KABUPATEN Karanganyar, Jateng, dalam minggu
ini masih sibuk dengan kegiatan Kejuaraan Layang Gantung Internasional yang
berlangsung di Bumi Kemuning, suatu kawasan kebun teh yang indah di Karanganyar.
Kegiatan yang berlangsung sejak 20 Agustus
dan akan berakhir 30 Agustus ’95 ini diikuti sekitar 50 peserta dari dalam dan
luar negeri. Sebanyak 10 negara dengan 18 peserta asing ikut dalam olahraga
yang memerlukan keahlian khsusus ini. Peserta itu datang dari Brasil, Italia,
Jepang, Jerman, India, Amerika Serikat, Inggris, Korea, Australia dan
Indonesia.

Kesempatan baik ini tentu saja
dimanfaatkan oleh Pemda Kabupaten Karanganyar untuk lebih memperkenalkan
kekayaan wisatanya kepada para
vwisatawan. Maka piala yang diperebutkan para peserta kejuaraan gantole internasional itu pun
mengambil nama candi Sukuh, bangunan
peninggalan yang sekarang jadi objek wisata di Karanganyar. Kejuaraan “Sukuh
Cup” ini diselenggarakan atas kerjasama Federasi
Aero Sport Indonesia (FASI) dengan Pemda
Karanganyar dan Ditjen Pariwisata, serta sejumlah sponsor.
Kegiatan yang juga diselenggarakan dalam
menyambut Tahun Emas Kemerdekaan RI itu, menurut Wagub I Jateng, Hartono, sangat
tepat dilaksanakan. Karena kegiatan ini
selain mampu menarik wisatawan khususnya
wisatawan mancanegara dan sebagai ajang promosi, peristiwa tersebut juga
sebagai arena meningkatkan prestasi
atlet gantole, dan mempererat persahabatan antar atlet.
Ketika berlangsung acara pembukaan kejuaraan tersebut di
Alun-alun Kabupaten Karanganyar Minggu lalu, para wisatawan mancanegara/peserta
disuguhi berbagai atraksi kesenian
daerah antara lain Reog Singo Guna dari objek wisata Tawangmangu. Juga
terjun payung dan demonstrasi gantole
bermesin. Tahun lalu kejuaraan gantole internasional juga diselenggarakan di
Wonogiri, tepatnya di kawasan Waduk
Gajah Mungkur.
Dibandingkan dengan Solo yang disebut
sebagai pusat budaya dan gerbang wisata Jawa Tengah, Kabupaten Karanganyar jelas
belum sebanding. Namun, di daerah ini terdapat dua objek wisata yang cukup
dikenal, yakni Candi Sukuh dan Tawangmangu.”Dari Sembilan objek wisata utama di
Jateng dua ada di Karanganyar,”kata Haryono, staf Dinas Pariwisata Kabupaten
Karanganyar.
Candi Sukuh yang berada sekitar 26 km dari
pusat kota Karanganyar atau sekitar 41 km dari kota Solo bisa dicapai dengan
kendaraan bermotor roda dua atau roda empat. Terletak di ketinggian yang indah
dan sejuk, candi yang dinilai erotik ini
berdiri dengan latar belakang kehijauan tanaman hutan Gunung Lawu.
Tempat ini bisa dicapai melalui jalan beraspal dan berliku-liku yang di kiri
kanannya berderet pepohonan kopi, coklat, teh dan cemara.
Peninggalan akhir abad ke-XV ini berbentuk
prisma terpotong memiliki tiga teras, berbagai relief yang menghiasi dinding
menggambarkan tentang pelajaran seks, asal usul manusia dan ruwatan. Hal yang
unik dan erotic terdapat di Candi Sukuh
ini, yakni adanya patung berelief kelamin lalki-laki (lingga) dan kelamin
wanita (yoni) saling berhadapan.
Meskipun di depan candi terdapat semacam
bangunahn/balai untuk para wisatawan mendengarkan kisah mengenai Candi Sukuh,
namun sayang pintu masuk candi tersebut
berada di samping, sehingga wisatawan tidak memperoleh urutan-urutan
bangunan candi tersebut. Sebaiknya pinrtu masuk ditempatkan di muka candi,
sehingga pengunjung bisa mencocokkan
urutan cerita candi tersebut. Untuk mencapai candi ini wisatawan harus
mengendarai kendaraan pribadi atau atau menyewa, karena dari Karanganyar belum ada kendaraan umum
rute Karanganyar-Candi Sukuh.
Sekitar 10 km dari Candi Sukuh, terdapat
Candi Ceto yang memiliki arsitektur mirip candi-candi di Bali. Relief-relief di
sana lebih banyak dibandingkan dengan relief yang ada di Candi Sukuh.
Perjalanan ke candi inipun cukup menyenangkan, karena selain jalan yang
berliku-liku dengan pemandangan alam pegunungan yang mempesona, sekeliling alam
candi yang berada di ketinggian 1400
meter di atas permukaan air laut itu pun sejuk.
