Yayasan
Jalan Terang akan bangun sebuah museum Islam
![]() | ||
Masagung,
Ketua Yayasan Jalan Terang, tengah memegang duplikat pedang Dzulfakar yang
nantinya akan merupakan salah satu koleksi museum Islam. (Foto:Idayu/ag)
|
Jakarta, (AB)-
Suatu tiruan kompleks bangunan sebesar Masjidil Haram di Mekah dengan bentuk
yang sama akan didirikan di Indonesia
oleh Yayasan Jalan Terang yang dipimpin H. Masagung.
Proyek mengharumkan nama Islam ini
menurut H.Masagung yang ditemui “AB”
di kantornya Sabtu lalu, meliputi
pembangunan masjid, sarana pendidikan, rumah sakit dan panti yatim piatu serta perpustakaan dan
museum. Kesemuanya ini nantinya berada
dalam satu kompleks yang dibangun di
Desa Kadumangu antara Citeureup-Jagorawi-Bogor di atas tanah seluas
kurang lebih 20.000m2. Proyek ini diperkirakan
akan menelan biaya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk
membangun Masjid Istiqlal.
Ruangan-ruangan perpustakaan dan museum
nantinya akan menempati bangunan yang
disebut Safa-Marwa, bangunan Kabah
diganti dengan masjid jami yang dikelilingi bangunan madrasah, rumah sakit dll.
Untuk tahap sekarang ini sedang
dipersiapkan Perpustakaan dan Musem Islam. Di rumahnya di Jalan Kwitang
pengusaha pendiri Yayasan Idayu dan PT
Gunung Agung itu saat ini terkumpul sekitar 700 koleksi kaligrafi aneka bentuk
dan macam, buku-buku tentang Islam, Al-Quran dari dalam dan luar negeri aneka
bentuk tulisan tangan maupun cetakan.
Demikian pula benda lain yang ada kaitannya
dengan sejarah dan kebudayaan Islam hasil karya seni para seniman terutama
seniman Indonesia, ditempatkan dalam
beberapa ruangan di rumah H. Masagung.
Dari sejumlah koleksi tersebut al. terdapat
kaligrafi Al-Qur’an tulisan tangan yang ditulis KH Syamsu Thayyiba tahun 1771M,
Kitab Masrilul Muhtady dan Ikhmanul Nubtadi.
Kitab berbahasa Jawa dan Arab dan tulisan
tangan mengenai tauhid, fiqih, tasauf, primbon Jawa dalam hal gempa bumi, weton
(tanggal lahir), gerhana, memindah rumah dll. Juga tulisan lontar Baginda Ali yang ditulis tahun 1844 M
oleh PKH Kasim Suradilaga di Cirebon, Kumpulan Ilmu Tauhid karya PKH Kesuma
Brataningrat Cirebon pada tahun 1900 M.
Lukisan Buroq yang digambarkan wanita
cantik berbadan kuda, lukisan Syeh Abdul Kadir Djaelani dan berbagai kaligrafi
yang dibentuk dengan rangkaian kalimat
ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Kesemuanya ini menurut H Masagung nantinya
akan diseleksi oleh para ahli, mana yang bernilai untuk disimpan dalam museum
dan perpustakaan proyek mengharumkan nama Islam itu. Ahli lukisan kaligrafi dan
ahli tentang sejarah Islam yang akan menyeleksi benda-benda tersebut kini sudah
ada orangnya.
Sebilah pedang besar berlapis emas dan
perak juga salah satu koleksi persiapan
museum Islam tersebut. Pedang itu kata Masagung, merupakan duplikasi pedang Dzulfakar
yakni sebagus-bagusnya pedang yang ada saat ini. Konon pedang bermata dua itu
merupakan pegangan Nabi Muhammad SAW,
dibeli dari London dan terbatas jumlahnya.
Karena Allah
Persiapan
Museum Islam dengan lokasi benda-benda peninggalan masa lalu dan kaligrafi yang
indah itu sempat membuat terharu Prof
Osman Raliby yang kebetulan melihat koleksi tersebut. Guru besar ahli dalam
masalah-masalah Islam itu kagum akan
keindahan kaligrafi dan ide tentang mengharumkan nama Islam itu. Demikian pula sastrawan HB
Yasin.
Masagung ketika ditanya berapa biaya yang akan diperlukan nanti untuk membangun
proyek yang besar itu, ia hanya mengatakan biayanya lebih besar dari biaya
untuk membangun Masjid Istiqlal.
Dikatakannya, imaji ini dilaksanakan tanpa persiapan dana dan pengetahuan, namun karena Allah segalanya bisa terjadi.”Kun fayakun,”ujarnya.
Dengan keyakinan itu Masagung berucap,
kalau dana akan mencari kami, kedudukan akan mencari kami, bisnis juga mencari
kami.”Tapi itu harus melalui perjuangan yang besar dengan niat, tekad dan
perbuatan yang baik,”ujarnya.
Di ruangan kerja Masagung yang dulu bernama
Tjio Wie Tay terdapat foto-foto dirinya
al. dengan Bung Karno, dengan Dewi Sukarno, dengan Pak Harto, dengan
Imelda Marcos dan banyak lagi.
Ia juga mengemukakan apa bila nanti ada hambatan dalam pelaksanaan idenya itu maka akan
dipakai “ilmu sabar” saja.
Dubes-dubes Negara Islam seperti Mesir,
Turki, Iran dan lain-lainnya juga kagum dengan kaligrafi dan koleksi
benda-benda peninggalan Islam itu, kata Masagung.
Mengharumkan nama
Indonesia
Segala puji bagi Allah dan sepantasnya
masyarakat mendukung ide ini, ujar Masagung. Insya Allah ide ini datangnya dari Indonesia dari seorang yang “ummi” (buta
huruf).
Dengan adanya proyek mengharumkan nama
Islam ini ia berharap akan mengangkat nama Indonesia ke dunia internasional,
nama Islam Indonesia, nama Wali Sanga, mengharumkan nama seniman kaligrafi
Indonesia. Juga nama Bung Karno dan Bung
Hatta yang mengusulkan ide-ide ini..”Pak Wangsa (Sekretaris Bung Hatta) pun
tahu, waktu itu jaman Raja Saud,”kata Masagung mengenang.
Keharuman nama Wali Sanga nanti karena
mereka sangat berjasa dalam penyebaran
agama Islam. Dan atas jasa-jasa Wali Sanga itu pintu-pintu di masjid jami
dalam kompleks mengharumkan nama Islam itu dibuat dengan jumlah sembilan pintu
seperti jumlah Wali Allah yang terkenal itu.
Pada akhirnya Masagung mengimbau kepada
masyarakat yang memiliki benda-benda peninggalan kebudayaan Islam untuk disumbangkan kepada Museum Islam lewat Yayasan Jalan
Terang yang dipimpinnya. (33/ag)-
Harian
Umum AB
11 Oktober 1982
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar, terima kasih.