Swasta ditantang kerjasama usaha dengan PJKA
JIKA Anda ingin
menikmati perjalanan jauh dengan suasana mirip di kamar hotel berbintang lima, naiklah kereta api wisata atau hotel berjalan milik
Perusahaan Jawatan Kereta Api.
Bagaimana caranya? Anda tinggal memesan kereta mewah itu melalui stasiun terdekat dan membayar 20
persen dari tarip yang berlaku, dua minggu sebelum waktu yang Anda inginkan.
Jika Anda membatalkan pesanan yang sudah dibukukan itu maka uang jaminan Anda
yang 20 persen itu tidak biasa diambil kembali. Mudah bukan?
Tentu saja penawaran ini hanya untuk mereka yang berduit, karena untuk menikmati perjalanan yang nyaman dengan kereta api wisata ini diperlukan sejumlah uang yang cukup.
Tentu saja penawaran ini hanya untuk mereka yang berduit, karena untuk menikmati perjalanan yang nyaman dengan kereta api wisata ini diperlukan sejumlah uang yang cukup.
Kalau dilihat dari luar, sosok kereta
(gerbong) hotel berjalan ini tidak beda dengan kereta-kereta lainnya,
berwarna merah bata. Tetapi kalau kita
sudah masuk melewati pintu kereta itu, barulah nyata benar bedanya dengan
kereta api lainnya.

Ruangan kereta itu berdinding kayu lapis
dengan ukiran-ukiran aneka corak, tempat
duduk yang empuk (sofa lembut) dan karpet menghampar di lantai ruangan itu.
Jendela-jendela kaca dilengkapi dengan kain penutup berwarna yang ditata apik. Kesejukan
menyebar di mana-mana dalam ruangan itu, karena penyejuk udara melengkapi
kenyamanan di sana.
Bukan itu saja, jika Anda ingin hiburan,
tersedia pesawat televisi dengan layar lebar, bisa menangkap siaran TVRI dan juga
untuk video kaset. Film-filmnya pun tersedia. Bahkan sound system di sana pun
disediakan, siapa tahu dalam perjalanan penumpang melakukan rapat atau diskusi
mengenai sesuatu masalah. Memang tepat jika ruangan semacam itu selain untuk santai bisa dipergunakan
juga untuk memecahkan suatu masalah.
Siapa tahu dengan rapat di hotel
berjalan bisa cepat didapat kata sepakat. Maklum rapat di hotel mewah ataupun
di tempat yang sejuk (gunung) sudah biasa dilakukan.
Pesawat televisi yang tersedia juga bisa
digunakan untuk memonitor/melihat keadaan di belakang kereta api dengan bantuan
sebuah kamera yang dipasang di langit-langit kereta.
Pokoknya kereta api wisata itu menjanjikan
serba enak, nyaman, dan yang jelas tidak terganggu oleh penumpang lain. Karena
kereta jenis ini jelas terpisah dengan yang lainnya. Biasanya rangkaian kereta ini dirangkai paling belakang.
Sehingga penumpang di sini bisa lepas menikmati pemandangan di kanan kiri rel
kereta api. Bagi pasangan pengantin baru, kereta api jenis ini sangat cocok untuk
perjalanan bulan madu.
Kewalahan
Soal tarip kereta wisata ini
ternyata relatif, malah bisa juga dianggap murah, tergantung dari mana kita
menilainya. Bagi mereka yang mampu, tarip tidak soal, asalkan apa yang
diinginkan bisa terpuaskan.
Menurut Kepala Humas PJKA
Abdullah Widjaja, tarip kereta wisata 52 kali tarip kereta api utama
(tergantung rangkaian kereta api yang membawa gerbong KA wisata).
Misalnya,jika kereta wisata itu ditarik kereta api Parahyangan, berarti taripnya 52X
Rp 8.000 atau Rp 416.000 sekali jalan. (Tarip kereta Parahyangan
Jakarta- Bandung kelas utama Rp 8.000/penumpang).”Mau diisi dua atau 20 orang
terserah, pokoknya tidak melebihi dua
puluh penumpang,”ujar Abdullah Widjaja menjelaskan.
Perhitungan 52 di sini, karena
kapasitas gerbong tersebnut jika dipakai kereta biasa adalah 52 penumpang.
Nah angka 52 ini dipakai untuk patokan tarif kereta wisata itu. Misalnya rangkaian kereta api yang akan membawa hotel berjalan
itu adalah Cirebon Express (Jakarta-Cirebon atau sebaliknya) yang bertarip Rp
5.000 per penumpang, maka tarip yang berlaku untik kereta api wisata itu adalah sebesar Rp260.000,00. Jika rangkaian yang membawa adalah Bima dengan rute Jakarta-Surabaya atau
sebaliknya, maka taripnya 52X Rp 22.500,00 atau sebesar Rp 1.170.000,00.
Kalau mereka yang berkantong
tipis ingin mencoba kereta model ini sebenarnya bisa dengan cara patungan.
Misalnya perjalanan santai ke Bandung…………(hilang
terpotong) dan gembar-gembor berpromosi. Sekarang ini, dengan tidak
gembar-gembor saja kami kewalahan meneuhi banyak permintaan,”ujar Direktur
Pemasaran PJKA Tatang Billy P.