Grojogan
Sewu
OBJEK wisata Tawangmangu
boleh dikata lebih dikenal masyarakat
dibanding dengan Kabupaten Karanganyar,
meskipun objek wisata ini berada di
kabupaten yang jaraknya sekitar 15 km dari kota Solo itu.
Tawangmangu bannyak dikunjungi wisatawan
dalam dan luar negeri. Tempat yang indah dan berhawa dingin ini banyak disukai
wisatawan dari Eropa dan Jepang.”Orang Jepang senang berkuda dan naik gunung
bila datang ke sini,” kata Suhardi yang mengelola hotel berbintang dua di
Tawangmangu, hotel Pondok Sari.
Di tempat ini penduduk setempat menyewakan
kuda-kuda mereka Rp 5.000/jam. Mereka juga menjual bawang putih, bunga-bungaan
dan cinderamata. ”Sebenarnya yang khas dari daerah ini adalah sate kelinci,”
tutur Haryono. Namun kekhasan objek wisata ini nampaknya belum digalakkan,
karena dari sekian banyak warung, hanya satu warung yang menjual sate kelinci.
Cinderamata khas Karanganyar juga belum dimunculkan atau belum dikenal.
Objek wisata Tawangmangu memiliki air
terjun Grojogan Sewu dengan ketinggian 81 meter, yang berada di tengah-tengah
hutan dengan aneka ragam tetumbhuhan, di antaranya pinus yang rimbun dan indah dipandang mata.
Di sini juga terdapat dua kolam renang, tempat bermain anak-anak.
Di kabupaten ini juga terdapat sumber air
hangat mengandung belerang yang disalurkan ke bak terbuka dan tertutup untuk
pengunjung yang ingin menyembuhkan penyakit kulit dan rematik, di Cumpelng dan
Pablengan. Di Pablengan dalam radius
sekitar 15 meter terdapat berbagai sumber air, yakni air belerang soda, air
asin (bleng), air mati, air hidup, dan air urus-urus.
Dampak
PAKET-paket wisata dari mancanegara sudah
ditangani oleh pihak hotel Pondok Sari bekerja sama dengan biro perjalanan wisata.”Kami bisa menjual
mahal tempat ini terutama pada hari-hari
libur dan har-hari raya,”tutur Suhardi.
Sayang, di sekitar objek wisata
Tawangmangu kurang terpelihara kebersihannya. Pengelolaan objek-objek wisata di
sana bisa lebih ditingkatkan dengan menyediakan berbagai kemudahan untuk
wisatawan seperti kendaraan angkutan
umum pada malam hari.
Sektor pariwisata di Karanganyar bisa
ditingkatkan lagi kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah yang pada tahun
1993 baru sebesar 4,38 persen (Rp116,7 juta). Keluhan-keluhan wisatawan
mengenai besarnya retribusi masuk ke Tawangmangu juga harus memperoleh
perhatian dari pemda setempat. Umumnya wisatawan mengeluh karena setiap kali
masuk ke objek wisata Tawangmangu dipungut Rp 3.000 bagi kendaraan sedan/jeep,
sedangkan untuk bus Rp 10.000/bus. Wisatawan yang menginap di Tawangmangu dan
pergi pulang ke penginapannya terpaksa harus membayar berkali-kali setiap
melewarti pintu masuk. Karena penjaga pintu tidak mau tahu meskipun wisatawan
tersebut menunjukkan karcis tanda masuk
yang sudah dipunyainya waktu baru datang di Tawangmangu.
Mempromosikan pariwisata melalui kejuaraan
layang gantung seperti dilakukan Kabupaten Karanganyar ini berdampak positif,
terutama diharapkan para olahragawan dari mancanegara ini akan menularkan promosi ini kepada teman-temannya.
Apalagi selama berada di Indonesia mereka juga menyaksikan berbagai objek
wisata dan budaya daerah setempat yang unik. Sayangnya, panita kurang mengajak
masyarakat setempat untuk berperan minimal pada pembukaan kegiatan internasional ini.
Dalam acara pembukaan kejuaraan gantole
ini hanya sejumlah pejabat dan pengurus FASI serta anak-anak yang hadir.
Acara pertunjukan reog Singo Guno dari
Tawangmangu yang juga menampilkan atraksi akrobat hampir tidak diperhatikan
para hadirin, karena bersamaan dengan pertunjukan itu dilakukan terjun payung sehingga hadirin
tidak konsentrasi terhadap satu atraksi. Namun terlepas dari berbagai
kekurangan, Kabupaten Karanganyar cukup berani menyelenggarakan kegiatan
internasional yang memerlukan persiapan dan keahlian khusus itu.
(mustofa as)-
Harian Angkatan Bersenjata
Senin, 28 Agustus 1995
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.