ilmu dan pengetahuan yang belum saya
pelajari,” sesalnya.
Ponpes Agro Nuur
el-Falah yang didirikan pengusaha Dharmo Supono pada 2002 ini, diasuh oleh KH
Usman Mansur. Para santri rata-rata berasal dari kalangan bawah dan dari daerah
konflik seperti NTT, Poso, Aceh dan lain sebagainya.
Penuh Kedamaian
Menteri Lukman Hakim
Saifuddin dalam suatu kesempatan di sela-sela peresmian Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Senin (6/4),
menjelaskan, Islam di Nusantara,
dikembangkan tanpa ada setetes darah pun yang tertumpah. Walisongo membumikan
Islam di Indonesia dengan penuh kearifan, kedamaian dan toleransi.
Menurut Lukman, Islam dulu diajarkan para pendahulu, seperti Walisongo bukan dengan kekerasan. Apalagi seperti yang dilakukan para penganut paham radikal Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Karena Islam yang dilembangkan ini merupakan Islam yang 'rahmatan lil alamin' yang menjunjung tinggi toleransi dan Islam yang bisa hidup di tengah- tengah keragaman.
Oleh karena itu, ia sepakat dengan perluasan penyebaran paham Islam yang moderat guna membantu menangkal masuknya paham-paham Islam yang radikal. Makanya Pemerintah lebih menitik-beratkan kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan, tokoh agama serta berbagai elemen bangsa dan negara lainnya.
Yakni kerjasama dalam menyebarkan paham Islam yang moderat, rahmatan lil alamin dan menjunjung tinggi toleransi. "Islam yang bisa hidup di tengah keragaman suku bangsa dan budaya bangsa ini," tegasnya.
Sementara itu, Rektor UIN Walisongo, Prof Muhibbin Noor menegaskan ISIS telah melakukan cara-cara kekerasan dan memahami nilai Islam dengan keliru. Dalam Alquran (QS: An Nahl ayat:125), kata dia, ada seruan untuk berdakwah dengan hikmat, seperti melalui kata-kata yang baik atau berdiskusi, bukan dilakukan dengan cara-cara kekerasan.
Alquran, lanjutnya, juga menyerukan umat untuk menegakkan kebenaran dan mencegah sesuatu yang munkar kepada mereka yang memiliki kewenangan, seperti para penegak hukum, polisi, hakim dan lainnya. "Artinya sipil yang tidak memiliki kewenangan memaksa, tidak bisa menggunakan ayat itu sebagai dasar untuk melakukan tindakan kekerasan dalam berdakwah," tegas Muhibbin.
Kagum


John Brennan
Sementara itu, belum lama ini mantan Direktur Badan Intelijen Amerika Serikat menyatakan ia mengagumi kehidupan Islam di Indonesia. Berdasarkan pengalamannya, dia diterima oleh masyarakat Indonesia dengan ramah.
Pada tahun 1970an dia mendatangi Bali.
“Dengan penampilan saya ala Amerika, berambut gondrong dan beranting, saya
diterima dengan hangat,” imbuhnya, dalam sebuah video di yutube.
Dia merasa kagum, karena Islam di Indonesia
tak menggambarkan kebencian. Pengalamannya mengunjungi Indonesia memberikan
pencerahan kepadanya bahwa Islam dan berbagai keyakinan yang ada dapat hidup
berdampingan.
Masyarakat di sana juga sangat ramah.
Meskipun dia menampakkan kultur Barat, dia tetap diterima dan disambut dengan
hangat.
Soal pemandangan yang indah tak lagi diragukannya. Pulau Jawa dan
Bali dikenal penuh dengan keindahan.Puluhan tahun dimanfaatkannya untuk
mengelilingi dunia. Waktu selama itu juga dimanfaatkannya untuk mempelajari dan
merasakan langsung keindahan Islam.
Sumber: republika.co.id,
Selasa, 7 April 2015 dan 30 Maret 2015
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.