Lalu kenapa tidak membuat lagi
kereta semacam itu?”Wah biayanya mahal
sekali, bisa mencapai dua ratus juta rupiah,”ujar Tatang seraya menambahkan,
biaya itu cuma untuk membikin interiornya saja, belum mtermasuk harga kereta keseluruhan.
Swasta ditantang
KERETA mewah yang dibuat di Balai
Yasa Manggarai dan diresmikan pemakaiannya April 1986 ini sekarang masih cukup
baik keadaannya. Rancang bangun kereta maupun pekerjaannya dilakukan oleh tenaga-tenaga kita sendiri.Hotel berjalan ini antara
lain pernah dipakai Menteri IGGI,
Menteri Perhubungan Malaysia, para pejabat pemerintah.
Direktur Pemasaran PJKA
menyatakan, kita bisa membuat kereta semacam itu yang ternyata mendapat
sambutan positif dari masyarakat kalangan atas. Namun untuk membuat lagi kereta
semacam itu terbentur pada dana yang cukup besar.
Dalam rangka pelaksanaan 3
startegi pokok PJKA, yakni konsolidasi, modernisasi peralatan dan alat kerja
serta pengembangan usaha yang
menguntungkan, maka tepat kiranya jika
kereta wisata serupa bisa ditamnbah. Karena sesuai dengan strategi pokok
ketiga, yakni pengembangan usaha yang menguntungkan.
Masalahnya adalah dana yang
diperlukan untuk itu cukup banyak, lalu bagaimana hal itu bisa terwujud?
Satu-satunya jalan adalah bekerjasama dengan pihak swasta.
Pimpinan PJKA menawarkan kepada
swasta untuk menanam modal di PJKA,
misalnya membuat kereta api wisata, PJKA yang mengoperasikannya. Selain itu
masih banyak bidang-bidang usaha lain yang bisa ditawarkan………(hilang terpotong)
Maka jangan heran jika ada re
kereta rel diesel (KRD) disewa oleh suatu perusahaan untuk mengangkut tamu-tamu
yang akan meninjau ke sana dengan menggunakan jasa kereta api luar biasa.
Keretab api luar biasa jelas
menggunakan jalan di luar grafik perjalanan kereta api yang telah ada. Namanya
juga luar biasa. Nah siapa yang ingin mencoba menjadi”pemilik” kereta api,
walaupun hanya sebentar saja.
Lengkap memang jika kita amati pelayanan
PJKA. Untuk kereta penumpang kitab bisa menikmati perjalanan yang
menyenangkan, aman dan cepat. Tetapi juga bisa merasakan kereta api yang berjalan lambat, setiap
stasiun kecil berhenti memungut dan menurunkan penumpang, berdesak-desakan,
panas, dan bau yang menyengat. Bahkan dalam kereta api semacam Bima, kita bisa merasa trenyuh
manakala hujan turun. Air hujan mengguyur penumpang, karena sebagian atap-atap
kerteta api itu bocor. Bukan itu saja, yang namanya kamar kecil, kalau tidak
ada airnya saja masih untung. Tetapi yang satu ini sudah baunya bukan main, eh
malah tidak berpintu. Bisa dibayangkan betapa terganggunya penumpang kereta
kelas ini.
Biarpun banyak ketidakenakan naik kereta api kelas bawah, namun banyak orang yang bepergian tetap mengandalkan jenis kendaraan darat ini. Karena keamanan lebih terjamin bila dibandingkan dengan bus misalnya. Kita kan tahu kereta api-kereta api itu memiliki jalan sendiri. Jalan itu yang biasa kita sebut sebagai rel kereta api ternyata memerlukan biaya yang cukup tinggi perawatannya.
Biarpun banyak ketidakenakan naik kereta api kelas bawah, namun banyak orang yang bepergian tetap mengandalkan jenis kendaraan darat ini. Karena keamanan lebih terjamin bila dibandingkan dengan bus misalnya. Kita kan tahu kereta api-kereta api itu memiliki jalan sendiri. Jalan itu yang biasa kita sebut sebagai rel kereta api ternyata memerlukan biaya yang cukup tinggi perawatannya.
Maka tidak heran jika PJKA
dianggap masyarakat sebagai perusahaan yang terus merugi, meskipun sudah
disubsidi pemerintah. Ternyata mengelola perusahaan semacam PJKA tidak mudah,
karena serba khusus, termasuk pegawainya
yang begitu banyak jumlahnya. Jaringan jalan kereta api yang membentang
dari timur ke barat terus ke utara. Semuanya ditangani oleh satu tangan PJKA.
Berbeda dengan perusahaan bus atau
angkutan darat lainnya jalan-jalan yang mereka pergunakan ditangani oleh
instansi tertentu. Perusahaan tidak perlu memikirkan biaya perawatan jalan.
Barangkali suatu saat nanti PJKA
bisa memberikan pelayanan yang cepat, aman, nyaman, teratur dan mampu
bersaing dengan angkutan darat lainnya. Kita harapkan! (Mustofa.AS/2.1).-*
Harian Umum “AB”
22 Februari 1989
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.